Ephemeral Love 62

17.8K 1.1K 2
                                    

“Ada apa dengan Flora,” tanya Crish.

“Dia mengalami peningkatan dan jantungnya mulai berdetak dengan normal. Cepatlah, Crish!” ucap Adrian segera.

Crish pun segera melajukan mobil hitam itu.

“Emm... Apa kamu tahu Isvara menyukai ku?” tanya Crish tiba-tiba.

“Aku tahu,” jawab Adrian. “Kamu mengajariku untuk membalas perasaan Flora, namun dirimu sendiri saja tidak sadar jika Isvara mencintai mu.”

“Tapi aku menganggapnya sahabat. Aku tidak pernah memikirkannya," ujar Crish.

“Aku sedikit curiga. Dia tidak pernah menjenguk istriku, sementara dia berada di rumah sakit.”

Amos yang duduk di sebelah kursi pengemudi itu hanya diam dan mendengar.

“Mungkin saja dia merasa tidak enak hati karena kasus mamanya,” ucap Crish. “Tapi ...”

“Kenapa?”

“Aku sedikit takut dia seperti mamanya. Meski kita sudah bersahabat bertahun-tahun, masih banyak hal yang tidak ku tahu tentangnya,” ucap Crish.

Adrian berpikir sejenak. “Kamu tahu, dia juga tidak pernah membahas tentang ayahnya, bukan? Ayah Flora mengatakan jika sebenarnya Flora dan Isvara adalah saudara karena tante Rumy menjebaknya.”

“Apa?” Crish langsung menginjak rem dan berbalik menatap Adrian. Hal yang sama dilakukan oleh Amos juga. Keduanya benar-benar terkejut mendengar itu.

“Kamu tidak sedang bercanda, kan?”

Adrian menggeleng singkat.

“Apa Flora tahu?” tanya Crish lagi.

“Flora tidak tahu. Mereka menyembunyikannya, itu yang membuat ayahnya tidak berani mengambil tindakan. Dia takut Flora kecewa padanya.”

“Jangan bilang pak Tommy sudah tahu siapa pembunuh istrinya?” tanya Amos.

  Adrian menggeleng. “Ayah tidak tahu.” jawabnya.

“Kasihan Flora. Apa Isvara tahu jika mereka saudara?” tanya Crish dan Adrian mengangguk singkat.

“Tunggu sebentar, Isvara tahu tentang semua ini?”

“Ya.” Adrian mengangguk kembali.

“Oke, sepertinya kita harus bicara pada Isvara. Sepuluh tahun ini dia sudah menipu kita?”

Mobil itu pun kembali melaju ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, Adrian langsung berlari menuju ruangan Flora.

Dia membuka pintu membuat semua orang yang ada di sana menatapnya. “Dimana Flora? Bagaimana keadaannya?” tanya Adrian kelewat khawatir. Dia menatap ranjang yang kosong itu dan kembali menoleh ke keluarganya. Mereka hanya diam karena masih terkejut dengan kedatangan Adrian yang tiba-tiba.

“Aku lelah, berhenti dulu.” Wanita dengan pakaian pasien itu menghentikan langkahnya saat baru keluar dari kamar mandi.

Adrian menoleh. Dia menatap istrinya yang menunduk sembari menekan dadanya. Dia pun berlari dan langsung memeluk wanita itu.

“Flora ...” Adrian menangis. “Kamu baik-baik saja, kan? Kamu benar-benar Flora ku, kan?”

Dia melepaskan pelukan erat itu dan menatap wajah Flora. “Katakan mana yang sakit, apa masih ada? Kamu merasa lebih baik, sayang? Maafkan aku, ini salahku. Maaf, Flo. Aku mencintaimu, tolong jangan tinggalkan aku.”

Adrian kembali memeluk Flora dengan erat.

“A... drian..., jantungku,” lirih Flora karena pelukan erat itu. Dia merasa sesak.

Adrian langsung melepaskan pelukannya. Dia memegang wajah Flora dan menatapnya. “Sakit?” Dia langsung mengelus dada Flora, kemudian menempelkan telinganya di dada wanita itu.

Adrian memejamkan matanya dan mendengarkan detak jantung itu. Detak nya lebih pelan dari biasanya, namun lebih normal sejak Flora belum sadarkan diri.

Flora tersenyum dan mengelus kepala pria itu. “Aku lelah, Adrian. Aku harus duduk,” ujarnya lembut.

Adrian menengadah dan menatap wanita yang tersenyum manis itu. Dia menggendong tubuh Flora ke ranjang, dengan seorang perawat yang sigap mendorong tiang infus Flora, mengikut di belakang.

“Aku benar-benar takut, Flo. Aku takut,” ucap Adrian. Dia memeluk Flora begitu erat.

“Jangan takut. Aku baik-baik saja,” ujar Flora.

Adrian menatap Flora yang tiba-tiba meringis.  “Kenapa? Masih sakit, sayang?” Dia berbalik menatap orang-orang di sana. “Panggilkan dokter Yogi, cepat!”

--o0o--

Adrian menghela nafasnya. Dia mencium tangan Flora dan kembali menggenggamnya.

“Aku begitu bahagia saat melihatnya tersenyum dan saat mendengar suara Flora lagi," ujarnya.

Orangtua dan mertuanya ikut tersenyum mendengar pria itu.

“Dia masih lemah, kamu malah memeluk Flora begitu erat.” ucap Ghina tertawa kecil.

“Maaf, aku begitu merindukan Flora. Dia akan baik-baik saja, kan ma?”

“Ya, dia kan sedang tidur. Sebaiknya kamu istirahat juga,” ucap Ghina.

“Tidak, aku akan berjaga setiap saat. Siapa tahu Flora terbangun dan membutuhkan sesuatu.” Adrian menolak dengan segera. “Kalian saja yang pulang, aku akan di sini,” ujarnya.

“Mama ikut berjaga. Papa dan mertua kamu yang akan pulang. Jadi kamu pun bisa istirahat jika tidak ingin pulang ke rumah,” ujar Ghina.

Adrian setuju. Dia pun mengantar kedua pria itu keluar.

Sebelum Tommy masuk ke mobilnya, dia menepuk bahu menantunya. “Adrian, terimakasih sudah mencintai putri ku. Aku memintamu untuk menjaganya dengan baik.”

“Tidak masalah, ayah. Aku akan menjaga istriku sekuat tenaga ku, namun aku tidak bisa apapun tanpa bantuan kalian. Diperhadapkan dengan situasi ini membuatku lemah dan tidak bisa berpikir dengan baik," ucap Adrian.

“Terimakasih, Adrian. Satu lagi, kita harus hati-hati dengan Isvara dan ibunya. Mereka bisa saja melakukan sesuatu yang tidak terpikirkan, sama seperti dulu saat dia  menjebak ku.”

“Baik.” Adrian mengangguk.

Tommy pun pergi.

Adrian kembali ke ruangan Flora. Dia mencium kening istrinya dan mengelus pipi wanita itu.

Dia menoleh ke jam tangannya yang menunjukkan pukul tengah sepuluh malam. Kemudian pria itu meraih ponselnya dan mengetikkan pesan pada Crish.

“Sayang, aku ke luar sebentar. Aku ingin menemui Crish dan Amos terlebih dahulu," ucap Adrian. Dia mencium kembali kepala Flora dan mendaratkan kecupan di bibir wanita itu.

“Jaga Flora untuk ku, ma. Beritahu jika dia sudah bangun," ucap Adrian.

Ghina tersenyum dan mengangguk.

Adrian pun menutup pintu itu dengan pelan. Dia melihat pengawasan ketat itu, lalu menatap cctv aktif yang terpasang di segala penjuru. “Jaga dengan baik dan tetap waspada!” ucapnya pada para pengawal itu.

Adrian melangkahkan kakinya menemui Amos yang sudah menunggunya di lift.

“Apa Crish sudah menemuinya?” tanya Adrian.

“Ya, Crish masih menunggu wanita itu di taman, tuan.”

EPHEMERAL LOVE Où les histoires vivent. Découvrez maintenant