menyelidiki

263 9 6
                                    

Haloo
Maaf ya maca gak up².
Bentar lgi ada event di sekolah, jdi lg fokus ke event.
Thanks atas 8k readersnya, yaa!!
Jan lupa biasakan ⭐ sebelum membaca!
Dan jangan lupa kalau ada typo tolong tandain.

Thanks atas 8k readersnya, yaa!!Jan lupa biasakan ⭐ sebelum membaca!Dan jangan lupa kalau ada typo tolong tandain

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

"Gua curiga sama seseorang," gumam Emilo masih bisa terdengar yang lain.

Semua menatap penuh kearah Emilo. "Gua juga!" timpah Axel.

"Siapa?"

"Jeon," ucap Emilo dan Axel secara bersamaan.

Semua tampak berfikir sejenak, ada sebagian yang membenarkan ucapan Axel dan Emilo. Namun, sebagian pula tidak setuju dengan ucapan mereka berdua. Bisa jadi bukan Jeon pelakunya, tetapi, bisa jadi pula Jeon pelakunya. Sebenarnya, jika memang benar Jeon pelakunya, untuk apa ia melakukan hal sekeji ini? Mengirimkan teror semacam ini.

Satu hal yang mereka ketahui tentang Jeon, ia bukanlah tipikal orang yang suka mengirim teror. Jeon akan langsung mengajak baku hantam jika dirinya sudah terlanjur marah besar. Sangat tidak mungkin seorang Jeon mengirimkan teror semacam ini kepada Caca yang jelas-jelas pernah ia cintai, bahkan sampai detik ini pun Jeon masih sangat mencintai Caca.

Lalu, jika bukan Jeon. Lantas siapa pelaku yang sebenarnya? Mengapa ia bisa melakukan hal sekeji ini kepada Caca?

"Menurut gua bukan dia pelakunya," ucap Ansel sambil menuruni anak tangga.

Ucapan Ansel membuat semua orang membuyarkan pikirannya. Begitu pula dengan Axel dan Emilo, mereka berdua sangat tercengang mendengar ucapan Ansel.

"Kalau bukan Jeon, trus siapa lagi pelakunya?" tanya Axel tak percaya.

Ansel menghampiri mereka, lalu duduk diantara kursi Axel dan Emilo. Ia mengembalika ponsel Caca yang sempat ia bawa tadi. Semua terfokus pada Ansel yang tengah mengeluarkan ponselnya dari dalam saku baju.
"Gua juga gak tau, tapi yang pasti dia orang terdekat Caca," jawab Ansel sambil bermain game.

Semua langsung menyerngit bingung dibuatnya. "Jadi maksudnya, ini perbuatan orang dalam? Ada yang berkhianat?" tanya Ghazi penasaran.

Ansel mengangguk. "Pikir pake logika," jawab Ansel santai.

"Benar," ucap Adya membenarkan.

"Pertama, dari mana dia tahu letak markas kita? Bahkan, jika dilihat dari luar markas, tempat ini gak pantas di sebut rumah atau pun markas," jelas Adya.

Semua tercengang mendengar penjelasan Adya. Sepertinya mereka sangat terkejut mendengar Adya yang biasanya hanya berbicara beberapa kata saja, kini cowok itu berbicara panjang melebihi sepuluh kata. Pantas saja bila mereka terlihat begitu terkejut mendengar penjelasan Adya.

Axel bertepuk tangan, di susul dengan Emilo dan juga Ghazi. Trio gila itu sungguh di buat takjub dengan penjelasan Adya.

"Benar! Dia juga tahu soal rumah Caca, dan letak kamar Caca yang letaknya di lantai dua," tambah Darel.

DareCaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ