28.

25.4K 1K 68
                                    

Tepat pukul sepuluh malam mereka sampai di rumah. Jalanan sekarang memang parah, bayangkan saja perjalanan dari Jakarta Pusat ke Jakarta Timur menghabiskan waktu dua jam. Melelahkan bukan?

Entah jalanan yang harus di perluas lagi, atau kendaraannya yang harus di kurangi? Tapi bagaimana caranya? Huhh.. Biarlah. Itu semua bukan urusan Ayraa, biarkan Pemerintah yang mengaturnya.

Yang di inginkan Ayraa sekarang adalah bersih-bersih lalu tidur. Karena kini matanya sudah terasa berat.

"Kamu mau mandi pakai air panas atau air dingin Mas? Biar aku siapin." Tanya Ayraa tiba-tiba ketika Afwan baru saja menutup pintu kamar.

"Aku mandinya nanti aja. Kamu aja duluan Ay, soalnya aku mau ngabari orang kantor dulu." Tutur Afwan di akhiri senyumannya.

Ayraa tak menjawab lagi. Sebenarnya ia sudah tidak marah, tapi bingung ingin memulainya lagi darimana?

Canggung? Begitulah.

Setelah Ayraa selesai dari ritual bersih-bersihnya dan keluar dari kamar mandi, ia tak melihat sosok suaminya lagi di sudut ruangan.

Kemana Mas Afwan? -gumamnya di dalam hati.

Ayraa pun keluar dari kamar untuk turun ke bawah hendak mencari suaminya itu. Tapi baru saja ingin turun, ada suara tawa yang membuat dirinya berhenti di dekat ruang kantor Afwan. Pintunya memang sedikit agak terbuka, Ayraa melongok dari balik pintu.

Dan benar saja Terlihat di sana, Afwan sedang mendekatkan ponselnya di telinga kanan.

"Yasudah kalau begitu, salam buat rekan yang lain ya pak.." Ujar Afwan sebelum akhirnya memutus sambungan.

"Kamu udah selesai mandinya?" Tanya Afwan yang membuat Ayraa tersentak.

"Astagfirullahaladzim." Gumamnya sambil mengelus dada.

"Loh kok malah istigfar? Kamu kenapa Ay?" Tanya Afwan sambil senyum-senyum aneh melihat istrinya itu.

"G--gak kok, aku gapapa." Jawab Ayraa gagap.

"Beneran gapapa?" ledek Afwan sambil memastikan juga.

"Iya. Aku gapapa." Ayraa menjawab masih terdengar nada canggungnya.

"Ohh. Terus kamu disini? Mau manggil aku? Atau mauuuu?" selidik Afwan sambil mengangkat kedua alisnya. Intinya sih masih dengan nada meledek.

"Ah? Hmm.. Aku cuma mau tanya aja kok, kamu mau mandi atau engga? Kalau mau mandi mau pakai air apa? Dingin atau hangat? Biar aku siapin." alibi Ayraa panjang lebar. Afwan yang mendengar nya hanya tersenyum menatap istrinya yang bawelnya mulai kembali.

'Senang rasanya, denger ocehan kamu lagi Ay.' Gumam Afwan di dalam Hati.

"Mas?" Panggil Ayraa.

"Kenapa Ay?"

"Kok malah senyum-senyum. Kamu mau mandi atau enggak?" Tanya Ayraa lagi.

"Hehe. Iya sayang" Tuturnya. Seketika membuat mata Ayraa beralih karena salting dan canggung.

"Mau mandi pakai air apa Mas? Biar aku siapin." Ayraa mengulang lagi pertanyaannya.

"Gausah. Kamu istirahat aja Ay. Aku bisa sendiri kok." balas Afwan lembut.

"Gapapa biar aku aja." Tolak Ayraa.
"Biar kamu aja? Maksudnya? Biar kamu aja yang mandiin aku? Gitu?" Ledek Afwan yang langsung membuat Ayraa menggeleng pasti dengan pipinya yang mulai memerah.

Dear My Husband ✅Där berättelser lever. Upptäck nu