Différent ; 6. Different Feelings of Guilt

1.2K 215 20
                                    

HAPPY READING

Ahyeon menggenggam sebelah tangan Canny yang begitu dingin. Wajah pucat sang adik terlihat masih sama saat pertama kali ia temukan di gudang penyimpanan siang tadi.

Di usapnya lembut dahi berponi yang amat ia sayang. Ahyeon mencoba menenangkan diri dengan berucap dalam hati bahwa semua sudah baik-baik saja. Semuanya sudah terkendali.

"Istirahatlah. Aku akan keluar sebentar." Di cium nya singkat dahi sang adik, lalu setelah itu beranjak dari sana.

Ahyeon berjalan menuju pintu untuk keluar dari kamar Canny. Ia harus mengisi perut setidaknya satu suap agar memiliki tenaga.

Cklek~

"Kakak,"

Panggilan itu tak Ahyeon hiraukan. Ia hanya menggeser tubuhnya untuk mempersilakan sosok Rora yang masih lengkap dengan seragamnya memasuki kamar Canny.

Ahyeon menghela napas panjang. Ia berjalan menuju lift untuk turun ke lantai bawah. Ia memang berniat untuk pergi sebentar tadi, tapi melihat salah satu adiknya sudah menemani Canny, sepertinya Ahyeon akan membiarkan. Lagipula, Rora juga belum melihat keadaan Canny.

Ting!

Ahyeon berjalan menuju dapur, dan mendapati kembarannya yang terlihat menangis di meja makan. Ia dengan segera menghampiri Rami, lalu menepuk pelan punggung saudari kembarnya itu.

"Sudahlah, Canny baik-baik saja."

Ahyeon tahu, jika dulu Rami selalu menangis karena kasih sayang orangtuanya yang terbagi, maka alasan Rami menangis saat ini karena keadaan Canny. Mereka sangat menyayangi Canny, dan tidak ingin adik bungsu mereka itu terluka.

Rami tidak merespon. Dirinya masih sibuk menangis entah karena apa. Perasaannya campur aduk. Sedih, marah, dan kesal, semuanya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Bahkan dia tidak tahu alasan pasti kenapa dia menangis saat ini.

Cukup lama Ahyeon menenangkan sang kembaran dengan memberikan pelukan dan tepukan hangat, akhirnya Rami sudah mulai tenang. Di ambilnya gelas berisi air di depan mereka untuk diberikan kepada Rami dan untuk dirinya sendiri.

"Rora baru pulang," ucap Rami, lalu kembali meneguk air di gelas yang ia pegang.

"Hm, kami berpapasan di pintu kamar tadi." sahut Ahyeon.

"Aku kecewa di saat-saat genting seperti ini ponselnya tidak bisa di hubungi. Ku pikir dia pergi ke suatu tempat sebelum pulang, aku sempat melihat dia membawa paper bag." imbuhnya.

Sebenarnya, Ahyeon hanya sedikit kecewa dengan Rora. Adiknya itu adalah orang pertama yang ia hubungi saat melihat kondisi Canny siang tadi. Tapi, dia harus menelan pil pahit saat tahu ponsel Rora bahkan tidak aktif. Terlebih jam pulang sekolah yang sudah lewat, tapi Rora belum ada tanda-tanda sampai di rumah.

"Tapi, sudahlah. Dia sudah pulang, dan rasa khawatir ku juga sudah tidak separah tadi." Ahyeon beranjak menuju wastafel untuk mencuci gelasnya.

Meskipun terkesan dingin dengan Rora, cara Ahyeon menyayangi saudara-saudaranya tentu berbeda. Salah satunya kepada Rora. Jika Ahyeon menyayangi Canny secara terang-terangan, maka Ahyeon akan menyayangi Rora secara nyata namun terkesan dalam diam.

Différent [✓]Where stories live. Discover now