Ephemeral Love 20

35.3K 2.4K 17
                                    

Adrian menatap Flora yang tertidur. Dia mengamati wajah itu dengan serius.

“Bukankah cinta abadi? Lantas kenapa Flora berubah? Atau ini memang rencananya agar aku membalas perasaannya?”

Dia mendekat dan menempelkan bibirnya di dahi Flora, Adrian memberikan kecupan ringan pada wanita itu.

Jantungnya berdegup kencang seolah ada yang memacunya dan memaksanya agar melakukan itu lagi dan lagi. Sedalam dan sejauh mungkin dia mengacuhkan perasaan aneh itu.

Adrian pun keluar dari mobil dan menggendong tubuh Flora.

“Astaga, ada apa?” Tommy terkejut melihat mereka.

“Flora tertidur, om. Dia sudah makan dan minum obat,” jawab Adrian. Dia pun menggendong tubuh Flora menuju kamarnya.

Adrian membaringkan Flora ke kasur. Dia membuka sepatu Flora dan menyelimutinya. Kemudian pria itu mengelus rambut Flora dan mengecup keningnya lagi.

Perbuatannya tidak luput dari pengawasan Tommy. Awalnya dia ragu dengan pernikahan Flora dan Adrian, tapi sikap pria itu membuatnya luluh kembali.

“Eh maaf, om. Aku tidak bermaksud untuk... ”

“Tidak apa-apa. Lagipula kalian sudah bertunangan. Ngomong-ngomong kapan Felix dan Ghina pulang? Kemarin Flora menanyakan mereka," ujar Tommy.

“Besok. Jika tidak ada halangan, mama dan papa akan pulang besok.”

Adrian pun pamit untuk pulang.

Diperjalanan, Adrian meraih ponselnya yang berdering.

“Kenapa lama sekali? Apa yang kamu lakukan jam segini?”

“Maaf ma, Adrian baru saja mengantar Flora. Tadi dia ketiduran di mobil,” ucap Adrian.

Di seberang sana, Felix dan Ghina tersenyum. Mereka juga mengawasi gerak-gerik anaknya yang dua hari ini selalu bersama Flora. Jangan lupakan tentang acara tidur bersama kemarin.

“Oh, kenapa tidak menginap di sana saja? Ini sudah larut," ujar Felix.

“Karena ...”

“Ya sudahlah, pulang sekarang! Hati-hati di jalan. Kami akan pulang besok, jangan lupa kamu juga harus berkunjung bersama Flora."

--o0o--

Siang ini begitu panas.

Flora dan yang lainnya sedang di kantin rumah sakit untuk mengisi perutnya.

“Flo, bukannya hari ini kamu ada pemeriksaan?” tanya Sam.

“Sudah. Dokter Yogi bilang aku mengalami peningkatan. Awalnya aku berpikir aku akan mati, tapi aku tidak mau Flora mati dan menderita,” jawab Flora.

Sam dan Windy menatap wanita itu. Ya, mereka cukup iba. Dia bodoh karena cinta.

“Kamu akan baik-baik saja. Ngomong-ngomong aku tidak pernah melihatmu menyulam, ada apa?” tanya Windy.

Flora cengingisan. “Sepertinya kemampuan menyulam ku menurun drastis,” kekehnya.

Mereka pun menyelesaikan makannya dan kembali melakukan kewajibannya.

Kini Flora sedang memeriksa seorang pasien. Melakukan pemeriksaan ulang, memperhatikan peningkatan yang dialami, dan lain-lain. Sebenarnya ini tugas pemula, tapi dia tidak ingin mengacau atau dia tidak akan bisa ke rumah sakit lagi.

Bersama seorang perawat, mereka memeriksa pasien pria itu.

Dio nampak berpikir keras sebelum memasuki ruangan itu. Pria paruh baya itu tidak ingin kena marah lagi.

“Apa kupanggil nyonya? Yang benar saja?” tanyanya pada sekretarisnya.

“Dokter Flora saja. Kita harus cepat sebelum tuan Adrian marah,” saran sekretarisnya itu.

Dio pun setuju dan masuk ke ruangan itu. “Dokter Flora, tuan Adrian menunggu mu di resepsionis.”

Flora berbalik dan menatap pria itu. “Biasanya dia menyebut namaku,” gumamnya.

“Baiklah. Setelah ini aku akan menghampirinya, pak.”

“Tapi beliau ingin kamu segera datang,” ucap Dio.

Flora menghela nafasnya. Dia pun mengangguk untuk mengiyakan.

Setelah lima belas menit menyelesaikan pekerjaannya, Flora pun memasuki lift untuk menemui Adrian.

“Sebenarnya aku merasa aneh dengan semua ini. Tapi tidak mungkin aku membiarkan diriku sendiri tersakiti. Setidaknya aku bertahan dan tidak mati sampai semuanya selesai. Aku akan membunuh Adelle," gumamnya.

Pintu lift terbuka. Dari sana Flora bisa melihat Adrian yang berpangku tangan menatapnya sangat tajam.

Flora pun menghampirinya. “Ada apa?” tanya Flora.

“Kenapa lama sekali, hah?! Berani sekali kamu membuat ku menunggu!” ucap Adrian marah. Orang-orang pun mulai melihat mereka. Ini bukan kali pertama mereka melihat seorang Adrian memarahi wanita dengan jantung lemah itu.

Flora terdiam. Adrian membuatnya takut.

“Maaf, aku harus ...”

“Aku tidak peduli! Saat aku memanggilmu mu, segera datang! Mama dan papa ingin aku menjemputmu,” ujar Adrian. Dia pun menarik lengan Flora dan membawanya pergi dari sana.

EPHEMERAL LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang