Ephemeral Love 10

40.8K 2.9K 12
                                    

Tommy menatap bingung Flora yang sudah menyelesaikan sarapannya dan hendak pergi.

“Flo, mau kemana sepagi ini? Adrian kan sudah melarang mu ke rumah sakit," ujarnya lembut.

“Ke rumah sakit.”

“Dengar, Flo sayang! Kami khawatir padamu. Jangan ke sana lagi, ya? Hari ini kamu di rumah saja, atau ke kantor Adrian juga tidak masalah.” Tommy menghampiri putrinya.

“Aku ingin menjadi dokter, yah. Ini keinginan ku. Ayah bilang akan memenuhi semua kemauan ku, kan? Aku ingin menolong pasien," tolak Flora. Jujur dia tidak ingin mengecewakan Tommy. Tapi dia tidak mau berdiam diri dan menunggu saja.

“Kamu kelemahan ku, Flo. Baiklah jika itu maumu, tapi ayah tidak mau ada kabar seperti kemarin lagi. Lakukan saja kegiatan mu yang sudah dianjurkan oleh dokter Yogi. Bicarakan ini baik-baik dengan Adrian juga.” Tommy memberi saran. Dia mengelus kepala Flora dan membiarkan putrinya pergi.

Flora pun tiba di rumah sakit. Tak ingin mengacau, dia langsung melakukan tugas basic dan santai itu seperti biasanya.

Jam menunjukkan pukul sebelas. Dia meraih ponselnya yang ternyata sudah mendapatkan banyak panggilan masuk dari Adrian dan Crish.

“Yang benar saja?" Dia mendengus dan kembali ke pekerjaannya.

Sementara itu, Adrian dan Crish sudah tiba di rumah sakit. Keduanya nampak mencari sosok yang sedari tadi tidak menjawab panggilan mereka.

“Aku tidak hati-hati. Bagaimana bisa aku memecahkan vas itu saat mencoba menangkapnya?" Flora bergumam pada Sam yang memasang plester luka ke tangannya. Serpihan tajam itu mengenai tangan kirinya.

“Ya, kamu tidak fokus." Windy menjawab.

Adrian dan Crish pun menemukan mereka yang duduk di kursi koridor.

“Flora!” Panggil Adrian penuh kemarahan. Suara tegasnya membuat ketiga orang itu menoleh bersamaan.

“Apa yang kukatakan tentang ini? Kamu tidak boleh bekerja lagi!" Adrian menarik lengan Flora dan hendak membawanya.

“Aku tidak mau, Adrian! Lepaskan!”

Adrian semakin marah. Dia mencengkram lengan Flora dan menatapnya tajam. “Kenapa kamu begitu keras kepala? Seorang pasien tetaplah pasien! Kamu tidak bisa menjadi dokter! Kamu penyakitan, Flora!" Bentak pria itu naik pitam.

Flora merasakan emosi itu. Sakit yang seolah-olah menyayat hatinya, sedih, dan kecewa.

“Adrian, tenanglah,” ucap Crish memperingati.

“Pak Adrian, maaf jika saya lancang. Tapi anda sebaiknya tidak mengatakan hal itu. Flora ingin menjadi seorang dokter dan ...”

“Aku memperingati mu untuk tidak mendekati Flora!" Adrian memotong ucapan Sam. Dia langsung membawa Flora dari sana menuju mobil.

Adrian menatap Flora yang hanya diam. Wanita itu masih sibuk mencerna ucapan Adrian.

Crish yang mengemudi menoleh sejenak. Dia lalu menggeleng karena merasa kesal dengan sikap kasar Adrian itu.

“Flora, ingin memakan sesuatu? Kita bisa berhenti di suatu tempat terlebih dahulu," ujar Crish namun hanya didiami saja.

“Atau ingin ke toko roti favorit mu? Bagaimana dengan restoran dekat danau yang ...”

“Aku tidak mau.” Wanita itu bergumam pelan.

Crish menghela nafasnya. “Selamat Adrian, selamat!” Crish yang kesal menyalahkan temannya itu.

“Flora, kamu melewati batasmu lagi!" Ucap Adrian dingin.

Flora diam. Dia benar-benar tidak merespon sampai mereka tiba di ruangan Adrian.

Merenung dengan perasaannya yang tidak menentu, Flora merasa aneh dengan perasaannya sendiri. Sesuatu membuatnya kecewa tanpa kejelasan pasti.

Adrian dan Crish yang sibuk sesekali menatap Flora yang hanya diam.

“Flora, ingin memesan sesuatu untuk makan siang? Bagaimana dengan sushi?”

“Aku ingin pulang," jawab Flora membuat Crish tidak lagi bertanya.

“Tidak bisa!” ucap Adrian.

“Kenapa? Apa hakmu melarangku? Ini hanya pertunangan dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelahnya! Jangan mengurusi kehidupan ku lagi!” Ucap Flora marah.

Kedua pria itu terkejut.

Adrian berdiri dan menghampiri Flora

“Dengar Flora!”

“Apa yang harus ku dengar dari seorang pria arogan seperti mu? Fokus saja pada ambisi mu dan jangan pedulikan aku! Itu yang biasa kamu lakukan. Lakukan seperti biasa saat kamu tidak pernah menatap keberadaan ku. Aku tidak masalah dengan semua itu," ucap Flora.

Adrian semakin terkejut dengan respon Flora. Dia memegang kedua bahu wanita itu dan menatapnya serius.

“Aku tidak akan menggangu mu dan jangan mengganggu ku juga!" Ucap Flora menepis tangan Adrian.

Dia menghentakkan kakinya hendak pergi. Namun baru beberapa langkah, dadanya terasa sangat sakit. Tak kuasa menahan diri, dia pun jatuh pingsan.

EPHEMERAL LOVE Where stories live. Discover now