Différent ; 10. Sorry From Rami

1K 191 16
                                    

HAPPY READING

Kim Jungwoo, seorang dokter spesialis organ dalam lulusan Melbourne University di Australia. Telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar dan membantu sesama untuk sembuh. Ia tentu paham tentang reaksi tubuh orang-orang ketika merasakan sesuatu dari dalam tubuh mereka. Bahkan ia sangat yakin, sesuatu dapat di ketahui oleh semua dokter hanya melalui detak jantungnya.

"Bagaimana, dok?"

Dokter Jungwoo melepas stetoskop dari kedua telinganya. Dia menghela napas berat sebelum menghadap pada keluarga Jung yang sedari tadi telah menunggu keterangan darinya.

"Tuan Jung, saya tidak bisa memvonis hanya dari pemeriksaan ringan. Kita perlu membawa Canny ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut." ucap Dokter Jungwoo.

"Apa... anda menduga sesuatu, dokter Kim?" Jisoo bertanya lirih. Bagaimanapun insting seorang ibu sangatlah kuat. Melihat keterdiaman dokter Jungwoo, membuatnya semakin gelisah.

Jaehyun mengelus pundak Jisoo lembut. Perasaannya pun tak kalah takut. Ia begitu tahu tentang Jungwoo, teman lamanya. Melihat Jungwoo yang seperti menyembunyikan sesuatu membuatnya semakin yakin bahwa putrinya sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.

"Apakah kita perlu ke rumah sakit sekarang?" tanya Jaehyun.

"Semakin cepat semakin baik, tapi kita perlu menunggu Canny untuk sadar lebih dulu. Agar proses pemeriksaan jauh lebih mudah jika pemilik tubuh dapat merespon." jawab dokter Jungwoo. Dia kembali berbalik untuk memeriksa nadi Canny, lalu setelah itu berkutat dengan alat-alatnya.

Keluarga Jung di belakangnya tampak mematung. Apapun yang berkaitan dengan rumah sakit jelas bukan kabar baik. Pemikiran mereka kini di isi kemungkinan-kemungkinan tentang sakit apa yang menyerang si bungsu?

Pemeriksaan telah selesai 1 jam yang lalu. Dokter Jungwoo telah kembali, dan Canny pun sudah sepenuhnya sadar.

Di dalam kamar Canny kini tinggal 4 orang. Canny yang asik memeluk Rora, dan Asa yang sibuk menyuapi adik bungsunya itu. Jangan lupakan atensi Yoshi yang sedari tadi sibuk melihat buku-buku Canny yang berserakan.

"Kak Asa, kekasihmu sepertinya suka hal random ya?" Canny berbisik setelah berhasil menelan satu suapan dari Asa.

"Sttt, kamu tidak boleh bicara seperti itu." Rora memperingati sang adik yang kini menatap Yoshi dengan tatapan kesal.

Ayolah, Canny tidak pernah mengizinkan kakak-kakaknya untuk menyentuh buku-buku berharganya, tapi Yoshi dengan santainya malah duduk manis dan sibuk membolak-balikkan bukunya.

"Dia hanya selalu penasaran dengan hal baru." jawab Asa. Tanpa sadar wajahnya memerah. Dia dan Yoshi hanya dekat, mereka tidak pacaran.

Rora yang melihat wajah memerah kakaknya lantas berpura-pura terkejut.

"Oh my God, kak Asa, what happen with your face? Wajah mu memerah." tanya Rora panik.

Canny yang tahu jika Rora sedang menggoda sang kakak, ikut membuat wajah terkejut. Tatapannya lantas tertuju pada Yoshi yang sepertinya mulai memperhatikan mereka.

"Brother, wajah kak Asa memerah. Menurut mu dia kenapa?" Canny bertanya penasaran pada Yoshi yang mulai berjalan pada ranjangnya.

Différent [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora