Ephemeral Love 36

26.9K 1.7K 2
                                    

Adrian menatap pengantinnya. Flora berjalan menghampirinya, diiringi oleh calon mertuanya.

Adrian tidak mengalihkan pandangannya. Wanita yang terlihat gugup itu sedang mencoba memasang senyuman terindahnya.

Saat mereka berhadapan, Adrian meraih tangan Flora dan membawanya untuk duduk di pelaminan.

Pemberkatan suci itu pun selesai.

Pada saat yang bersamaan, cahaya mentari tenggelam mulai menghiasi pemandangan di pantai itu. Benar-benar sangat indah.

Para tamu mulai berbondong-bondong memberi selamat pada mereka.

Flora tiba-tiba duduk di kursi. Dia menekan dadanya yang terasa ngilu.

“Astaga, kenapa rasanya sakit? Bukankah aku sudah menurut dan tidak membantah apapun?" gumam wanita yang kesakitan itu.

Adrian menoleh sebentar lalu mengacuhkannya.

Helma langsung menghampiri nyonyanya. Dia dengan siap memberikan obat pada wanita itu. “Silahkan nyonya,” ucap Helma.

Flora pun meminum obatnya.

“Bi Helma, sepertinya aku kelelahan. Apa aku bisa istirahat sebentar?” tanya Flora.

Helma melihat sekitar. Kedua belah pihak nampak sibuk dengan para tamu. Dia pun menghampiri Adrian yang berdiri tidak jauh dari sana.

“Permisi tuan, nyonya Flora butuh istirahat. Saya akan membawanya ke dalam sebentar,” ucap Helma.

Adrian mengangguk menjawabnya.

Helma pun membawa Flora ke dalam gedung. Keadaan di dalam juga sangat ramai, mereka berbondong-bondong lagi untuk mengucapkan selamat pada wanita itu.

“Jaga jarak, semuanya! Flora butuh ruang sendiri, jantungnya lemah!” ucap Vian menghalangi mereka.

Mereka pun langsung menatap Flora yang menunduk sembari menekan dadanya yang sakit.

Helma dan Vian akhirnya membawa Flora ke dalam untuk duduk dam istirahat di sofa.

“Kamu baik-baik saja? Kita ke rumah sakit saja,” tanya Vian khawatir.

Flora menetap pria itu dan menggeleng. “Aku baik-baik saja, Vian. Terimakasih sudah peduli,” ujar Flora.

“Kenapa kamu berterimakasih seolah kita adalah orang asing?” tanya Vian tidak suka.

Flora tersenyum. “Maaf, kamu lucu sekali,” ujar Flora terkekeh pelan.

“Flo?”

“Ya?” Flora menoleh sembari mengusut kakinya yang sedikit pegal.

“Jika kamu tidak tahan, aku di sini. Jika kamu ingin menyerah, aku tepat di belakang mu untuk menunggu mu. Ini sulit bagiku, tapi aku tidak ingin menjadi pria egois. Jangan memaksakan diri,” ucap Vian.

Flora tersenyum manis. “Apa aku bisa memelukmu?” tanya Flora. Dia merasa begitu nyaman bersama Vian.

Vian mengangguk. Dia langsung memeluk wanita itu dengan sangat erat.

--o0o--

Pukul sembilan malam.

Semua rangkaian acara sudah selesai.

Sebuah mobil bewarna putih melaju menuju vila mewah. Keluarlah sepasang pengantin baru yang tidak saling menyapa itu, menuju bangunan besar berwarna putih dan abu-abu tersebut.

Flora menatap sekitar dan tersenyum. Saat pintu dibuka oleh pelayan, senyumannya semakin merekah. Vila itu benar-benar indah.

“Wah, selera mereka bagus sekali! Ini keren,” gumamnya pelan.

Flora pun berputar dan akhirnya mengikuti Adrian menaiki anak tangga.

“Dimana kamar ku?” tanyanya.

Adrian tidak menjawab. Dia membuka sebuah pintu kamar, dan langsung pergi dari sana.

“Oh, ini ya?” gumam Flora. Dia pun memasuki kamar itu.

Flora melongo. Kamar itu dihias khusus untuk pengantin baru. Semuanya dihias begitu indah dan rapi, dengan lilin dan juga kelopak bunga mawar.

“Wah!” Dia benar-benar kagum.

Flora menelusuri kamar itu dan akhirnya membuka pintu kamar mandi.

“Jadi ini adalah pemandangan yang akan didapatkan setelah menikah? Sangat keren,” ucapnya. Bathtub benar-benar diisi dengan air dan kelopak bunga mawar. Lilin aroma terapi begitu memanjakan hidung.

Flora pun bercermin dan menatap dirinya dalam balutan dress putih itu.

“Andai mommy di sini. Akan ku pamerkan jika aku sudah menikah dengan Adrian. Akan ku tunjukkan cincin mewah ini,” ujarnya.

Dia pun berusaha membuka pakaiannya. Setelah berhasil, dia langsung berendam.

“Beruntung, Adrian setuju pernikahan ini hanya status belaka. Aku tidak bisa membayangkan malam pertama bersamanya. Mungkin dia akan... emm... Flora! Pikiran mu kotor sekali!” Flora langsung menenggelamkan dirinya.

Satu jam berlalu.

Adrian sudah selesai membersihkan dirinya.

Dia berjalan menuju balkon dan menatap sekitar. Matanya menyelidik pada para pengawal yang berjaga di sekitar.

Flora pernah berencana kabur sebelum pernikahan mereka. Dia tidak sadar dengan itu. Namun perbuatannya membuahkan hasil, wanita itu tidak bisa bergerak karenanya.

EPHEMERAL LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang