Ravwolf

434 44 43
                                    


"RAVWOLF ANJING!"
.
.
.

"Lu kemana aja, Rel? Markas kita di serang pun pasti lu ga tau kan?!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lu kemana aja, Rel? Markas kita di serang pun pasti lu ga tau kan?!"

Darel yang memang baru datang dan langsung masuk ke dalam rumah nya. Namun, baru saja ia menginjakan kaki nya pada ruang tamu, teguran seseorang membuat nya berhenti melangkah, ia merasa sedikit bingung dengan perkataan sang sahabat. Tapi ia langsung menatap Ansel dengan raut penasaran.

Yang ditatap hanya menampilkan wajah biasa saja padahal Darel menatapnya seperti singa betina yang sedang PMS.
Bahkan lelaki bernama lengkap Ansel Devantara Almaraja, itu menampilkan ekspresi muka yang minta ditabok.
"Kenapa? Kaget?"

"Lu liat, ini hasil dari CCTV di markas kita," ucapnya sembari memperlihatkan sebuah Laptop dengan video CCTV yang mana menampilkan apa yang terjadi saat ia tak ada.

Air muka Darel seketika berubah menjadi lebih menyeramkan membuat Ansel yang tadi santai kini menampilkan raut ngeri dengan sedikit ringisan keluar dari bibirnya. Ia tau jika sudah begini pasti Darel akan mengeluarkan kata-kata mutiaranya.

"RAVWOLF ANJING!" Rahang nya mengeras, pasalnya Revwolf bukan lah musuh yang bisa di anggap sepele. Revwolf adalah gang motor terbesar kedua setelah Annarka gang.

Tuh kan, Ansel tak pernah salah dengan firasatnya.

"Ya! Mereka pelaku nya," timpal lelaki dengan wajah manis beralis tebal. Ghazi Mahardika Adi Putra, nama yang bagus dan memiliki makna yang dalam.

"Persiapkan 500 pasukan, kita serang markas mereka sekarang!" Entah terbawa emosi atau apa Adya malah menyarankan hal demikian.

"Jangan!" Sentak Darel dengan wajah serius.

"Why?" tentu Adya penasaran dengan penolakan yang di berikan sang ketua namun tepukan dibahunya mengalihkan atensinya. Dan ternyata pelakunya adalah adalah Axel.

"Yang di bilang Darel, benar! Kita ga boleh gegabah," Adya mengangguk walau dalam hati masih merasa jika keputusannya sudah tepat.

Kini perhatian anak-anak adam itu beralih menatap sang Ketua menunggu instruksi.
Menatap mereka satu persatu, lalu dengan kemudian menunjuk Ansel yang tengah duduk dengan wajah santai.

"Ansel, susun strategi!"

"Emilo, lu hubungi semua anak ANNARKA, mereka harus kumpul sekarang."

"Ghazi, Prepare sekarang!"

Eits! Tunggu dulu, prepare yang di maksud adalah prepare senjata yang akan mereka gunakan nanti.

"Dan buat lu! Tenangin diri lu dulu, kita ga boleh gegabah," sekali lagi, Adya diingatkan.

Mereka semua segera melaksanakan apa yang ketua mereka katakan, dengan sungguh-sungguh.
.
.
.

"Astagfirullah"

DareCaWhere stories live. Discover now