Différent ; 16. The Nightmare

897 171 13
                                    

HAPPY READING

"Dasar anak-anak tidak tahu diri! Apa maksud kalian dengan mencoba melarikan diri?! Kalian pikir, siapa orang diluar sana yang mau menampung 2 orang anak berdarah kotor seperti kalian?!"

"A-ampun ibu,"

"Tidak ada makanan untuk kalian selama 2 hari ke depan. Kembali ke gudang!"

"I-ibu, biarkan Canny makan, dia belum makan dari semalam, tolong.."

"Bahkan seandainya besok pagi hanya tersisa tubuh tak bernyawa kalian, aku tetap tidak akan perduli barang sedikitpun. Pergi sebelum aku pukul kalian berdua di sini!"

"Ampun... jangan, tolong..."

Canny meremas selimut dengan begitu erat. Wajahnya terlihat penuh dengan keringat. Nampak sangat jelas kerutan di dahinya dengan napas yang terdengar sangat tidak teratur.

Canny menggeleng ribut dengan suara isakan yang semakin kuat. Di alam bawah sadarnya, sebuah memori lama nampak berputar dengan begitu jelas. Kali ini sebuah kejadian di mana dirinya yang baru saja mengenal kehidupan.

"Menurutmu, apa yang bisa mereka lakukan setelah dewasa?"

"Yang pasti, sesuatu yang dapat menghasilkan uang."

"Apakah Russia meminta anak berusia 3 tahun sebagai pemuas nafsu? Jangan bercanda, mereka akan mati sebelum benar-benar bisa menghasilkan uang."

"Kita akan tahu setelah lelang selesai besok malam. Bukan begitu, gadis kecil?"

Canny semakin menggeleng. Dia mencoba menghindari sebuah tangan yang seolah tengah menariknya paksa dari tempatnya saat itu.

"Tolong, ampun... hiks, jangan..."

Tangisannya semakin keras. Kedua matanya masih tertutup, dan alam bawah sadarnya masih menampilkan memori lama yang jelas menjadi masa lalu terburuk untuk Canny.

"Dain, tolong Canny! Uhuk... sesak, Dain. Uhuk... uhuk... Canny tidak bisa bernapas- uhuk!"

"Dain... tolong, hiks... Canny, sesak..."

"Dain... tolong Canny, hiks... tolong,"

"Dain!"

Canny membuka matanya ketika kesadarannya berhasil menariknya paksa dari mimpi buruk. Napasnya masih tersendat-sendat, dia tidak bersuara dan bahkan dirinya bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri. Dilihatnya setiap sudut kamarnya yang masih sama, Canny lantas mendudukkan dirinya untuk bisa bersandar pada headboard.

Tubuhnya jelas bergetar hebat, bahkan jantungnya berdetak tak beraturan. Setelah beberapa kali mencoba menenangkan diri dengan membuang napas, Canny dengan cepat mengambil botol obat di dalam laci. Menelan beberapa butir pil yang ia yakini melebihi dosis yang biasa ia minum. Canny tidak peduli, dia hanya ingin ketenangan.

Selang beberapa menit, efek dari pil yang ia minum baru bisa dirasakan. Detak jantungnya kembali normal, begitupun dengan napasnya. Rasa takutnya sedikit memudar, meskipun samar-samar ingatannya masih bisa mendengar suara-suara mengerikan itu dengan jelas.

"Apa yang terjadi denganku? Kenapa mimpi buruk itu masih selalu datang?" monolog Canny. Di genggamnya erat botol obat dengan tulisan Efexor Xr 75 mg 28 Strip. Sebuah obat anti depresan yang mengandung Venlafaxine yang beberapa tahun ini telah menemani Canny di waktu-waktu seperti sekarang.

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang