putri kecil mama & papa

383 43 57
                                    

Haloo
Maaf yaaa, seharusnya maca up nya tadi malam, tapi maca malah ketiduran.
Telat dikit ga ngaruh kaliiii!!
HAPPY READING!!!!
.
.
'Allah, tolong jangan ambil kebahagiaan ini dari, Caca.'
.
.
.

"EMILO!"

Suasana yang tadi ramai dan memanas berubah menjadi sedikit sunyi dengan tumbangnya salah seorang anggota inti Anarrka Gang.

Karena merasa mereka hanya akan dirugikan jika masih berada di sana maka mereka semua menatap wajah Jeon meminta arahan.
"CABUT!" Sang Ketua Refwolf itu dengan mudah mengintrupsi anggotanya untuk mundur.

Melihat mereka semua yang berbondong-bondong pergi dengan pengecutnya, wajah Darel kian menggelap.
"ANJING! BANGSAT! LU SEMUA!" Hingga ia tak mampu menahan segala umpatannya.

Adya menahan pundak Darel dan ia menggelengkan kepanya pelan,
"Udah, Rel. Kondisi Emilo lebih penting dari si pengecut itu, lebih baik sekarang kita bawa Emilo ke Rumah Sakit," Darel mengangguk paham dengan ucapan Adya_ wakilnya itu benar, kondisi Emilo lebih penting. Namun begitu amarah di dalam diri Darel belum padam ditandai dengan matanya yang bekilat tajam serta kepalan tangannya kian mengencang.

Dan mereka semua tahu akan hal itu, jadi mereka hanya diam tak berani mengatakan apapun.

"Bawa Emilo," mereka semua mengangguk mengerti.

...

Keheningan menyelimuti ruang tunggu, beberapa remaja berjaket hitam dengan berlambangkan sayap dan juga inisial A sedang menunggu seseorang dengan gelisah. Terutama Leader dari mereka, sedari tadi tak henti-henti mondar-mandir tak jelas,sudah seperti strikaan saja!.

Beberapa saat kemudian,suasana hening terpecah oleh langkah kaki ketika pintu ruangan itu terbuka. Seorang wanita berjas putih dengan Stetoskop bergantung di leher nya, tak lain dan tak bukan adalah seorang dokter.

Mereka semua bergegas menghampiri dokter wanita itu, merupakan dokter yang menangani Emilo.

"Dok, gimana kondisi teman kami?"
tanya darel dengan raut khawatir.

Dokter wanita itu tersenyum ramah.
"Pasien baik-baik saja,"

Semua bernapas lega kala mendengar penuturan dokter.
"Huft, apa kita boleh temui teman kita dok?" tanya Axel.

Dokter mengangguk, menandakan bahwa mereka di perbolehkan untuk menemui teman mereka.
"Namun, tolong jangan menimbulkan kegaduhan," tekan dokter, mengingatkan.
Di balas anggukan oleh mereka semua.

"Baik dok"

"Saya permisi," pamit dokter.

"EMILOOO SAYANG!!" Teriakan menggelegar itu berasal dari, Axel.
Ia merentangkan kedua tangan nya bersiap untuk memeluk teman nya yang sedang kesakitan.

Emilo langsung menampilkan raut muka jijik. "Najis!" Rasanya Emilo ingin menendang lelaki itu, namun apalah daya seluruh tubuhnya sedang sakit.

Bukannya kesal, Axel malah mencibik dengan wajah tengilnya.
"Eh, mulutnya minta di cium," ucapannya sontak membuat Emilo menyeringai dengan aura suram di matanya.

" Sini, cium aja kaki gua!" ucapnya seraya menunjuk kakinya sendiri dan itu membuat Axel mengurucutkan bibirnya hingga sepertinya bisa menggantung sesuatu disana.

"Sorry, gua bukan anak lo yang durhaka," ucapnya dengan nada kesal sebelum pergi meninggalkan Emilo yang membaringkan tubuhnya dan saat ini Emilo malah memikirkan seseorang dengan mata terpejam. Sedetik kemudian garis lengkung terukir diwajahnya, tak ada yang melihat karena Emilo menutupi tubuhnya dengan selimut.

DareCaWhere stories live. Discover now