LEONALSHA || 30. We time.

368 13 7
                                    

Mengantarkan Alsha pulang dari kerja sudah seperti rutinitas baru dan wajib bagi Leon, seperti seorang suami yang mengantar jemput istrinya saat sedang bekerja.

Dan kini, di perjalanan menuju rumah Alsha, keduanya menikmati angin sore yang akan menjadi malam dalam hitungan menit.

Alsha memeluk pinggang Leon dan bersandar pada punggung pemuda itu. Dia tidak malu atau canggung lagi melakukan itu, dan berusaha mendekatkan diri kepada Leon.

"Le, Le, berhenti dulu di sini!" Alsha menepuk-nepuk pundak Leon agar pemuda itu berhenti. Padahal di jalanan yang sepi, dan view dari tempat itu terlihat beberapa perumahan dengan lampu yang menyala.

"Kenapa berhenti di sini?" tanya Leon menoleh sebentar kepada Alsha.

"Berhenti aja dulu," ucap Alsha.

Leon menurut. Dia menghentikan motornya di pinggir jalan dan turun, melihat Alsha yang menikmati pemandangan malam di sana. Berdiri di sebelah gadis itu dengan pandangan ke depan.

"Kenapa berhenti di sini, sih, Al?" Lagi-lagi Leon bertanya karena masih bingung.

Alsha menoleh sebentar dan terkekeh. "Kalau aku bilang mabuk naik motor kamu, percaya?" tanya Alsha lalu terkekeh di akhir kalimat.

Dengan kening berkerut, Leon menatap Alsha. "Kenapa bisa mabuk? Mabuk motor kan?" Alsha mengangguk. "Padahal aku bawa motornya gak kencang-kencang banget kok. Pelan banget malahan."

Tawa Alsha semakin kencang. Dia geleng-geleng. "Nggak ah. Aku cuman bercanda, gak mabuk. Aku bilang berhenti di sini karena ... mmm ... kalau sampai rumah juga bosan kan, gak ada yang bakal aku lakuin, jadi ... anggap aja ini cari angin, toh view di sini juga bagus tuh," jelasnya panjang lebar.

Leon tertawa kecil dan mengangguk. Lalu dia rangkul bahu Alsha dan meletakkan bersandar pada bahunya. Keduanya menikmati pemandangan yang indah saat mereka juga sudah pemandangan yang indah bagi orang-orang yang lewat, tapi sayangnya tidak ada orang yang lewat di sana.

"Aku mau nanya boleh?" tanya Leon kemudian.

"Boleh dong. Sejak kapan dalam hubungan kita ini gak boleh nanya satu sana lain?" tanya Alsha.

Leon kembali tertawa, lalu berucap, "sekolah hari ini gimana? Gak ada yang gangguin kan?"

Alsha langsung mendongak dan mengangguk-anggukkan kepalanya antusias. "Seru banget. Banyak tuh yang ajak aku temanan. Mana semuanya pintar-pintar, baik lagi."

"Bagus kalau kamu suka," ucap Leon. "Terus ... ada cowok gak?" gumam Leon kembali bertanya.

"Hah?" Alsha malah terperangah tak mengerti dengan pertanyaan Alsha. "Di kelas kami banyak cowok Leon, ada cowok apa maksud kamu?"

"Maksud aku, gak ada cowok yang kenalan kan sama kamu? Gak ada cowok yang minta nomor telepon kamu kan? Atau bahkan langsung minta foto bareng. Gak ada yang kayak gitu kan, Alsha," jelas Leon sejelas-jelasnya. Menunjukkan kecemburuannya.

Alsha terdiam sebentar sebelum tawanya lepas begitu saja, dia tertawa bahak. Sampai-sampai menunduk memegangi perutnya karena menahan tawa kencangnya.

Leon sendiri, dia terdiam. Dia tidak merasa ada yang salah pada pertanyaannya.

"Kenapa ketawa?" tanya Leon. "Wajar kalau aku nanya gini. Kecuali kalau kita gak ada hubungan apa-apa, baru kamu boleh curiga kalau aku tanya begini," lanjutnya.

Alsha mengangguk dan mencoba kembali tenang. Dia masih sedikit tertawa dan melap sedikit air mata yang keluar dari sudut matanya.

"K-kamu ... lucu banget cemburunya. Sampe hal wajar aja kamu buat gak wajar," ujar Alsha.

LEONALSHAWhere stories live. Discover now