Différent ; 64. In the Stars

1.3K 143 121
                                    

HAPPY READING

Langit-langit ruangan kembali menyapa penglihatan Rora. Tatapannya begitu kosong, entah sudah berapa lama dirinya terbaring di sana, Rora tak tahu.

Suara elektrodiogram menjadi satu-satunya yang ia dengar. Kesunyian menyapanya, membuat pikirannya melayang entah kemana.

Jika boleh jujur, tubuh Rora sudah sangat sakit. Denyut menyakitkan ada di beberapa tempat, termasuk perut dan kepalanya. Tapi Rora tak ingin peduli, bahkan wajahnya terlampau datar untuk sekedar meringis dan menyuarakan sakitnya.

Cukup lama, sampai ia memejam dan meringis ketika sakit di perutnya seperti sebuah hantaman yang menyakitkan. Tangannya mulai meraba bagian perutnya, lalu meremas pelan berharap yang ia lakukan dapat mengurangi rasa sakitnya.

Cklek

"Dain!"

Rora kembali membuka matanya saat suara yang amat ia rindukan terdengar. Dapat ia lihat, kini Canny tengah menangis di atas kursi roda yang tengah di dorong oleh Jaehyun.

"Dain, hiks..."

Canny memeluk Rora yang terbaring, tangisnya bahkan semakin kuat. Tidak ada yang bisa Rora lakukan selain membalas pelukan Canny tanpa tenaga. Setitik air mata jatuh saat dagunya merasakan lembutnya rambut Canny.

Jaehyun dan Jisoo hanya mampu melihat mereka tanpa ingin ikut serta dalam pelukan itu. Interaksi keduanya terlampau menyayat hati daripada apapun, dan kali ini pun demikian.

Canny mendongak, menatap netra sang kakak yang tengah menatapnya sendu.

"Kenapa sakit? Hiks, kenapa tiba-tiba sakit, Dain?" Bibirnya bergetar dengan isakan yang tak bisa ditahan.

"Jangan sakit, aku tidak suka." katanya, lagi.

Rora mengangguk kecil, berusaha untuk tak terisak seperti yang Canny lakukan. Dielusnya rambut Canny yang begitu lembut, lalu beralih mengusap air mata di pelupuk mata sang adik.

"Jangan menangis," bisiknya, yang masih dapat didengar oleh Canny maupun kedua orang tuanya.

"Tidak apa-apa, semuanya tidak apa-apa." lanjutnya.

Bukannya berhenti menangis, Canny justru semakin kuat terisak bahkan memukul bangsal Rora pelan.

Tidak ada yang tidak apa-apa. Bagi Canny, keadaan sekarang bahkan sangat buruk. Melihat bagaimana tubuh Rora yang dipenuhi oleh berbagai macam alat medis, membuat hati Canny sakit.

"Sakit! Sakit, Dain... sakit!"

Canny berseru sembari memukul dadanya, yang mana hal itu membuat Rora menggapai tangan Canny dan menjauhkannya dari area dada.

Rora tentu khawatir, Canny memiliki pneumonia dan takut jika perbuatan Canny dapat membuat penyakit itu kembali. Rora tentu tidak ingin hal itu terjadi.

"Bagian mana yang sakit, hm? Kemari, aku akan mengelusnya." kata Rora pelan. Tangannya mulai sibuk mengelus dada sang adik yang tadi sempat mengeluh sakit di bagian sana.

Canny menggapai tangan Rora, lalu menempelkannya pada bagian kiri dadanya.

"Ini, hiks... di sini yang sakit, Dain." Canny kembali memukul dadanya beberapa kali menggunakan tangan Rora.

Différent [✓]Where stories live. Discover now