23.

23.1K 1.1K 36
                                    

Matahari kembali menampakkan senyumnya. Tapi tidak dengan Ayraa yang hanya menampakkan wajah pucatnya di atas bangkar. Sejak kejadian semalam, Ayraa belum siuman juga. Lika yang kini berada di samping Ayraa berharap penuh sahabatnya bisa siuman.

Beruntung hari ini Lika bertugas sore. Jadi ia bisa menemani sahabatnya itu.
"Lika?" Panggil Rahma di ambang pintu. Lika tampak menoleh.

"Rahmaa.." Lika bangkit menghampiri Rahma. Kawan lamanya.

"Lama gak ketemu. Lo apa kabar?" Tanya Rahma. "Gini-gini aja Ma." Rahma dan Lika tampak tertawa.

"Ayraa? Gimana?" Tanya Rahma. Hampir saja melupakan tujuan utamanya datang kesini.

"Itu. Belum siuman juga." Ujar Lika sambil mengarahkan dagunya ke arah di mana Ayraa berada.

"Kenapa bisa Ayraa pingsan?" Tanya Rahma.

"Lo tau kan Ma. Semenjak kejadian itu, kita gak boleh menatap tajam apalagi bertindak kasar kepada Ayraa." Rahma tampak mengangguk dengan matanya yang terus menatap Ayraa.

"Afwan ngelukain dia?" Tanya Rahma. Lika menggeleng. "Dia gak sengaja cengkeram lengan Ayraa. Ya, walau memang gak sakit. Tapi rasa itu bisa mengundang bayangan buruk Ayraa." Tutur Lika.

"Iya juga sih." Tutur Rahma lesu. "Gue pikir dengan dia menikah sama Afwan trauma itu bisa hilang. Berarti kalau trauma itu masih ada, mereka belom?---" jari Rahma membentuk tanda kutip. Lika hanya bisa mengangguk pasrah.

"Afwan tau soal ini?" Lika mengangguk.

"Afwan tau tentang trauma itu. Tapi tadinya Afwan gatau kalau Ayraa konsultasi sama gue." tutur Lika.

"Padahal gue udah bilang. Udah sepantasnya Afwan tau. Bagaimana pun Afwan itu suaminya, tapi Ayraa ngelak." Rahma mengerti dengan perasaannya Ayraa. Ia paham betul bagaimana watak sahabat kecilnya itu. Tidak mau merepotkan orang lain.

"Mas.. Tolong Ay Mas.. Mas Afwan..." Rintih Ayraa tiba-tiba. Rahma dan Lika pun langsung menepuk Ayraa supaya bangun.

"Ay, bangun Ay.. Bangun.." Tutur Lika. Yang langsung membuat Ayraa membuka matanya. "Ay..."

"Mas Afwan.. Mas.. Mas Afwan kamu dimana?.." Rintih Ayraa ketika dirinya sudah setengah sadar.

"Ay, ini gue Ay Lika..." Tutur Lika.

"Iya Ay ini gue.. Rahma" Tambah Rahma.

"Lika? Rahma? Mas Afwan dimana?" Rintih Ayraa lagi.

"Mas Afwan mau ke sini.. Lo tunggu sebentar ya.." Tutur Lika. Ayraa mengangguk.

"Minum dulu Ay." Rahma memberikan sedotan yang sudah tersambung ke dalam aqua. Ayraa pun menyambutnya.

"Biar gue panggil dokter dulu yaa." Ayraa menggeleng, ia tak mau Lika memanggil dokter.

"Gue baik-baik aja kok Lik." Tuturnya.

"Tapi dokter harus tau kalau lo udah siuman Ay" Ayraa menggeleng lagi. "Gausah. Aku cuma lemas aja kok."

"Yaudah deh." Lika pun akhirnya pasrah.

"Mas Afwan masih lama ya?" Tanya Ayraa lagi.

"Tadi sih, izin sarapan Ay. Sekalian sholat duhah katanya." Sahut Rahma. Ayraa hanya beroh-ria.

"Mau duduk Ay?" Tanya Lika. Ayraa mengangguk. Lalu Lika dan rahma berusaha memapah Ayraa untuk bersandar dengan bantal. Setelah bersandar, Ayraa baru sadar bahwa kini dirinya mengenakan pakaian rumah sakit. Kerudungnya juga berubah.

Lika yang menyadari kebingungan Ayraa pun akhirnya buka suara. "Gue yang gantiin baju lo." Ayraa merasa tak percaya dengan omongan Lika. Tatapannya kini menyelidik Lika supaya jujur.

Dear My Husband ✅Where stories live. Discover now