Différent ; 62. Rain of Sadness

812 126 68
                                    

HAPPY READING

Pagi hari cukup menegangkan di kediaman Jung. Setelah mematangkan pikirannya, Jaehyun telah mengambil keputusan jika Rora akan kembali ke Singapura untuk melakukan pengobatan sampai sembuh.

Terdengar tegas, sampai-sampai Asa dan Ahyeon yang sering menolak apapun yang dapat menyakiti perasaan adik-adik mereka, kini hanya bisa bungkam dan mau tak mau menyetujui.

"Ini adalah jalan terbaik untuk kita semua, dan papa tidak ingin dari kalian ada yang menolak." Dan itu adalah kalimat terakhir yang Jaehyun ucapkan, sebelum kembali menjatuhkan tubuhnya ke belakang.

Ruka sendiri tak bisa berkata-kata. Setelah mendengar penuturan dari dokter Jungwoo kemarin, mungkin memang ini adalah jalan satu-satunya bagi Rora untuk sembuh. Karena memang sedari awal, Rora tidak seharusnya pulang.

Asa terlihat menghela napas panjang, "aku setuju. Hanya saja, aku belum siap menerima respon dari Rora. Dia terlihat bahagia saat pulang."

Ucapan itu disetujui oleh mereka semua dalam hati. Rora terlihat sangat bahagia saat kembali pulang, terlebih kembali pada kamarnya. Mereka tentu memikirkan, apa yang akan terjadi jika seandainya Rora tahu jika mereka akan kembali membawanya ke Singapura.

"Papa tahu, Asa. Hanya saja ini untuk kebaikannya sendiri, dan mau tak mau, Rora harus mau." timpal Jaehyun. Sosok kepala keluarga itu terdengar sangat frustrasi dari nada suaranya.

"Papa, tidakkah papa mau untuk melakukan tes kecocokan pada ginjal ku?"

"Jangan bercanda, Asa!" Sentak Pharita.

Asa menggeleng kecil, "seharusnya bukan masalah, kak."

"Tentu itu masalah. Rora membutuhkan 2 ginjal, dan kamu hanya memiliki 2 ginjal. Memang Rora akan sembuh, tapi kami semua akan kehilanganmu!" Potong Pharita cepat.

Suasana memanas secara tiba-tiba. Mereka semua seperti tumpahan bensin, dan penuturan Asa seperti setitik api yang berhasil membakar seluruh perasaan orang-orang di sana.

"Asa, jangan sekali-kali kamu mengatakan hal itu. Rora memang membutuhkan pendonor, tapi bukan kamu. Kita semua masih dapat menunggu pendonor seperti yang dokter Kim katakan, begitupun dengan dokter Fredrick." Jisoo berucap dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Jujur dia sangat terluka saat Asa mengatakan hal demikian, karena dirinya sendiri pun tak berani untuk berucap meskipun dia ingin.

Canny di sebelah Rami hanya bisa meremas hoodie miliknya kuat. Rasa sesak yang tertahan begitu kentara sejak sang ayah memulai pembicaraan dan mengambil keputusan.

Rora akan kembali ke Singapura, itu berarti dirinya akan sendiri di sini, di rumah ini. Sendiri bukan dalam artian sendirian tanpa teman, tapi asing pada sekitar jika tanpa sang kakak.

Tapi, Canny pun tak bisa egois karena bagaimanapun ini untuk kesembuhan Rora.

Helaan napas kasar terdengar dari sang kepala keluarga. Semuanya hanya bisa menunduk, terlebih Asa yang sempat mengatakan hal bodoh.

"Asa. Papa tahu apa yang khawatirkan, tapi tolong... hargai papa yang saat ini sedang berusaha mencarikan pendonor untuk adikmu."

"Maaf, papa."

Jaehyun mengangguk, "untuk itu, papa akan membawa Rora kembali ke Singapura besok pagi."

Différent [✓]Where stories live. Discover now