Ayraa Nazeefah Mahveen.

46.9K 2.1K 20
                                    

Terang beralih menjadi gelap. Menandakan bahwa Sang surya telah pulang ke singgahsananya, kumandang Adzan baru saja selesai. Ayraa langsung bergegas mengambil air wudhu untuk melakukan kewajibannya yaitu Sholat.

Selesai melakukan kewajibannya dan berdoa kepada Allah, Ayraa langsung mengambil laptop untuk mengerjakan tugasnya sambil menunggu makan malam keluarga.

Tunggu. Jangan bilang Ayraa ini anak pemalas yang tak mau membantu mamahnya di dapur untuk mempersiapkan makan malam. Tapi, mamahnya lah yang menyuruh Ayraa untuk tidak ikut campur. Karena sang mamah kasihan melihat anaknya yang pulang hampir menjelang maghrib lalu di suruh masak. Tak tega hati mamah de.. Tuturnya.

"Ayraa.. De buka de." Suara berat memanggil namanya dari balik pintu.

"Masuk aja mas, gak di kunci kok.." Ujarnya dari dalam.

Derap kaki semakin mendekatinya. "Sibuk bener ya wanita karir yang satu ini. Hehe" Ledek Faris yang baru saja duduk di sebelah adiknya sambil kepo.

"Aamiin mas hehe" jawab Ayraa sekenannya.

"Ay.. Kalau nanti kamu nikah nih yaa. Kira-kira aku masih bisa masuk kamar kamu ga? Curhat panjang lebar sampai akhirnya ketiduran bareng. Terus maraton film horor kalo malem minggu, ngeliat kamu sibuk sama kerjaan, terus aku masih di jadiin bahan kamu buat kelinci percobaan masker baru ga? Terus aku masih bisa gak main-main ke apotek kamu? Bisa ga Ay?" pertanyaan panjang dari Faris hanya ada satu jawaban dari Ayraa "emangnya aku mau nikah sama siapa mas? Pacar aja gak punyaa. Mau nikah ama pacar orang? Haha Mas ada-ada aja deh." Jawab Ayraa.

"Oh kamu belom tau ya?" gumam Faris yang masih terdengar di telinga Ayraa. "Tau apaan Mas?" Selidik Ayraa. Firasatnya tidak enak.

"Engga-gapapa. Kan kalau misalnya dek, kamu nikah. Mas bisa gak kayak dulu lagi?" sebisa mungkin Faris mengalihkan pembicaraannya.

"Yaa kalau menurut aku nih ya Mas, justru nanti aku duluan deh yang nanya kaya gini. Bukan Mas, kan yang nanti nikah duluan Mas. Bukan aku, lagian nih ya Mas kalau aku nikah duluan itu mustahil Mas. Siapa yang mau nikahin cewek kayak aku coba hehe. Tapi kalau misalnya kita masing-masing emang udah di kasih jodoh terbaik dari Allah. Yaa pasti kita ngelakuin kebiasaan maraton film, curhat-curhatan gak akan sering mas. Paling sesekali." Ujar Ayraa mantap.

"Duhh.. Mas bakalan kangen banget nantinya sama kamu ya dek.. Jangan lupakan mas mu yang unyu ini ya dekk.." Ujar Faris sambil mencubit pipi tembemnya Ayraa. "Aduh Mas, sakit ih." Katanya, lalu balik mencubit kakaknya itu.

"Faris... Ayraa.. Turun nak. Makan dulu yukkk." teriakan menggelegar mamah membuat keduanya berlomba-lomba untuk turun.

"Ehh.. Jangan grabak-grubuk gitu ah. Kalian gak malu sama umur? Kamu apalagi Ris, umur udah mau kepala tiga masih aja kaya anak kecil. Apa pengen punya anak kecil? Apa Mau ya papah cariin jodoh? Hmm?" Ledek papahnya.

"Faris udah punya calon Pah, nanti Faris kenalin." Ujar Faris santai. "Dari kemarin bilang doang mau di kenalin, tapi gak di kenal-kenalin ya mah?" ledek Papahnya yang sekarang mengajak mamahnya untuk ikutan memojokan anaknya itu.

"Iyaa Ris, cepet dong kenalin ke Mamah sama Papah. Jangan keduluan sama Ayraa nanti. Hehe" Ujar Mamahnya. "Mamah pelupa. Emang udah di duluin Ayraa kan mah. Mamah gimana sih" Ujar Papahnya santai. Ayraa kini bingung dengan arah pembicaraan keluarganya.

"Maksudnya pah?" akhirnya dia bertanya. "Nanti selesai makan kita kumpul di ruang keluarga ya. Terutama Ayra hehe" Tutur Papahnya diakhiri seulas senyum yang... Misterius.

🍃🍃🍃🍃

"Sini Ay, duduk sama Papah." Ajak papahnya ketika Ayraa baru saja datang ke ruang keluarga.

"Ay, umur kamu sekarang berapa?" Tanya Papahnya benar-benar misterius. "Umur Ay, 23 pah." Ujar Ayraa.

"Kalau boleh papah tau. Kamu udah punya pacar?" Tanya Papahnya hati-hati. "Belum Pah. Emangnya kenapa Pah? Tumben deh Papah nanya gitu?" Ayraa semakin di buat penasaran oleh Ayahnya.

"Gini Ay, jadi dua hari yang lalu itu ada seorang pemuda yang datang ke rumah. Katanya mau bertemu sama Papah dan Mamah, dia datang dengan sopan dan percaya dirinya yang kuat untuk bertemu dengan papah. Kita banyak mengobrol, tentang kamu juga tentang dia. Sampai akhirnya dia bercerita tentang kejadian dua minggu yang lalu, kalau dia adalah pasien kamu di apotek. Sebenarnya keponakannya lah yang menjadi pasien kamu, cuma yang menebus obat dan bisa berinteraksi dengan kamu itu kan dia. Nah, dia bilang sama Papah kalau dia tertarik sama kamu. Dia bilang kalau dia ingin menjadikan kamu istrinya. Awalnya Papah sempat ragu, tapi setelah Dia mempertemukan Papah sama mamah dengan kedua orang tuanya. Papah sudah tidak ragu lagi, karena ternyata keluarganya adalah teman baik dari mamah maupun papah. Sekarang yang papah mau tanya, bagaimana dengan Ay? Siap untuk menikah dengannya?" Tutur papahnya yang sontak membuat Ayraa kaget bukan main.

"Nikah? Pah, tapi kan Mas Faris belum menikah. Bagaimana Ay mau menikah, kan dalam adat kita tidak boleh ngelangkahin kakak laki-laki." Ujar Ayraa beralasan.

"Mas udah setuju kok dek, kalau memang harus kamu duluan yang menikah kenapa enggak? Gak baik kalau di tunda, apalagi yang mauin kamu itu tampan dan mapan. Mana bisa abang nolak hehe. Yakin deh kamu kalau ketemu dia juga gak nolak. Mamah kalau masih muda aja mau ya mah sama dia? Hehe" Perkataan Faris hanya mendapat helaan nafas dari Ayraa dan pukulan kecil dari mamahnya.

"Biar Ay pikirin di kamar. Ay duluan." Ayraa memutuskan untuk ke kamar dan memikirkan matang-matang tawaran Papahnya.

Karena bagaimanapun Menikah di usia 23 tahun itu bukanlah cita-cita yang di impikan oleh seorang Ayraa Nazeefah Mahveen.

Jangan Lupa Vote dan Comentnya ya :)

Dear My Husband ✅Where stories live. Discover now