Ephemeral Love 44

25.7K 1.7K 38
                                    

  Adrian menoleh saat Flora berdiri. “Apa aku mengizinkan mu untuk pergi?” ucapnya dingin.

“Aku ingin ke kantin.”

“Tidak boleh. Apa yang kamu inginkan? Aku akan menyuruh salah satu pengawal itu,” ucap Adrian.

“Adrian, bisakah kamu memberitahu ku dengan alasan yang logis kenapa kamu melakukan semua ini padaku? Aku tidak suka dikekang begini,” ujar Flora risih.

“Duduk!”

Flora menghela nafas panjang. Dia pun duduk dengan malas. Tahu begini, dia akan mengemudi ke rumah saja.

“Kamu ingin makan? Minum?”

Adrian menatap istrinya yang masih kesal. “Flora?” panggilnya.

“Aku mau es kopi. Aku tahu kamu tidak akan setuju," jawab Flora pelan.

“Oke, jus kiwi. Makanannya? Kamu ingin mengemil?” tanya Adrian.

“Apapun yang penting manis,” jawab Flora.

Adrian pun langsung mengetikkan pesanan itu pada salah satu pengawalnya.

“Kamu ingin ke danau nanti sore?” tanya Adrian lagi.

Flora menoleh. “Apa yang kamu inginkan? Ini sedikit aneh karena kamu bertingkah baik tidak seperti biasanya,” ujar Flora.

“Aku ingin perhatian mu, aku ingin cintamu kembali padaku.”

“Kamu egois, Adrian. Sedari dulu semua semau-mau mu saja.” Flora mulai kesal.

“Kamu bilang padaku bahwa aku adalah priamu satu-satunya. Ada apa dengan kebohongan mu itu? Bagaimana bisa cintamu habis begitu saja?”

“Kenapa kamu membahas itu sekarang? Alih-alih menyalahkan ku, bisakah kamu mengoreksi diri mu sendiri?” tanya Flora balik. Dia mulai terbawa suasana.

“Aku begini karena aku tidak punya rasa padamu.”

“Ya sudah, itu jawabnya. Semua itu karena sikapmu. Aku mulai bosan, Adrian! Bisakah aku pulang ke rumah saja?” ujar Flora.

Adrian menatap Flora tanpa ekspresi. “Pulang lah! Dekat dengan mu membuatku emosi,” ucapnya.

“Mm, aku pulang dulu.” Flora langsung mengambil tasnya.

“Apa aku bisa pulang ke rumah ayah?” tanya Flora.

“Apa maksud mu? Kamu ingin meninggalkan ku?” Adrian langsung menghampiri Flora.

“Aku rindu ayah, Adrian. Lagipula kamu bilang jika dekat denganku kamu hanya akan emosi,” jawab Flora.

“Tidak, Flora! Kamu tidak bisa pergi kemanapun!” Adrian meraih bahu istrinya dan mendorongnya pelan agar duduk kembali.

“Hanya satu minggu,” ucap Flora.

“Kamu gila, ya?! Tidak boleh artinya tidak boleh, Flora! Duduk dan tunggu aku selesai.”

“Akh rindu ayahku. Aku mau pulang,” pinta wanita itu.

“Biarkan ayah berkunjung saja. Aku tidak mau jika kamu harus pergi dari sisiku,” ucap Adrian menolak.

“Aku akan meminta papa dan mama untuk berkunjung juga. Kamu tidak akan kesepian dan rindumu akan terobati. Jadi jangan pergi kemanapun!”

Flora menatap suaminya itu seraya mengerutkan kening.

--o0o--

Adrian menyambut keluarganya yang baru tiba.

“Dimana Flora?” tanya mereka.

“Sedang mandi,” jawab Adrian.

Matanya menatap tajam Vian yang ikut masuk kerumahnya.

Menyadari tatapan tajam dan tidak bersahabat itu, Tommy tersenyum menepuk bahu menantunya. “Ban mobil ayah bocor, jadi Vian mengantarku ke sini. Ayah memintanya agar masuk dan menyapa kalian lebih dulu sebelum pulang,” ucap Tommy.

Adrian mengangguk menanggapinya.

“Ayah....” Flora berlari menuruni anak tangga dan langsung memeluk Tommy penuh rindu.

“Aku merindukan mu, tuan putriku.”

“Flora juga,” ucap Flora.

“Mama? Papa?” Ghina menatap Flora sembari memanyunkan bibirnya.

“Aku merindukan kalian juga.” Flora  memeluk mereka dengan erat.

“Eh?" Flora menatap Vian yang tersenyum padanya. Dia pun langsung memeluk erat pria itu. Benar-benar sangat erat.

“Aku merindukan mu, Vian,” ucap Flora.

Vian mengangguk-angguk sembari menepuk punggung Flora. Meski dia mempunyai kesempatan emas, dia tidak ingin gegabah karena perasaannya.

Tommy tersenyum melihat kedekatan mereka. Berbeda dengan Adrian, Ghina, dan Felix. Cemburu? Ya, mereka tidak ingin wanita itu dekat dengan pria lain.

“Flo, suamimu di sini,” ucap Adrian menunjuk dirinya sendiri.

Flora pun melepaskan pelukannya dan menoleh sekilas. Dia kembali menatap Vian.

“Aku pulang dulu, Flo. Sebenarnya aku hanya mengantar om Tommy, sekarang aku ada kesibukan. Kapan-kapan kita bertemu lagi,” ucap Vian.

“Baiklah. Sampai jumpa dan hati-hati, Vian.” Flora melambai pada pria itu.

Mereka pun duduk di ruang tamu.

“Ayah, bisakah Flora membatasi diri dengan pria itu? Meski mereka bersahabat sedari kecil, aku cemburu melihat kedekatannya,” kata Adrian pada Tommy.

Flora melotot. Cemburu?

“Ya..., tapi mereka kan hanya teman, Adrian.” Tommy terkekeh kecil.

“Tapi aku suaminya Flora, yah. Bukannya aku tidak mempercayai Flora, tapi aku tidak mempercayai pria tadi.”

“Iya... Dengar suami mu, Flo. Jangan memeluk Vian seperti tadi. Kamu kan sudah punya suami.” Tegas Tommy. Putrinya terpaksa mengangguk untuk mengiyakannya.

EPHEMERAL LOVE जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें