Ephemeral Love 25

33.2K 2.2K 1
                                    

Crish dan Isvara mengetuk pintu. Mereka pun masuk ke ruangan dimana Flora di rawat.

“Hey, bagaimana keadaan mu?” tanya Crish.

“Sebenarnya aku baik-baik saja, bahkan kurasa aku bisa memukul dua orang sekaligus,” jawab Flora.

Crish tersenyum. Dia pun menghampiri ranjang itu dan meletakkan bawaannya di nakas, sementara Isvara sudah duduk di sebelah Adrian.

“Aku membawa beberapa makanan. Kamu mau?” tanya Crish.

Flora mengangguk. Dia tidak lapar, tapi tidak tega menolak bahkan untuk mengatakan nanti saja.

Crish pun membuka plastik buah yang dia bawa, mencucinya, dan memberinya pada Flora.

“Terimakasih Crish, kamu baik sekali.” Flora tersenyum manis menerima apel itu.

“Ku dengar temanmu itu akan tinggal di sini. Benarkah?” tanya Crish mencoba menciptakan kenyamanan diantara mereka lewat obrolan ringan.

“Oh, Vian. Dia bilang begitu kemarin. Kurasa itu bagus karena jujur saja mengobrol dengannya sangat menyenangkan,” jawab Flora.

Kegiatan mereka tidak luput dari pengawasan Adrian. Sementara Isvara menatap bagaimana Adrian tidak menyukai kedekatan kedua orang itu. Dia pun menoleh pada Flora dan Crish yang mengobrol sambil memakan buah. Isvara benar-benar tidak menyukainya.

Tidak lama setelah itu, Tommy dan orang tua Adrian pun datang.

Flora langsung menatap mereka. “Mereka menjenguk seseorang yang tidak sakit, astaga!” batinnya.

“Flo sayang, merasa lebih baik?” tanya Ghina. Dia menoleh malas ke arah Isvara dan Adrian kemudian menghampiri Flora.

“Aku baik-baik saja,” jawab Flora tersenyum manis.

“Tadi dokter Yogi sudah menjelaskan keadaannya, dia sudah lebih baik.” ujar Tommy. Dia menghela nafas dengan tenang.

“Dari pada pekerjaan, kamu bisa fokus pada Flora terlebih dahulu,” ucap Felix dan duduk di sebelah putranya. Ruangan VVIP itu cukup luas bagi mereka.

“Tidak apa-apa. Kita pun sudah pernah dalam situasi seperti ini sebelumnya," ucap Tommy menenangkan.

Sementara mereka mulai mengobrol serius, terdengar tawa dari Ghina, Flora, dan Crish. Mereka mengobrolkan hal-hal lucu.

Sore pun tiba.

Flora mengemasi barang-barangnya karena dia akan pulang. Yang lainnya sudah pulang terlebih dahulu, kecuali Adrian.

“Ganti itu!” ucap Adrian dingin.

“Apanya?” tanya Flora tidak mengerti.

“Pakaianmu terbuka. Badanmu tidak cocok memakai pakaian seperti itu.” jawab Arlan datar.

“Apa yang salah dengan pakaian ku?” Flora bingung karena dia hanya memakai rok coklat diatas lutut, dan kemeja tipis bewarna abu-abu.

“Terbuka di mananya?” tanya Flora kemudian.

“Dada dan paha!”

Flora menggeleng. Biasanya pun dia memakai dress dan pakaian bagus lainnya. Apa yang bermasalah dengan pakaiannya kali ini?

Wanita itu pun menutup tasnya dan berlalu.

Adrian langsung mencegat Flora. Dia meraih bahu wanita itu dan langsung mengancing kancing teratas pakaiannya. Lalu pria itu membuka jasnya dan melilitkan itu di pinggang Flora.

“Yang benar saja, Adrian! Biasanya juga aku memakai pakaian yang lebih terbuka dari ini. Lepaskan!”

“Kamu ingin memamerkan tubuh mu? Kalau begitu, telanjang lah!” Kesal Adrian. Dia langsung menarik lengan Flora dan membawanya pergi dari sana.

Mereka pun tiba di parkiran.

Keadaan masih ramai, jadi orang-orang masih melihat mereka mulai dari tadi sampai kedua pasangan itu masuk ke mobil.

“Ingin pulang ke rumah mu atau ke rumah ku? Aku ingin tidur bersama mu kali ini.” ucap Adrian setelah memasang sabuk pengaman wanita itu.

Mata Flora membulat sempurna. Ucapan pria itu membuatnya takut, dana beranggapan Adrian akan melakukan sesuatu padanya.

“Aku tidak mau, Adrian! Bagaimana jika Isvara tahu sikap aneh mu ini? Dia akan kecewa padamu," ucap Flora.

“Apa?” Adrian mengerutkan keningnya.

“Apa kamu masih cemburu karena aku lebih memilih menolong Isvara yang pingsan daripada kamu?” tanya Adrian lagi. Jelas-jelas dia sudah menjelaskan kejadian itu pada ayah Flora.

Flora mengingat kejadian itu. Itu memang membuatnya kecewa dan menangis berhari-hari pada sebuah bab.

“Jujur saja aku tidak cemburu. Kamu lebih cocok bersama Isvara,” balas Flora.

“Kenapa?” Adrian menyelidik. Dia ingin tahu kebohongan apa yang akan Flora jadikan sebagai alasan.

“Ya, lebih cocok saja. Dia lebih cantik dan pintar, dia juga sehat dan tidak penyakitan.”

“Oh. Itu benar,” jawab Adrian.

Flora langsung melotot. Entah kenapa dia tidak suka pengakuan dari Adrian itu. Hanya sebentar, dia langsung sadar diri setelahnya. Flora hanya seorang penghalang dari cinta Isvara dan Adrian, sementara Crish pun menyukai Isvara. Entah cinta segi apa lagi kisah itu. Itu yang dia simpulkan untuk saat ini.

EPHEMERAL LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang