Différent ; 42. White Space is a Problem

638 122 35
                                    

HAPPY READING

Pagi ini, Jungwon sedang berada kediaman Jung. Laki-laki itu hendak menjemput Pharita yang malah justru sekarang tengah terjebak pada sarapan di keluarga itu. Untung saja ia sudah memberitahu Pharita sebelumnya, bahwa dirinya harus ke sekolah Netherland untuk mengurus sesuatu dan disetujui oleh gadis itu.

"Kenapa buru-buru sekali? Sarapannya masih banyak."

Jungwon membungkuk kecil sembari tersenyum, "terimakasih sebelumnya, aunty. Tapi kami harus pergi karena ada urusan penting."

Jaehyun yang mendengar itu mengangguk kecil, "baiklah, hati-hati di jalan."

"Kami pamit, mama, papa. Sampai jumpa lagi."

"Sampai jumpa lagi."

Pharita dan Jungwon keluar bergandengan keluar dari mansion itu. Keduanya berjalan beriringan menuju mobil Pharita, gadis itu yang mengusulkan karena dia sedang menggunakan rok pendek. Tidak ingin menjadi tontonan umum jika harus menaiki motor Jungwon yang tinggi.

Mobil mewah berwarna putih milik gadis Jung itu keluar dari pekarangan rumah Jung. Keduanya saling diam sebelum Pharita memulai pembicaraan.

"Sebenarnya kamu ingin melakukan apa di Netherland? Ijazah mu masih di tahan?"

Jungwon berdecak pelan dibuatnya. Laki-laki itu mencubit pipi Pharita cukup keras sampai membuat gadis itu menjerit dibuatnya.

"Bukan. Aku memiliki urusan lain."

"Tidak harus mencubit pipiku, dasar kekasih jahat!" Pharita mengerucutkan bibirnya sembari mengelus pipinya yang tadi Jungwon cubit.

"Maaf," Jungwon tertawa kecil, tangannya ikut mengelus pipi Pharita dengan lembut.

"Intinya aku butuh bantuan mu. Keluarga Jung donatur tetap di sana, kan? Aku membutuhkan kuasa kalian untuk mengatasi masalah besar di sana." timpal Jungwon.

Pharita mengerutkan dahinya. Ia menegakkan tubuhnya sembari mengambil cola dari dashboard mobil yang sengaja ia simpan di sana. Berjaga-jaga di waktu seperti sekarang.

"Jika itu berurusan dengan Jung, maka aku perlu tahu dengan rinci urusannya."

Jungwon tahu jika Pharita menginginkan penjelasan rinci. Dan hal itu yang terkadang membuat Jungwon tidak bisa untuk berbohong.

"Kemarin aku bertemu dengan seorang murid dari Netherland yang terlihat berantakan. Gadis itu ternyata mendapat perundungan di sekolah, dan aku bahkan yakin jika kamu yang melihatnya, kamu pasti akan merasa kasihan."

Pharita mengerjap, "separah itu?"

"Sangat," Jungwon mengangguk, "kamu bisa bayangkan, ada seorang gadis berlari dari sekolah Netherland sampai pusat perbelanjaan yang jika dihitung jaraknya ada sekitar hampir satu kilometer. Dengan keadaan basah kuyup dan tubuh yang bergetar hebat."

"Aku tidak sejahat itu untuk tetap membiarkannya sendirian di jalanan." lanjut Jungwon.

Keduanya terdiam dengan pemikiran masing-masing. Seoul tidak pernah absen dari macet. Bersamaan dengan mobil keduanya yang berhenti di lampu merah, suara Pharita kembali terdengar.

Différent [✓]Where stories live. Discover now