Ephemeral Love 24

33.9K 2.1K 18
                                    

Wanita yang terbaring lemah di rumah sakit itu mulai mengerjapkan matanya. Dia bangun dan meringis karena tubuhnya terasa kaku.

“Merasa lebih baik?” tanya Adrian.

Flora menatap pria itu. Dia pun mengingat kejadian kemarin, dimana dia kehilangan kesadarannya di restoran itu.

“Inilah mengapa kami membatasi kegiatan mu, Flora. Kenapa kamu selalu keras kepala?” ucap pria itu.

“Jam berapa ini?” tanya Flora.

Adrian menatap Flora yang mengacuhkan perkataannya. “Jam delapan. Bangun dan sarapan lah,” ujarnya.

Adrian memberikan sarapan untuk Flora dan duduk di samping ranjang itu.

“Jangan bilang kamu menemaniku sepanjang malam? Aku merasa aneh dengan sikapmu,” ucap Flora mulai mengunyah makanannya.

“Kenapa kamu menolak pernikahan kita? Kamu marah padaku?” tanya Adrian.

“Karena aku ingin pulang,” jawab Flora.

“Baiklah Flora, hentikan permainan mu ini! Kita sudah sepakat untuk tidak mempermalukan kedua pihak, jadi kenapa kamu berselingkuh?”

“Hah?” Flora menatap Adrian. “Aku berselingkuh, ya?” tanya Flora tidak habis pikir.

“Aku selingkuh?” Flora mengerutkan keningnya.

Adrian menatap wanita itu seraya menghela nafasnya. “Jangan ada pria lain selain aku, Flo! Aku tidak cemburu. Kamu harus membatasi diri dengan pria lain, karena sudah bertunangan. Dimana harga diriku jika kamu dekat dengan pria lain?”

Flora menatap Adrian dan kemudian tersenyum. “Pasti pria ini menginginkan sesuatu dariku. Apa mungkin harta ayahku? Padahal dia lebih kaya.” batin Flora.

“Kenapa melihat ku seperti itu?”

“Tidak. Pergilah bekerja, Isvara mungkin sudah menunggu mu,” ujar Flora.

“Aku tidak bekerja. Aku berjanji untuk menemani mu pada orang tua kita. Jadi aku bisa bersantai sejenak dari duniaku yang melelahkan,” balas Adrian.

“Kamu sudah sarapan?” tanya Flora akhirnya.

“Sudah. Aku keluar sebentar untuk menemui Dio. Jangan kemana-mana!” Ucap Adrian. Dia mengelus kepala Flora dan akhirnya pergi

Flora menatap pria itu dengan wajah yang memerah. Tidak pernah terlibat dalam hubungan asmara tentu saja berhasil membuatnya merasa aneh dan malu-malu.

“Apa maksudnya mengelus kepalaku dengan lembut begitu?”

Dua jam kemudian.

Adrian kembali ke ruangan Flora. Dia menatap ranjang yang kosong itu, kemudian menghela nafas lega saat mendengar suara percikan air dari kamar mandi.

Beberapa saat kemudian dia menoleh pada Flora yang keluar dari kamar mandi.

“Apa ayah yang menyiapkan ini?” Flora berputar membuat roknya mekar.

“Kenapa kamu mengganti pakaian mu?” tanya Adrian.

Flora terdiam. Dia pikir tidak ada orang di sana saat dia bertingkah kekanak-kanakan.

“Em, karena aku malas di sini. Aku ingin membantu yang lainnya," jawab Flora.

“Tidak boleh!”

“Kenapa? Aku akan pergi meski kamu melarang ku. Lagi pula apa hak mu?” kesal Flora.

Adrian mendekat dan menatap tajam manik Flora. “Kamu ingin tahu kenapa aku melarang mu?”

Pria itu semakin mendekat.

Flora tidak bisa mundur lagi. Tidak ada ruang untuk pergi, punggungnya sudah menyentuh dinding. “Y-ya, apa?”

“Karena aku calon suami mu. Itu jawabannya,” ucap Adrian menatap lekat wanita itu.

Adrian mengapit dagu Flora dan menatapnya lekat. Semakin mendekat dan akhirnya mencium bibir Flora.

Dia mengangkat kepalanya dan menatap Flora yang terdiam seribu bahasa. Wanita itu menatapnya berkaca-kaca karena terkejut.

“Apa yang... Mmmphh ...”

Adrian kembali membungkam mulut Flora. Dia memangut bibir Flora dengan paksa.

Dalam waktu yang tidak singkat itu, akhirnya dia melepaskan pangutannya.

Adrian menatap wajah Flora yang merah padam, wanita itu berusaha meredakan pernafasannya. Adrian pun menunduk dan menempelkan telinganya di dada Flora.

“Dia berdetak cepat,” ucapnya.

“A-adrian..., menjauh lah sedikit," ujar Flora terbata. Seumur hidup, ini adalah kali pertama dia merasakan gejolak itu. Sesuatu menggelitik hati dan perutnya, seolah-olah banyak kupu-kupu di sana.

Adrian berdiri tegak dan menatap Flora yang menatapnya takut-takut. Pria itu kemudian tersenyum miring.

“Kamu mengerti, Flo?”

“Ya, aku mengerti," jawab Flora segera.

“Istirahat lah lagi.”

“Tapi aku ...” Flora tidak melanjutkan perkataannya karena tatapan itu. Dia langsung naik ke ranjang dan menutup tubuhnya dengan selimut.

Adrian menoleh sebentar, kemudian berlalu ke sofa. Kini dia langsung sibuk dengan pekerjaannya. Dia berbohong tentang istirahat dari dunia kerjanya yang melelahkan itu.




EPHEMERAL LOVE Where stories live. Discover now