Ephemeral Love 29

30.5K 2.1K 3
                                    

Hari yang cerah mulai berganti ke sore yang dingin.

Ghina dan Flora benar-benar mengobrolkan banyak hal mulai dari tadi, sementara Adrian hanya diam karena pekerjaannya.

“Ini sudah gelap. Kalian harus pulang,” ucap Adrian.

“Benar juga. Ayo, antar kami.” balas Ghina.

“Aku sibuk.” Adrian menolak permintaan mamanya.

“Antar kami, Adrian! Sekalian kamu pulang juga. Lagipula kamu mau Flora di antar pria lain?” ucap Ghina.

Adrian menghela nafasnya. Dengan terpaksa dia mengajak mereka keluar dari sana.

Baru saja keluar dari lift, Crish langsung menghampiri Adrian. Dia berbisik pada pria itu.

“Apa? Bagaimana bisa?” tanya Adrian tidak percaya.

Flora dan Ghina menoleh.

“Aku harus memeriksa dengan mata ku sendiri," ucap Adrian. Dia langsung berlari cepat menuju parkiran.

“Adrian, ada apa?”

“Ada apa?”

  Pertanyaan Ghina tidak di dengar.

Karena khawatir, mereka pun mengikuti Adrian dan Crish.

Flora dan Ghina menatap kerumunan itu. Di sana sudah ada polisi.

“Nyonya, sebaiknya saya mengantar kalian pulang.” ucap seorang pengawal mencegat kedua wanita itu.

“Apa yang terjadi?” tanya Ghina.

“Itu... ada ...”

“Berbicaralah yang jelas!” kesal Ghina.

Mata Flora tertuju pada seorang polisi yang mengobrol dengan seorang petugas keamanan di sana. Lalu dia menoleh pada tubuh yang tergeletak. Para polisi masih berusaha mengarahkan kerumunan agar menjauh.

“Kenapa ambulannya lama sekali?” kesal Crish.

Flora membelalakkan matanya mendengar itu. Seseorang pasti sedang dalam masalah.

Dia pun langsung melanjutkan langkahnya, namun di cegat oleh pengawal tadi.

“Jangan ke sana, nyonya. Berbahaya,” ucap pria itu.

“Jangan menghalangi jalan ku! Ada apa sebenarnya?”

“Tidak, nyonya. Sebaiknya anda dan nyonya besar pulang saja.” Pria itu menahan tangan Flora.

Flora langsung memutar tangan pria itu. Dia berbalik dan menarik tangannya sampai tubuh pria itu terbanting ke tanah. Setelahnya dia menerobos melihat apa yang terjadi.

“Flora!” panggil Ghina benar-benar khawatir.

Adrian pun menoleh karena teriakan mamanya. Dia menatap Flora yang berlari membelah kerumunan dan menerobos pembatas dari kepolisian itu.

Deg

Flora terdiam di tempat. Tubuhnya mematung melihat apa yang ada di depan matanya. Seorang wanita tergeletak mengenaskan dengan bekas darah yang tersebar di semen parkiran luar itu.

Flora berlutut untuk memastikan nadinya, wanita itu sudah tidak bernyawa.

Seorang polisi langsung menarik Flora dari sana. Wanita itu hanya diam dan mengamati tubuh tidak bernyawa itu.

Sirene ambulan pun terdengar dan mulai mendekat.

“Apa yang kamu lakukan, nona? Kenapa kamu menerobos masuk?” tanya polisi itu.

Flora menengadah menatap pria tinggi berseragam itu. “Aku seorang dokter. Dia sudah meninggal karena kehabisan darah. Luka di lehernya adalah titik vital,” ucap Flora.

“Apa?“

Dengan langkah cepat, Adrian menghampiri Flora. Dia menarik Flora untuk menatapnya.

“Apa yang kamu lakukan?! Apa kamu sudah gila, Flora?!” bentaknya. Suaranya meninggi menarik semua perhatian. Pria yang sedang marah itu, mencengkram erat lengan Flora.

“Maaf tuan, keterangan nona ini benar adanya,” ucap polisi lainnya menghampiri.

“Dia tunangan ku. Urus semua ini sesegera mungkin dan tangkap pelaku dengan segera! Kalian tahu apa yang akan terjadi jika kasus ini tidak selesai sampai matahari terbit, kan?!” ucap Adrian dengan kemarahannya.

“B-baik tuan.”

Adrian pun langsung menarik tangan wanita itu dengan kasar. Dia membawa Flora dari sana.

“Adrian, mau kemana kalian? Jelaskan pada mama terlebih dahulu!” ucap Ghina saat mereka melewatinya.

Pengawal lainnya langsung menghampiri Ghina. “Tuan Adrian akan mengantar nyonya Flora. Saya akan mengantar nyonya juga. Mari,” ucap pria itu.

Sementara itu Flora langsung menepis tangan Adrian.

“Sakit! Bisakah kamu menarik ku dengan pelan? Aku kesakitan!”

Adrian mencengkram bahu Flora. Dia mendorong Flora ke mobil, kemudian masuk dan langsung melajukan mobilnya.

Flora menatap Adrian yang mengemudi dengan ugal-ugalan itu.

“Adrian, berhenti!” ucapnya saat mereka menyelip beberapa kendaraan.

“Adrian, berhenti!”

“Berhenti, sialan!”

Adrian pun langsung menginjak rem.

“Kamu benar-benar gila! Bagaimana jika kita menabrak sesuatu, hah?”

“Apa yang ada di pikiran mu, Flora?! Apa yang sudah kamu lakukan?” Adrian menatap tajam wanita itu.

“Apa? Aku tidak melakukan kesalahan.”

“Apa maksud mu menerobos ke sana, hah?! Bagaimana jika pelakunya masih di sana dan menyerang mu?!” Adrian melotot. Dia menunjuk wanita yang benar-benar menguji emosinya itu.

EPHEMERAL LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang