Mencoba Hidup Normal

125 25 206
                                    

Malamnya, di keluarga Adrian. Seluruh penghuni rumah seperti biasa, tengah bersantai ria dengan kegiatan masing-masing.

Pak Warno bermain karambol melawan Pak Tarsim. Naira yang tengah membaca buku resep makanan. Adam, dengan kegiatan belajarnya mempersiapkan kenaikan kelas. Sedangkan, Sofia dan Adrian sibuk dengan laporan mereka masing-masing dalam menangani pasien.

Namun, Sofia menghentikan pekerjaannya. Menghampiri suaminya yang sedang fokus mengetik laporan di laptop. Sebenarnya, ada hal yang ingin disampaikan Sofia kepada Adrian. Kalau tidak diberitahu, pasti suaminya akan “ngambek” untuk jilid kesekian.

“Sayang,” panggil Sofia.

“Hmm,” jawab Adrian tanpa menengok ke belakang.

“Nengok dulu, aku mau ngomong sama kamu.” Adrian menurut dan menghampiri istrinya di atas tempat tidur.

“Ada apa istriku?” tanya Adrian. Mendengar Adrian memanggil dengan sebutan istri. Membuat senyum Sofia mengembang dan yakin jika Adrian tidak akan memarahinya.

“Jadi gini, ada sesuatu yang harus aku bicarakan. Dibilang penting juga tidak terlalu penting. Tapi, kalau aku nggak bilang kamu, nanti ngambek lagi,” ucap Sofia sambil melipat kedua tangannya.

Mendengar ucapan istrinya, membuat Adrian curiga. Jangan-jangan Sofia diajak jalan sama Rava, dokter baru yang baginya sok kegantengan.

“Terus kamu mau ngomong apa? Jangan suka buat penasaran,” balas Adrian.

“Minggu depan, aku ada kegiatan penyuluhan kesehatan di Bandung bareng tim dokter gizi anak. Terus, karena Tommy izin nggak bisa hadir, jadi Rava yang menggantikan posisi Tommy.” Berita itu yang ingin disampaikan Sofia terkait kegiatan penyuluhan di Bandung.

Adrian langsung kesal mendengar nama Rava. Bisa-bisanya Rava kembali ikut bersama istrinya. Tidak bisa dibiarkan, Adrian tidak ingin istrinya terlalu dekat dengan Rava. Sudah berapa kali, Adrian mengatakan kalau Rava bisa saja menyukai istrinya. Sudah tahu mendapatkan Sofia butuh perjuangan yang luar biasa. Mengingat sifatnya yang tidak tentu arah.

“Aku ikut ke Bandung minggu depan. Menemani istri aku dan melindungi kamu dari kucing garong.” Adrian sengaja memanyunkan bibirnya. Hal ini yang membuat Sofia tidak tahan ingin mencium bibir suaminya karena gemas.

“Sengaja banget bibirnya dibuat kayak gitu. Mau aku caplok?” Sofia menggoda Adrian. Namanya kucing kalau dikasih ikan, ya semakin lapar. Begitu juga dengan pasangan suami istri ini. Bukannya menyelesaikan pekerjaan, malah melakukan kegiatan lain.

Disaat Adrian dan Sofia sedang menikmati romantisme hubungan pernikahan mereka. Berbeda dengan Adam, laki-laki itu terus belajar. Sampai tidak sadar, pintu kamarnya diketuk. Rupanya, sudah ada sosok Naira yang duduk di atas tempat tidurnya.

“Abang,” panggil Naira.

“Iya?” Adam masih fokus terhadap beberapa pelajaran.

“Jangan belajar terus. Antar Naira beli martabak telor di depan. Naira mau martabak.” Naira tadinya ingin minta tolong Pak Warno untuk membelikan martabak. Tapi, mengingat ucapan ibunya, yang tidak mengijinkan kedua anaknya menyuruh asisten rumah tangga mereka ketika sedang bersantai.

“Martabak depan perumahan?”

“Iya, di depan sana. Naira lihat di tiktok, banyak yang bilang enak. Ayo Abang!”

Demi sang adik, Adam akhirnya mau mengantar Naira beli martabak dengan menaiki sepeda. Lagipula, jaraknya tidak terlalu jauh.

“Bawa uangnya?” Naira menggeleng.

School Diary [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang