42. Terungkap

58.7K 3.9K 301
                                    

"Sholawat lebih utama dari istigfar, jika engkau memperbanyak sholawat maka ALLAH mengampuni dosa dosa mu dan ke dua orangtuamu lebih cepat dari air yang memadapkan api"

[Habib Umar Bin Hafidz]

اللهمّ صلّي على سيدنا محمد وعلى عليّ سيدنا محمد


HAPPY READING❤️

•••

Warga pesantren yang tadinya masih belum percaya kini setelah melihat langsung mereka pelukan langsung percaya bahwa mereka memang benar-benar suami istri.

Gus Syafiq membawa Zia pulang di genggamnya erat tangan istrinya, mereka yang melihat itu tidak bisa berkata-kata, ternyata sedari tadi mereka mengolok-olok istri dari Gusnya sendiri yang artinya berarti Ning nya yang sepatutnya mereka hormati.

Dari sepanjang jalan menuju rumah Zia benar-benar menunduk, bisa Gus Syafiq rasakan tangan istrinya sampai berkeringat dingin.

Sesampainya di rumah Gus Syafiq membuka pintu dan menutup pintunya lagi, lalu menyeret Zia pelan untuk duduk di sofa "puasanya batalin aja ya," ucap Gus Syafiq dengan lembut.

Zia menggeleng tidak mau.

Tanpa aba-aba Zia memeluk Gus Syafiq lagi, kali ini dia tidak bisa menahan tangisanya, Gus Syafiq membalas pelukan sang istri mengelus-elus punggungnya sesekali beliau mendaratkan ciuman di kepala Zia. Beliau bisa merasakan sesakit apa hati istrinya, Zia menangis sampai tersedu-sedu.

Dalam hati Gus Syafiq selalu beristigfar supaya amarahnya tidak meledak karna melihat istrinya terus menangis. Bukan marah ke pada istrinya melainkan ke mereka yang sudah membuat istrinya ketakutan.

"Ta-takut Mas," cicit Zia.

"Ngga usah takut Mas ada di sini, Mas siap buat jadi temeng kalau ada orang yang berani nyakitin jantung hatinya Mas," jawab Gus Syafiq dengan tenang.

Zia takut mendengar omongan-omongan yang mereka lontarkan rasanya jahat sekali "dasar perempuan kotor, zina, ga pantes dapet gelar hafidzah, percuma nutup aurat, orangtuanya pasti ngga jadi bangga, malu-maluin," semua bisikan itu selalu berputar di kepalanya. Sakit saat mereka menghina tidak pantas mendapat gelar hafidzah, padahal Zia berjuang susah payah, menghafal, mengingat dan mengulangnya terus menerus, ngantuk dan rasa lapar tidak membuat Zia lelah untuk terus menghafal dan ketika sudah hafal mereka menghinanya.

Gus Syafiq membiarkan Zia menangis di pelukanya, baju yang di pakainya sampai basah karna air mata istrinya.

"Udah ya jangan nangis terus nanti puasanya batal," ucap Gus Syafiq lembut.

Baru setelah itu Zia mulai mereda tangisanya, namun dia tidak mau melepas pelukanya sampai Gus Syafiq menyadari kalau istrinya tidur. Ini lah kebiasaan Zia yang Gus Syafiq tau setelah lelah menangis pasti terlelap tidur.

Gus Syafiq menggendong Zia menuju kamarnya di atas, di letakanya Zia dengan pelan supaya tidak terganggu, sebelum beranjak Gus Syafiq mencium ke dua kelopak mata istrinya yang membengkak karna kelamaan menangis. Lalu setelah itu Gus Syafiq beranjak menelpon ketua pengurus untuk rapat sekarang juga, semua wajib hadir tanpa terkecuali.

CINTA DALAM DO'A    Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang