17.

16.2K 1K 52
                                    


_

TYPO BETEBARAN GAES.

_

Setelah menempuh satu jam perjalanan karena macet. Akhirnya Ayraa sampai juga di rumah megah dengan nuansa putihnya.

"Pak Usman. Tolong bapak kembali ke hotel ya, tolong jaga Mas Afwan. Dan satu hal, jangan beri tahu saya di sini ya. Saya mohon." Ujar Ayraa lirih. Pak usman hanya mengangguk. Ia sangat prihatin melihat Ayraa yang sekarang.

"Iya Mbak saya janji." Kata Pak Usman.

"Makasih ya Pak Usman." Balas Ayraa dengan senyumnya.

"Assalamualaikum" Salam Ayraa seiring dengan ketukan di pintu rumah itu.

"Wa'alaikumsalam.. Ya ampun Ayraa... Masuk nak, ayok masuk." Ujar Dina -ibu Afwan- a.k.a mertuanya.

"Terima kasih bu" Ujar Ayraa. Ia masih menunduk. "Kok kesininya malam? Katanya lusa?" Ayraa hanya tersenyum dan menatap mertuanya itu.

"Astaghfirullah. Kamu kenapa Ay?" Tanya Dina panik. "Afwan mana? Kamu ke sini bareng Afwan kan?" Dina merasakan ada sesuatu yang mengganjal.

"Ay gak kenapa-kenapa kok bu. Mas Afwan masih nemuin koleganya di hotel, tapi Ayraa udah kangen sama ibu jadi Ayraa kesini duluan deh.. Hehe" Ayraa berusaha meyakinkan mertuanya.

"Oh ya ampun. Ibu juga kangen sama kamu hehe" Dina langsung memeluk menantunya itu. Tanpa di sadari Ayraa menangis di pelukan mertuanya itu. "Ay? Kamu kenapa nangis?" Dina meregangkan pelukannya karena ia merasa tubuh menantunya bergetar.

"Ay.. Hmm Ayraa cuma kangen sama ibu, kangen juga sama mamah. Pelukan ibu sama kayak pelukan mamah, jadinya Ayraa baper deh. Hehe" Kata Ayraa mencoba menutupi masalahnya.

"Beneran?" Dina merasa ada yang mengganjal. "Beneran kok Bu."

"Yaudah Biar koper mu ibu bawa ke kamar Afwan ya. Biar kamu bisa istirahat di kamarnya." Ujar Dina yang membuat Ayraa terkesiap.

"Bu? Mas Afwan kan belum dateng. Bagaiman kalau aku sementara di kamar tamu aja dulu yaa.." Dina menautkan kedua alisnya bingung. "Loh kenapa? Kalian kan udah sah."

"Iya. Tapi Ay maunya tidur di kamar Mas Afwan kalau ada Mas Afwan ajaa.. Boleh ya bu." kalau Ayraa sudah mengeluarkan puppy eyes nya Dina tak bisa menolak menantu bontotnya itu.

"Yasudah biar ibu siapin dulu ya kamarnya." Kata Dina tersenyum. "Makasih ya Ibu..." Ayraa langsung memeluk Dina. "Sama-sama"

Selama membereskan kamar tamu. Dina merasa ada yang di tutup-tutupi dari Menantunya itu.

"Makasih ya Bu. Aku suka kamarnya hehe" Kata Ayraa yang masih memeluk mertuanya manja.

"Iya sayang." Dina rasanya ingin sekali menanyakan sesuatu yang mengganjal di hatinya kepada Ayraa.

"Ay.." Ayraa menjauhkan dirinya dari Dina supaya bisa menatap mertuanya itu. "Iya bu?"

"Ibu tahu kamu lagi ada masalah sama Afwan. Ibu tahu, kamu menangis bukan hanya kangen dengan ibu dan Mamah. Ibu tahu sebagai seorang istri kita harus menutupi kesalahan suami kita, permasalahan dalam rumah tangga kita sekecil apapun itu bentuknya. Ibu paham. Karena ibu juga sama kayak kamu. Sama-sama seorang istri." Dina membelai wajah Ayraa lembut.

"Tapi. Kita juga tidak boleh menyimpannya terlalu rapat kalau hanya menyakiti perasaan kita. curhatlah kepada ibu. supaya ibu bisa membantu kamu dan memberi saran jika di perlukan. Tapi kalau Ayraa mau menyimpannya sendiri, ibu sarankan jangan terlalu gegabah jika ingin mengambil keputusan untuk kedepannya ya Nak." Ucapan Dina membuat air mata Ayraa seketika luruh begitu saja.

Dear My Husband ✅Where stories live. Discover now