Usaha Keras Rania

123 42 155
                                    

Saat sedang asyik memantau Adam di kelas A membuat ketiga perempuan itu tidak menyadari bahwa ada guru BK telah berada di belakang mereka.

“Bukannya belajar malah tontonin orang!” Rania, Rensya, dan Clara saling menengok satu sama lain. Akhirnya ketiganya berhasil mengundang keributan sehingga suaranya terdengar dari kelas A.

Bu Mega menjewer telinga mereka satu-persatu. Seharusnya tidak akan mengundang semua murid kelas A agar melihat kejadian, gara-gara teriakan Rania yang agak keras, semua murid kelas A jadi tahu dan menertawakan tingkah konyol mereka.

“Pantas kelas E nggak maju-maju dalam hal akademik. Kalian bukannya belajar malah ke kelas A!”

Sekilas Rania menatap Adam dan tertunduk malu. Tapi, yang ditatap Rania tidak peduli. Laki-laki itu membuang wajahnya dan kembali duduk, diikuti Luna.

Bu Mega membawa Rania, Clara, dan Rensya ke ruangannya. Di ruangan BK, mereka bertiga diinterogasi. Rania benar-benar malu saat dirinya dilihat Adam. Yang ada di dalam pikirannya adalah Adam akan menjauhi Rania. Tapi, pikiran negatif itu ditepis oleh Rania. Mana mungkin Adam akan menjauhinya? Foto masa kecil Adam masih aman di tangannya.

“Sebagai hukuman karena kabur di saat jam sekolah berlangsung. Kalian bertiga silahkan membersihkan taman hidroponik yang ada di samping kantin setelah jam istirahat.”

Membersihkan taman saat selesai istirahat? Jelas Rania tidak mau, dirinya beralasan dia harus belajar agar nilainya bagus. Bukannya mempercayai omongan Rania, Bu Mega dan kedua sahabatnya tertawa.

“Rania ada tugas dari tempat les?” tanya Bu Mega, Rania mengangguk.

“Serius Ran, sekarang ikut les?” tanya Clara.

“Nggak percaya!” ucap mereka bertiga kompak.

“Sudah-sudah, kalian kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran.”

“Kami bertiga minta maaf. Permisi.”

Rania, Clara, dan Rensya kembali ke kelas mereka. Sepanjang perjalanan menuju kelas E, wajah Rania sangat lesu. Mengingat senyum Adam kepada Luna saat membahas pelajaran di kelas. Ia membayangkan jika Luna itu adalah dirinya, pasti Adam bersikap baik padanya.

Bahkan sampai di kelas, Rania masih menundukkan wajahnya. Seraya membuka jendela kelas, kedua mata Rania menatap langit. Kedua mata Rania berkaca-kaca, memikirkan Adam dan Luna tadi.

Rensya dan Clara yang peka akan kondisi Rania, menghampiri gadis itu. Memberikan semangat dan meyakini suatu saat nanti Adam akan mencintai Rania dan hanya Rania wanita satu-satunya di dalam hati Adam.

“Ran, semangat! Gue yakin kok Adam bakalan bucin sama lo. Bucin dengan caranya dia sendiri,” ucap Clara.

“Jangan nangis dong Ran! Nanti kita ikutan sedih nih,” tutur Rensya.

Rania menyeka air matanya dan kembali ceria. Dirinya semakin semangat untuk bisa memasuki kelas A bersama Adam. Ketiga sahabat itu saling berpelukan. Jeno juga senang melihat Rania kembali ceria. Meski ia tidak tahu sampai kapan dirinya memendam perasaan tulus ke Rania.

Jika Rania galau memikirkan Adam. Beda lagi dengan Naira, ia sibuk mencari buku biologi di perpustakaan. Lama mencari buku biologi, akhirnya ketemu. Tapi sayang, bukunya berada paling atas, jelas ia tidak sampai mengambil buku itu.

Namun, ia terhenyak saat ada tangan yang meraih buku biologi dan memberikan buku tersebut ke tangan Naira. Rupanya, Rayyan ijin ke perpustakaan saat kedua matanya tidak sengaja melihat Naira yang lewat di depan kelasnya.

“Terima kasih,” ucap Naira tersenyum.

“Untuk belajar?” tanya Rayyan. Mereka berdua bahkan belum berkenalan.

School Diary [On Going]Where stories live. Discover now