Ephemeral Love 38

28.2K 1.8K 7
                                    

Satu bulan telah berlalu.

Flora benar-benar tidak pernah keluar dari mansion Adrian. Pria itu memperingati dengan tegas, Flora takut membantahnya.

Flora berlari menghampiri Tommy, Felix, dan Ghina yang berkunjung untuk kali pertama setelah pernikahan mereka. Dia langsung memeluk ayahnya penuh rindu.

“Eh? Ada apa, tuan putri ku?” tanya Tommy. Dia membalas pelukan itu dengan erat.

“Aku rindu ayah," jawab Flora.

“Kalau mama? Papa?” tanya Ghina pada wanita itu.

Flora pun beralih memeluk mereka penuh rindu. Flora kesepian dan mulai jengah di kurung di istana itu. Para pekerja di sana, terlihat membatasi diri dengan nyonyanya. Mereka begitu menghormati wanita itu, bahkan sampai takut jika Flora mengatakan terimakasih atau maaf pada mereka.

Adrian hanya berdiri di belakang Flora. Dia tersenyum menyambut keluarganya. Padahal jelas-jelas, ini adalah kali pertama pria itu di rumah pada sore hari.

“Makanan sudah selesai. Silahkan tuan dan nyonya.” ucap Sisky.

Pukul delapan malam.

Kediaman Adrian masih ramai. Meski keluarga Adrian terkesan kaku, Ghina dan Flora malah sering tertawa sembari mengobrol ria.

Adrian, Felix, dan Tommy, mereka lebih ke membicarakan hal-hal seputar bisnis mereka.

“Mm, aku bosan. Kenapa mama tidak pernah berkunjung?” tanya Flora manja.

“Ya, mama akan lebih sering ke sini. Tapi mama tidak mau mengganggu waktu kalian juga,” jawab Ghina memeluk gemas menantunya.

“Aku bosan, ma.” Flora berusaha mencari celah dengan perhatian wanita itu.

“Iya, Flo sayang.” Ghina mengangguk.

Dia menoleh pada putranya. “Son, bisakah Flora sesekali keluar bersama mama untuk jalan-jalan atau berbelanja? Menantuku bosan di rumah terus,” ujar Ghina.

Adrian menatap mamanya, kemudian menoleh pada Flora yang enggan menatapnya.

“Ya, sesekali. Aku tidak mau istri ku keluar rumah tanpa seizin ku, bisa-bisanya dia melakukan aktivitas berat nantinya.” Adrian menyetujuinya. Dia tidak mungkin menolak didepan keluarga mereka, atau terbukalah rahasia bahwa sebenarnya Adrian mengurung Flora dan tidak membiarkan wanita itu melakukan apapun dan kemanapun.

Untuk saat ini, hal itu sudah cukup. Flora akan menggunakan kesempatan lain agar Ghina meminta Adrian membiarkannya ke rumah sakit.

Flora tidak pernah lagi ke sana. Bahkan untuk pemeriksaan, Yogi lah yang repot-repot membawa peralatannya ke kediaman Adrian.

Flora langsung memeluk manja wanita itu. Dia benar-benar merindukan mommy Stella juga.

“Eh? Kamu manja sekali.” Ghina mencubit gemas pipi Flora.

Malam pun semakin larut.

Flora enggan melepaskan mereka. Sekarang wanita itu memeluk ayahnya begitu erat.

“Flo sayang, ayah mau pulang.”

“Tidak mau, Flora mau sama ayah!” Flora menggeleng. Dia cukup takut dengan kemarahan Adrian nantinya. Tidak akan ada yang tahu kapan pria itu meledak. Tatapan intimidasi selalu dilayangkan padanya mulai dari tadi.

“Katanya mau jadi istri yang baik dan penurut, kan sayang?” Tommy mencium kening putrinya.

Flora memanyunkan bibirnya menatap ayahnya.

“Bayi... bayi.... Kenapa kamu menjadi manja begini?” ujar Ghina gemas.

Wanita itu pun memeluk Flora dengan erat. “Besok, mama akan mengajakmu jalan-jalan. Sekarang kami pulang dulu, oke?” ujar Ghina.

Flora pun mengangguk.

“Adrian, jaga menantuku baik-baik. Kami pulang dulu,” ujar Felix.

“Iya, pa. Aku akan menjaga istriku ini dengan baik. Kalian pulanglah dengan segera karena ini sudah malam.” Adrian meraih tubuh istrinya dan menggandengnya mesra.

Mereka melambai pada ketiga orang tua itu.

Kedua mobil itu keluar dari halaman besar mereka. Wajah Flora langsung murung karenanya.

“Kamu sedih karena mereka pulang? Kamu suka jika mereka berkunjung?” tanya Adrian.

Flora menoleh. Dia merasakan remasan tangan kekar pria itu mengencang di pinggangnya.

“Ya, Adrian. Aku merindukan mereka semua,” jawab Flora.

Adrian mengangguk singkat. Dia pun membawa istrinya ke kamar mereka.

Flora menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi. Kini dia mengeringkan tangan dan kakinya dengan handuk.

Sementara itu, suaminya menatapnya lekat. Matanya menyelidik wanita itu dari atas sampai bawah.

“Warnanya bagus,” ucap Adrian. Dia menatap kuku jemari kaki Flora yang diberi warna nude. Wanita itu dan mamanya memang menyempatkan diri untuk itu sore tadi.

“Mm?” Flora menatap Adrian kemudian menoleh pada kakinya. “Terimakasih,” gumamnya.

“Aku ingin tidur. Kemari," panggil Adrian. Dia langsung merebahkan tubuhnya di kasur.

“Tapi kita ...”

“Kemari, Flora!” Tegas pria itu.

Flora langsung menurut sangking takutnya.

Adrian mendekat pada Flora. Dia mendekap wanita itu dengan erat.

“A-adrian aku ....”

“Flo, kesempatan yang kuberikan padamu benar-benar sia-sia. Apa kamu siap menanggung semuanya?” ucap Adrian dingin.

Sekujur tubuh Flora menegang saat Adrian semakin memeluknya dengan erat.

“Jika kamu berani mencium bibirku, aku akan mengampuni kesalahan mu dalam satu hari ini,” ujar Adrian.

“Apa? Kesalahan?”

“Ya, aku tidak suka saat kamu mengacuhkan ku. Kamu lebih memilih mengobrol pada mereka, padahal ini adalah kali pertama ku di rumah pada sore hari. Kamu memeluk pria lain, sementara status mu adalah istriku. Aku tidak suka bahkan jika itu, mama, papa, atau ayahmu sendiri!”

“Hah?” Flora langsung menoleh pada pria itu.

“Pertama-tama, aku merindukan mereka. Kedua, aku memeluk ayahku sendiri, papa mertuaku, dan mama mertuaku. Ketiga, aku bosan dikurung seperti seekor burung! Dan yang utama, bukan aku, tapi kamu yang mengacuhkan ku, Adrian! Kamu yang mengacuhkan ku!” ucap Flora tidak terima.

Adrian tersenyum miring. Setelah pernikahan mereka yang hampir berumur dua bulan, ini adalah percakapan terpanjang mereka.

“Siapa yang suami disini?”

“Tapi aku istrinya!” ucap Flora tegas. Dia tidak mau diperlakukan tidak adil lagi.

“Baiklah, aku akan membiarkan mu keluar dengan semua pengawasan ku. Tapi jika kamu mencium ku malam ini,” ucap Adrian santai.

“Aku tidak meminta lebih untuk saat ini.” ucapnya kemudian.

Flora menyipitkan matanya. Dia pun bergeser untuk mencium pria itu.

Dia menempelkan bibirnya pada bibir Adrian, menahannya sekejap dan langsung menatap Adrian. “Sudah. Aku harap kamu tidak mengecewakan ku kali ini, pegang perkataan mu,” ujar Flora.

Dia langsung menutup matanya dan mencoba menenangkan dirinya yang mulai malu dengan perbuatan egoisnya.

EPHEMERAL LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang