Différent ; 27. Arguing at Dinner

742 145 25
                                    

HAPPY READING

"Kakak, bagaimana menurutmu tentang kak Heeseung?"

"Biasa saja,"

Rora yang mendengar itu berdecak, "kakak jangan seperti itu. Kak Heeseung itu baik. Dia sering menemaniku belajar, bahkan sering memberiku roti dan susu."

Saat ini, Ruka dan Rora sedang dalam perjalanan pulang. Ruka sedari tadi hanya bisa tersenyum setiap kali mendengar ocehan Rora mengenai laki-laki yang ia tahu bernama Heeseung.

Lee Heeseung lebih tepatnya. Orang yang sama yang menabraknya kemarin di bandara. Ruka pikir itu hanyalah sebuah kebetulan semata, karena bagaimanapun dunia ini sempit, seperti kata orang-orang.

"Lalu, aku harus seperti apa, Rora? Yang penting kami sudah berkenalan seperti yang kamu mau, bukankah itu sudah cukup?" Rora menggeleng tegas, yang berhasil membuat Ruka merotasikan matanya malas.

"Aku yakin kamu memiliki tujuan tersembunyi. Katakan, dasar anak nakal!"

Rora mendengus sembari melipat kedua tangannya. Siapapun pasti sudah tahu niat Rora jika sedari awal rencana yang ia buat sangatlah kuno.

Bagaimana tidak kuno. Rora dengan seenaknya meminta nomor Heeseung untuk Ruka dan sebaliknya. Sedangkan 2 orang dewasa yang menjadi korban itu hanya bisa tersenyum kikuk karena tidak bisa menolak. Dan begitulah, hari pertama Ruka yang memalukan apalagi didepan orang baru seperti Heeseung.

"Aku tidak memiliki rencana apapun?" ucap Rora pelan. Gadis itu menatap jalan didepannya dengan malas, Ruka sudah bisa menebak rencana busuknya, ini gawat.

Ruka menggeleng tak habis pikir. Tak ingin memperpanjang masalah, ia hanya diam tanpa menyahut. Dalam hati sudah sangat ikhlas dengan kejadian di luar nalar yang mungkin akan terjadi nanti.

"Seoul sangat macet. Ini bahkan jauh lebih parah daripada saat aku belum ke Kanada." gumam Ruka pelan.

Masih seperti Seoul di hari-hari biasa, macet yang parah tak lagi bisa dielakkan. Kedua kakak-beradik Jung itu terjebak macet di belokan pertama setelah keluar dari Netherland. Separah itu, sampai-sampai Rora tertidur karena kantuk yang amat sangat berat yang ia tahan.

Ruka menyandarkan tubuhnya ke belakang, tatapannya lantas tertuju pada Rora yang sedang tertidur di sampingnya. Keningnya mengernyit saat menyadari jika tidur Rora seperti tidak nyaman.

"Dia kedinginan?" Ruka lantas mengambil selimut di kursi belakang yang selalu ia bawa. Setelah itu, ia dengan pelan membalut tubuh Rora dengan selimut berwarna hitam miliknya. Ruka juga menaikkan suhu ac agar udara di dalam mobil tak terlalu dingin.

Setelah merasa cukup baik, Ruka lantas kembali melajukan mobilnya. Rora disampingnya pun tak merasa terganggu dengan kecepatan mobil yang mereka kendarai, dan itu cukup menjadi kesempatan untuk Ruka agar bisa cepat sampai rumah.

Kurang lebih 30 menit perjalanan dari Netherland ke kediaman Jung. Bersamaan dengan mobil sang kepala keluarga yang mengikuti mobil Ruka dari belakang. Kedua mobil itu berhenti pada garasi mobil yang cukup luas.

Ruka lebih dulu membuka pintu mobil. Ia berencana untuk meminta bantuan sang ayah untuk mengangkat Rora. Melihat Rora yang tertidur nyenyak, ia tidak tega untuk membangunkan sang adik.

"Papa,"

Jaehyun yang baru saja keluar dari mobil, dikagetkan dengan suara anak pertamanya. Ia tersenyum, lantas berjalan mendekat untuk mencium kening si sulung.

"Ada apa?" tanyanya.

"Bisakah papa membantu ku? Rora tertidur, dan aku tidak tega jika harus membangunkannya. Papa bisa mengangkatnya ke kamar?" Ruka berucap dengan nada memohon, meskipun ia tahu sang ayah akan tetap mengangkat Rora tanpa ia minta.

Différent [✓]Where stories live. Discover now