kehidupan yang beruntung

334 35 32
                                    

"Karena tak semua orang bisa merasakan hal itu."

(Bianca grecia lyra)
.
.
.

"Woi gregazi!" Panggil Axel mengagetkan Ghazi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Woi gregazi!" Panggil Axel mengagetkan Ghazi.

"Apa?" tanya Ghazi menaikan sebelah alisnya.

Cowo humoris itu menghelai napas lelah. "Tumben lu diem?"

"Kepo," singkat padat dan jelas! Axel medelik bingung menghadapi mood teman nya. Ada apa sebenar nya dengan Ghazi?

"Ciih, ditanya nya malah gitu!" Ketus nya.

"Biasa," timpal seseorang.

"Hah? Lu bisa ga si, Rel. klo ngomong jangan setengah-setengah?" omel Axel.

Memang benar akan hal itu, Darel sangat lah irit dalam berbicara. Bahkan mereka pernah merekam saat Darel berbicara panjang lebar karna merasa kesal dengan Axel yang hampir saja menginjak benda kesayangan nya. Hmmm kalian tahu benda apa itu??

"Dia abis debat sama cewek basket," Ucap Ansel. Namun, pandangan nya tidak luput dari layar handphone nya.

Axel membulatkan matanya.
"Anjirr, yang mana? Kok bisa?"
Tanya nya, kini atensinya tertuju sempurna pada sosok Ansel yang tengah bermain handphone.

"Dia maksa mau masuk gang kita."

Bukan! Bukan Ansel kini yang menjawab, tetapi Adya.
Akhirnya cowok itu membuka suaranya.

Tak bisa di pungkiri bila kini Axel tersenyum lebar.
"ALHAMDULILLAH." Ucap nya dengan nada yang lumayan tinggi.

Emilo hanya bisa menahan tawa nya ketika melihat Axel dengan wajah sok dramatis.

Sepertinya, bakat terpendam Axel sangat lah banyak! Dan salah satu nya adalah menjadi aktor film, itu sangat cocok untuk wajah Axel .

"lu bisa ga sih jangan teriak?!" Ansel merasa terganggu dengan nada bicara Axel dan dibalas dengan cengiran khasnya.

"Hehehehe, gua terlalu seneng," ucap Axel, sembari menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal.

Kemudian ia tersenyum simpul hingga menampakkan kedua lesung pipi nya.
"Seneng aja akhirnya kita punya adek cewe," ujar nya.

Axel memang sangat ingin memiliki seorang adik. Namun, apalah daya menjadi seorang anak tunggal. Axel kesepian ketika di rumah, ayahnya menjadi gila kerja semenjak kematian istrinya, yang mana adalah ibu dari Axel.
Pandangan Axel meredup, namun tak ada yang menyadari.

"Dia ga akan masuk gang kita," ucapan Darel membuyarkan lamunan Axel sekaligus menarik semua atensi.

Semua menoleh pada Darel, termasuk lelaki berwajah manis itu. Ia menatap Darel dengan tatapan tak terima. Apa kah salah bila seorang prempuan masuk dalam gang nya?

DareCaWhere stories live. Discover now