Ephemeral Love 49

22.4K 1.5K 12
                                    

Pukul setengah delapan.

Adrian yang baru keluar dari lift, mengangkat telepon. Setelah mendengar kabar dari ponselnya, dia benar-benar terkejut.

“Flo, segera pulang! Aku akan ke sana sebentar.” Dia berlari ke luar.

Flora mengerutkan keningnya. Saat suara sirene terdengar, dia berlari untuk melihatnya.

Jauh dari pandang, di seberang jalan terlihat ramai sekali. Dia pun berlari ke sana diantara kerumunan orang-orang yang penasaran itu.

Flora menatap tubuh yang tergeletak di gang perantara coffee shop dan salon itu. Dia memperhatikan pakaian yang tidak asing itu dan semakin mendekat.

“Wanita tadi? Intan?” Dia membelah kerumunan.

“Aku dokter,” ucapnya membuat polisi membiarkan wanita itu masuk.

“Tidak...” Flora terdiam sejenak menatap tubuh tidak bernyawa itu. Darah mengalir dari luka sayatan di titik vital lehernya.

“Kasus yang sama.” Amos yang memeriksa keadaan korban itu berpikir serius, kemudian dia menoleh pada Flora.

“Nyonya, sebaiknya anda jangan di sini. Pelaku pasti masih di sini, ini sangat berbahaya untuk anda.” Amos segera memperingati Flora.

“Dimana Adrian?” tanya Flora khawatir.

“Tuan sedang....”

“Adrian!” Flora berlari menghampiri suaminya yang sedang mengobrol serius bersama beberapa orang.

“Apa yang terjadi padanya?” tanya Flora.

“Kenapa kamu belum pulang? Di sini berbahaya! Dimana pengawal mu?”

“Aku akan mengantarkan Flora. Aku akan kembali dengan cepat,” ujar Crish.

Adrian menatap tak suka pria itu. Tapi dia lebih mengutamakan keselamatan Flora untuk saat ini. Dia pun mengangguk setuju.

Adrian menghampirinya Amos yang sibuk dengan tabletnya.

Pria itu menunjukkan rekaman cctv dari sudut lain yang memperlihatkan sosok misterius. Wanita dengan jubah hitam tertutup, namun menunjukkan celana putih dan sepatu putih juga. Benar-benar persis dengan apa yang Flora pakai barusan.

“Sebenarnya siapa pelakunya? Jelas-jelas Flora tidak keluar dari ruanganku bahkan walau hanya sedetik saja. Bahkan kain sulamnya, berada di kamar pelaku.” Adrian benar-benar keheranan.

“Saya rasa seseorang ingin membuat nyonya Flora dalam masalah. Ini mencurigakan karena penampilan pelaku benar-benar menirunya.” Amos berpikir serius.

“Bagaimana dengan cctv lainnya?” tanya Adrian.

“Hanya ini. Aku akan mencari lebih banyak informasi, tuan.”

Sementara itu Crish dan Flora masih dalam perjalanan menuju pulang.

“Flora?”

“Ya?” Flora menoleh.

“Jika kamu butuh sesuatu, katakan saja padaku. Apa yang sedang kamu pikirkan? Kasus tadi? Tidak ada masalah, asal kamu tidak jauh dari ku atau Adrian. Jangan keluar tanpa sepengetahuan siapapun, dan jangan pernah sendiri,” ujar Crish.

Flora menatap pria yang khawatir itu.

“Kamu mendengar ku, Flo?”

“Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kalian menutupi sesuatu, kan?” tanya Flora.

“Flo, aku begitu khawatir padamu. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padamu. Tapi jangan khawatir, aku akan menjagamu sekuat tenaga ku.” Crish menatap Flora.

Flora menatapnya dengan perasaan bingung. “Apa akan terjadi sesuatu pada ku, sampai pria seperti mu mengkhawatirkan ku?”

“Sebenarnya a-aku ....” Crish langsung diam.

“Aku akan mengantarmu dengan selamat.”

--o0o--

“Ada apa denganmu, Adrian? Kenapa aku tidak boleh ikut? Kamu selalu saja mengurung ku disini!”

“Egois!” Flora semakin kesal pagi itu.

“Duduk dan tenanglah,” ujar Adrian. Dia menarik lengan wanita itu agar duduk di sampingnya.

“Flora, di luar sana berbahaya. Bisakah kamu berdiam diri dan menunggu ku di rumah saja?”

“Tidak! Kenapa kamu mengaitkan kasus itu dengan keselamatan ku? Apa yang kamu sembunyikan?” ucap Flora tidak terima.

“Aku hanya ingin kamu selalu aman.” Adrian menatap dalam wanita yang kesal itu.

“Kamu kan bisa segalanya, kenapa kamu harus khawatir? Tidak apa jika aku tidak bisa bekerja ke rumah sakit beberapa saat ini, tapi jangan mengurungku di sini, Adrian.” Flora membalas tatapan itu.  Beberapa hal mulai membenak dipikirkannya. Termasuk kasus pembunuhan yang diam-diam dia dengar saat suaminya menelpon Amos tadi malam.

Adrian menghela nafasnya. Dia mendorong Flora agar bersandar di sofa, kemudian menempelkan telinganya di dada wanita itu.

“Bernafas dengan tenang, Flora. Dia berdetak sedikit lebih cepat,” ucapnya pelan.

“Kamu mulai mengkhawatirkan ku, kan? Kenapa tidak sedari dulu? Sekarang menyingkir lah!”

“Flo....” Adrian meraih jemari istrinya. Menariknya pelan dan mencium punggung tangan wanita itu.

Flora melongo.

Dengan posisi yang masih sama, Adrian memejamkan matanya untuk mendengarkan detak jantung yang mulai berdetak lebih cepat itu.

“Apa kamu tidak penasaran siapa wanita yang ku cintai itu? Kenapa kamu tidak pernah bertanya?” tanya Adrian.

“Aku tahu, kamu mencintai Isvara.”

“Memangnya aku pernah mengatakan itu?” Adrian menatap Flora.

“Eh?” Flora mengerutkan keningnya.

“Ya, meski kamu tidak menyebutkan nama, aku tahu. Kamu mencintai Isvara begitupun dengannya. Kalian saling mencintai dan terhalang karena perjodohan kita.”

Adrian mengangguk-angguk. “Jadi kamu masih berpikiran seperti itu, ya. Awalnya aku mengatakan bahwa aku mencintai wanita lain agar kamu menyerah. Aku tidak tertarik padamu yang manja, penyakitan, dan menempel seperti magnet," ujar Adrian.

Flora menatap pria itu dengan serius.

“Ku gunakan kedekatan ku dengan Isvara agar kamu terluka dan memilih berhenti mengejar ku. Tapi saat kamu mulai berhenti, itu justru membuatku merasa kehilangan. Aku tidak tahu kenapa aku menginginkan mu dan cemburu besar saat Crish beropini jika kamu mempunyai pria lain.” Adrian menatap Flora yang semakin terkejut. Matanya melebar mendengar penuturannya.

EPHEMERAL LOVE Where stories live. Discover now