31. Modus

69.1K 3.7K 189
                                    

"Sholawat lebih utama dari istigfar, jika engkau memperbanyak sholawat maka ALLAH mengampuni dosa dosa mu dan ke dua orangtuamu lebih cepat dari air yang memadapkan api"

[Habib Umar Bin Hafidz]

اللهمّ صلّي على سيدنا محمد وعلى عليّ سيدنا محمد


HAPPY READING❤️

•••

Hari ini hari jumat pondok mengadakan kerja bakti untuk membersihkan semua lingkungan area pesantren.

Gus Syafiq langsung turun tangan untuk memantau kegiatan mereka, sempat di larang oleh istrinya karna badanya belum terlalu vit tapi kalau beliau tidak memantau takutnya Gus Syafiq meninggalkan amanah dari abahnya.

"Nanti selokan yang depan jangan lupa di cek kang," perintah Gus Syafiq.

"Enggih siap Gus,"

Gus Syafiq keliling memantau, untuk santri putri di tugaskan di dalam pesantren seperti membersihkan aula, mushola, dan asrama tapi khusus santri putra di bagi ada yang di dalam ada juga yang di luar.

Sendari tadi beliau berkeliling tapi tidak melihat istrinya apa dia kebagian di asrama pikir Gus Syafiq. Saat melewati halaman belakang beliau tidak sengaja melihat segerombolan santri yang sedang duduk-duduk di gazebo.

"Ekhem," sontak santri yang sedang duduk santai pun menolehkan kepalanya, begitu mereka tahu Gus Syafiq yang berdehem raut mukanya langsung pucat semua.

"Ngapain?," tanya Gus Syafiq.

Mereka diam tidak ada yang berani menjawab, jumlahnya ada 5 orang dan semuanya sepertinya memang santri-santri bangor.

"Kenapa diem,"

"Yang lain kerja bakti, kalian malah enak-enakan duduk santai,"

"Kamu," tunjuk Gus Syafiq kepada salah satu santri "apa yang di umpetin di belakang,"

Santri yang di tunjuk pun ketakutan, terlihat dari raut mukanya yang langsung pucat "mbo-mboten enten Gus," jawabnya dengan ketakutan.

(Mboten enten:tidak ada)

"Tunjukin tanganya,"

Mereka saling sikut-menyikut seolah mereka bertanya gimana ini.

"Saya tanya sekali lagi apa yang kamu umpetin, mau di tunjukan sendiri apa saya yang ke situ?," santri tersebut langsung menunjukan tanganya yang ternyata sedang memegang satu bungkus rokok.

Raut wajah Gus Syafiq menjadi datar sedatar datarnya, beliau dulu juga seorang perokok tapi beliau tau tempat tidak pernah Gus Syafiq merokok di area pesantren.

"Kalian tau aturan pondok?,"

"Ng-nggih Gus,"

"Apa di peraturan tertulis boleh merokok di pesantren?,"

"Mboten Gus,"

(Mboten:tidak/engga)

"Terus kenapa di lakukan," mereka diam membisu tidak ada yang berani menjawab.

"Saya tidak masalah kalau kalian ingin merokok, mau sehari 3 bungkus pun bukan urusan saya asal jangan di area pesantren,"

"Bukan cuman kalian yang merokok, banyak tapi mereka bisa menahan...ini peringatan pertama buat kalian sekali lagi saya pergoki kalian sedang merokok, saya suruh kalian pakai rok berdiri di lapangan," ancam Gus Syafiq.

CINTA DALAM DO'A    Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang