Différent ; 22. She's a Simple Girl Who Likes Peace

816 150 17
                                    

HAPPY READING

"Dain,"

"Hm?"

"Kenapa tidak berangkat sekolah?"

"Aku ingin bersamamu,"

"Dain,"

Rora menghela napas panjang sebelum duduk disamping bangsal Canny. Ditatapnya wajah pucat yang terlihat lebih baik dari sebelumnya, dengan tatapan lesu.

"Ada apa, Canny?"

Canny hanya diam. Tak berniat untuk membalas ucapan Rora ataupun sekedar merespon dengan gumaman. Gadis itu menengadahkan tangan kanannya, yang langsung digenggam oleh tangan Rora.

"Bukankah kamu akan mengikuti olimpiade? Jika kamu tidak berangkat, bagaimana jika kamu tidak boleh ikut?"

Rora tersenyum kecil. Meskipun suara Canny masih lemah, tapi gadis berponi itu masih bisa untuk berucap dengan cerewet.

"Menurutmu, apakah semua itu terdengar lebih penting daripada keadaan mu sekarang?"

Rora membungkus telapak tangan Canny menggunakan kedua tangannya. Ia mencium punggung tangan itu dengan lembut dan cukup lama.

"Seandainya aku memang tidak diperbolehkan untuk ikut, itu bukanlah masalah besar untukku. Kamu jauh lebih penting dari apapun yang ada di dunia ini. Aku akan selalu ada di samping mu dan akan selalu menyemangati mu sampai kamu sembuh." Rora tersenyum setelah berucap demikian.

Olimpiade itu bukanlah hal penting bagi Rora untuk sekarang. Ada hal yang jauh lebih penting dari apapun di dunia ini, yaitu Canny. Adik kecilnya sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, dan dalam keadaan itu Canny membutuhkan semangatnya.

Seandainya memang dirinya di keluarkan dari kandidat olimpiade sains dalam mata pelajaran fisika, Rora tidak masalah. Masih ada banyak kesempatan lainnya jika dia ingin. Kehilangan kesempatan satu kali tidak akan membuat seorang Rora menjadi terkalahkan.

Canny yang mendengar itu hanya bisa menatap Rora sendu. Ia tahu betul jika Rora pasti sudah menghabiskan banyak waktu untuk belajar agar bisa ikut olimpiade dan mewakili sekolah.

"Jangan dipikirkan, Canny. Lagipula, aku hanya tidak berangkat satu kali ini. Mereka tidak mungkin langsung menendang ku jika hanya aku satu-satunya yang mampu." Rora tertawa pelan di akhir kalimat. Sedikit menyombongkan diri jika pihak sekolah sangat membutuhkannya.

"Ck, terserah Jung. Aku ingin tidur."

"Ey, kamu juga Jung ingat? Astaga,"

Canny semakin kesal dibuatnya oleh Rora. Ia berbalik badan memunggungi Rora, lalu tersenyum lembut saat sang kakak dirasa tak dapat melihatnya.

"Baiklah, aku akan keluar dulu. Setelah ini giliran kak Rami yang akan menemanimu. Jangan nakal, mengerti?"

"Hm,"

Rora menggeleng kecil saat Canny hanya bergumam untuk menyahuti ucapannya. Setelah mencium kepala Canny, Rora lantas berjalan keluar ruangan. Meninggalkan Canny yang tak benar-benar ingin tidur.

Cklek

"Kak Rami, kamu bisa masuk. Tapi Canny sempat bilang jika dia ingin tidur." Rora berucap pada Rami yang sedang duduk bersebelahan dengan Ahyeon di kursi panjang di depan ruangan.

Gadis tinggi berambut panjang itu mendongak, ia lantas mengangguk lalu berdiri.

"Baiklah, aku akan menemaninya di dalam. Rora, kamu bisa pulang jika ingin. Ahyeon akan mengantarmu." kata Rami sebelum dirinya masuk ke dalam ruang inap si bungsu.

Différent [✓]Where stories live. Discover now