Ephemeral Love 27

30.8K 2.2K 6
                                    

Pagi yang cerah menyambut.

Flora mengeringkan rambutnya sembari bercermin.

“Operasinya hari ini, ku harap semua lancar.” Dia bergumam.

Setelah selai, dia pun memakai pakaiannya dan bersiap-siap untuk memulai hari.

“Pagi, Flo sayang. Kemari dan sarapan lah,” ajak Tommy.

Flora pun menghampiri Tommy dan ikut makan di depan ayahnya.

“Ayah ingin keluar kota, hanya tiga hari saja.” ucap Tommy.

“Dan ayah akan membawa banyak oleh-oleh untukmu. Ada yang kamu inginkan, Flo?”

“Aku mau ayah pulang dengan aman dan selamat,” jawab Flora tersenyum manis.

“Bahkan bertingkah dewasa pun tidak akan membuatku memandang mu sebagai wanita mandiri, Flo manjaku. Ayah pasti akan sangat kesepian jika kamu menikah dengan Adrian. Kalian harus sering berkunjung ke sini,” ucap Tommy.

Flora tersenyum. Sekarang dia mulai merasa bersalah.

  Flora tiba di rumah sakit.

Wanita itu menggulung rambut dan bajunya. Dia pun langsung melakukan aktivitas biasanya.

“Nak Flora, kami akan melakukan operasi satu jam lagi. Aku ingin membicarakan sesuatu pada mu,” ucap Yogi.

Flora mengangguk. Dia pun mengikuti Yogi ke ruangannya.

“Ada apa, dok?” tanya Flora.

“Apa yang kamu lakukan di ruang pasien?” tanya Yogi. Dia tidak sengaja melihat Flora memeriksa pasien yang akan mereka operasi itu.

“Tidak ada. Aku hanya memeriksa,” jawab Flora.

“Apa yang kamu periksa? Bukankah pada rapat itu, keadaan pasien sudah dijelaskan dengan rinci?”

“Mm... maaf, dok. Ku rasa ada yang bermasalah selain jantungnya. Karena perawat mengatakan pasien selalu muntah, jadi aku memeriksanya.” jawab Flora.

“Muntah? Aku tidak mendengar kabar itu,” balas Yogi.

“Sebelum melakukan operasi, aku berharap kalian melakukan pemeriksaan ulang.” Flora menundukkan kepalanya dengan hormat.

“Baiklah. Besok adalah jadwal pemeriksaan mu, jangan terlambat meminum obat mu.” Yogi pun membiarkan Flora keluar.

“Ini sedikit aneh. Apa yang membuat pasien muntah? Sebaiknya ku periksa ulang,” ujar pria itu.

Sementara itu Flora langsung pergi ke kantin untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

“Apa kata pak Adrian?” tanya Windy.

“Apa?” Flora tidak mengerti maksud wanita itu.

“Oh, ku pikir beliau memanggil mu ke ruangannya. Tadi aku melihatnya lewat,” jawab Windy.

“Tidak,” balas Flora santai.

Wanita itu menoleh pada seorang wanita yang lewat sembari menyeruput es kopinya. Dia tergoda dengan minuman itu.

“Tidak!”  Sam menahan kepala Flora untuk tidak menatap wanita itu berlama-lama.

“Sebenarnya pengidap penyakit jantung boleh-boleh saja minum kopi. Tapi kalian semua sangat berlebihan. Aku hanya ingin seteguk saja,” ucap Flora.

“Tidak, Flo! Tidak!” Ucap kedua temannya itu dengan tegas.

--o0o--

Flora berdiri di pintu luar.

Sore ini dia pulang lebih awal, jadi dia harus menunggu supirnya datang.

Flora menoleh saat sosok Adrian melaluinya. Pria itu langsung masuk ke mobilnya saat sang supir membuka pintu. Dia pergi tanpa adanya tegur sapa.

Flora masih melihat mobil merah itu berlalu dan semakin jauh. “Hm.., ini yang sebenarnya harus terjadi,” gumamnya.

“Flora? Kenapa masih di sini?” tanya Crish menghampiri.

Flora berbalik dan tersenyum manis. “Jemputan ku belum datang,” jawabnya.

“Kenapa tadi tidak bersama Adrian saja?” tanya Crish.

Flora menggeleng dan tersenyum menjawabnya.

“Karena aku punya waktu luang, aku akan mengantarmu.” ucap Crish.

“Baiklah, terimakasih.”

Crish dan Flora pun memasuki mobil pria itu.

“Sabuk pengamannya,” ucap Crish. Dia memasang sabuk pengaman wanita itu lalu memasang miliknya sendiri. Kemudian dia mulai melajukan mobilnya.

“Kenapa pulang lebih awal? Biasanya kamu akan keras kepala dan pulang larut,” ujar Crish.

“Ayah pergi ke luar kota dalam tiga hari ke depan, dia meminta dokter Yogi agar aku pulang lebih awal.”

“Benarkah? Kamu akan kesepian, mau ku temani?” tanya Crish.

Flora menatap pria itu kemudian tersenyum.

“Sebenarnya aku suka menikmati waktu sendiri ku. Tapi tidak masalah jika kamu ingin berkunjung,” jawab Flora.

“Kamu tahu? Kamu sedikit berubah akhir-akhir ini. Kamu tidak mencintai Adrian lagi, ya?”

Flora menoleh, lalu membuang pandangnya.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian kemarin. Adrian nampak berbeda juga," ujar Crish.

  Dia menoleh sebentar. Dilihatnya Flora yang membuang pandang dan enggan menjawabnya.

“Apa Adrian tidak pernah menaruh hati padaku? Apa dia mencintai Isvara?” tanya Flora pelan.

“Adrian mencintai Isvara? Kamu tahu jika kami bertiga hanya berteman, 'kan? Apa kamu cemburu pada kedekatan mereka?”

Flora diam.

“Flora, kamu mempunyai hati yang baik dan tegar. Berhentilah menyakiti dirimu sendiri dengan mencintai pria yang bahkan tidak menatap keberadaan mu.”

EPHEMERAL LOVE Donde viven las historias. Descúbrelo ahora