Différent ; 45. Mama, Papa, and Their Seven Daughters

671 126 24
                                    

HAPPY READING

"Jadi aku akan tetap bersekolah, kan?"

Rora tak bisa menyembunyikan wajah senangnya saat sang ayah mengangguk untuk menjawab pertanyaan darinya. Ia kembali menghadap pada santapan pagi ini yang terlihat sangat menggoda, meskipun pada kenyataannya hanya nasi dan sayuran di atas piringnya.

"Kenapa kamu begitu senang hanya karena mendapat izin masuk sekolah? Jika aku jadi kamu, sudah pasti lebih memilih untuk melakukan home schooling daripada repot bangun pagi dan bersiap lebih awal untuk berangkat ke sekolah."

Rami berucap dengan kedua alis yang dinaikkan. Namun, kerutan di dahinya justru terlihat saat melihat Rora yang justru tertawa kecil sembari menggeleng.

"Aku juga punya teman di sekolah, aku ingin menghabiskan masa belajar ku bersama teman-teman ku." kata Rora, "lagipula, home schooling justru akan lebih sulit. Kakak bisa bayangkan, saat tutor bertanya padamu dan kamu yang masih belum paham? Jika kamu di sekolah, paling tidak masih ada banyak murid yang di berikan pertanyaan selain dirimu."

Penjelasan Rora membuat Ahyeon tertawa sembari memukul pundak kembarannya. Hal itu menimbulkan raut wajah kesal di wajah Rami yang kini atensinya sepenuhnya ada pada Ahyeon.

"Home schooling itu menyebalkan," Ahyeon menoleh pada sang ayah, "Rami ingin home schooling, papa bisa mencarikan tutor untuknya."

"Tidak mau! Haish, dasar kau menyebalkan!"

Dan kegaduhan yang ditimbulkan oleh kembar Jung tak lagi bisa dielakkan. Untuk kali ini, Jaehyun dan Jisoo tak mempermasalahkan ketidaksopanan anak kembar mereka. Mereka justru tertawa dan tawa itu menular pada anak-anaknya yang lain.

"Sudah-sudah. Cepat habiskan sarapan kalian dan segera berangkat jika tidak ingin terkena macet." timpal Jaehyun.

Kurang lebih 10 menit kemudian, ruang makan itu telah sepi karena sebagian penghuninya telah pergi menjalani aktivitas masing-masing.

Hari ini hanya ada Rora, Pharita, dan Ruka di mansion. Asa harus kembali ke kampus untuk mengejar ketertinggalannya, karena Ruka sendiri sudah memperingatkannya kemarin.

"Rora?"

Rora menoleh saat suara Pharita memanggilnya. Kedua sudut bibirnya tertarik saat sang kakak yang berjalan keluar dari dapur sembari membawa segelas mug Pikachu yang ia yakini berisi susu coklat.

"Ini," Pharita menyerahkan mug itu sembari duduk di samping Rora.

"Terimakasih," kata Rora.

"Sama-sama."

Pharita tersenyum lembut saat melihat Rora yang kini tengah meniup uap panas yang keluar dari dalam mug. Tak berselang lama, gadis itu meneguk minuman coklat sedikit-sedikit untuk menikmati setiap rasa yang lidahnya rasakan.

"Kakak besar sedang sibuk ya?"

"Iya, dia harus menyelesaikan pekerjaannya hari ini juga." Pharita tersenyum, "kenapa?"

Rora menggeleng, "tidak, aku hanya berpikir jika rumah sangat sepi sekarang."

Ucapan Rora mengundang tawa dari Pharita. Gadis cantik berambut panjang itu mencubit pelan pipi sang adik dan mendapat pekikan dari empunya.

"Saat kalian bertiga tidak ada, rumah justru sangat sepi. Ahyeon dan Rami lebih banyak belajar di kamar, begitupun dengan Canny. Mama dan papa juga sedang sibuk-sibuknya mengurus hotel baru mereka, dan hanya aku yang tinggal di rumah sendiri." ucap Pharita.

"Tapi kakak bukannya ke kampus?" tanya Rora sembari mengerjap.

"Iya. Karena melihat kesibukan penghuni rumah, aku jadi lebih banyak menghabiskan waktu di kampus."

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang