Goes to Bandung (1)

122 36 297
                                    

Untung luka gores yang dialami Adam tidak parah dan bersyukur aktivitasnya tidak terganggu. Ceroboh sekali gadis itu, kalau sampai dia tertimpa kaca, bahaya untuk fisiknya. Fisik laki-laki tidak bisa disamakan dengan fisik perempuan.

Luna menunggu kedatangan Adam. Begitu melihat Adam, ia menghampirinya, menanyakan kondisi luka yang dialami Adam. Tentu saja rasa kesal pada wajah Luna tergambar jelas.

“Adam! Are you ok?” Adam menganggukkan kepalanya.

“Parah nggak?” Adam menggeleng.

“Aku beli air lemon untukmu.” Luna menyodorkan sebotol air lemon untuknya.

“Thanks!” ucap Adam singkat. Lalu, ia masuk ke dalam kelas. Karena, sebentar lagi pelajaran seni budaya dimulai.

“Adam soal–”

Tanpa melihat Luna, Adam mengatakan bahwa bukan Rania pelaku utama.

“Aku tidak sengaja lewat dan terjadi begitu saja.” Adam kembali berjalan masuk ke dalam kelas.

Semua siswa dan siswi mengkhawatirkan Adam. Apalagi kaca yang menimpa Adam cukup tebal. Adam mengatakan jika dirinya baik-baik saja dan tidak akan mengurangi kecerdasan otaknya.

Di lain sisi, Rania sedih melihat semua murid membicarakan dirinya perihal kejadian kaca tadi. Di dalam kelas, ia terus-terusan murung.

Adam semenjak terlibat sama Rania jadi ketimpa sial.

Ngapain belajar di samping kuli? Sengaja biar dapat perhatian Adam.

Sudah bodoh, ceroboh pula. Jauh-jauh deh dari Adam, nggak pantes!

Adam my love terluka gara-gara cewek dari kelas E.

“Ran jangan sedih terus. Mereka semua mulutnya kurang difilter. Kebanyakan yang komen dari kelas A dan kelas B. Jadi, wajar mulutnya kurang attitude.”

Clara, Rensya, dan Jeno membujuk Rania agar tidak bersedih terlalu lama.

“Mereka semua iri karena Adam selalu sama lo. Karena lo cantik natural.”

“Tapi, tetap saja jadi bahan perbincangan lagi.” Rania menyandarkan kepalanya di atas meja. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Semua murid membicarakan dirinya. Memang bodoh dan ceroboh, tapi bukan Rania penyebab semuanya. Ia saja tidak tahu. Melihat Adam yang melindunginya, baru membuatnya tersadar.

Rania memeluk kedua sahabatnya, menangis keras merutuki dirinya sendiri. Ia takut jika kecerdasan Adam berkurang gara-gara tertimpa kaca.

“Tenang tenang, Adam masih cerdas kok.”

Clara dan Rensya berusaha membuat perasaan Rania tenang. Sahabatnya ini benar-benar berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Salut melihat Rania begitu tegar dan tidak menyerah agar bisa masuk ke dalam lima puluh besar siswa terpintar di sekolah ini.

***

Jam pelajaran sudah selesai. Akhirnya selama lima hari belajar, waktunya menikmati hari libur. Banyak siswa dan siswi yang merencanakan liburan selama dua hari, yakni sabtu dan minggu.

Termasuk Rayyan yang ingin mengajak Adam bermain kuda atau bermain panahan. Pasti rasanya seru.

“Hari libur mau kemana, Dam?” tanya Rayyan di sepanjang koridor sekolah.

“Di rumah, belajar untuk persiapan ujian tengah semester di hari senin.”

Rayyan bosan mendengar Adam yang tidak pernah berhenti belajar. Sekali-kali menyegarkan pikiran.

School Diary [On Going]Where stories live. Discover now