9.

16.6K 1.1K 31
                                    

Semilir angin di taman ini membuat tangis Ayraa terus membuncah. Ayraa tidak mengerti kenapa ia bisa menangis seperti ini. Apa karena ia baru merasakan di sakiti dengan orang yang mungkin sudah begitu ia sayang?. Entahlah.

Kejadian beberapa menit yang lalu terus terputar di dalam pikiran Ayraa seperti kaset rusak. Perlakuan lembut Afwan ke wanita itu membuat Ayraa menyimpulkan bahwa Afwan sayang dengan wanita itu.

Apa mungkin yang tadi adalah mantan tunangannya yang melarikan diri sebelum acara pernikahan? Entahlah. Ayraa tidak banyak mengetahui cerita itu.

Hatinya kini terluka. Hanya tangisan yang bisa meredakan nyeri dan sesak di hatinya. Ayraa merasa bahwa hal yang di lakukannya ini adalah wajar. Karena Semua wanita dimanapun yang melihat suaminya menenangkan dan memberi janji pada wanita lain akan seperti ini. Menangis. Jika wanita itu memang lemah seperti Ayraa.

Atau memaki lalu menggugat cerai. Seperti wanita di luar sana Kalau sudah kehabisan Akal. Astaghfirullah. Beri hamba ketenangan hati untuk menghadapi ini semua Ya Allah. Batin Ayraa.

Kumandang Adzan Ashar terdengar di telinga Ayraa. Buru-buru ia mengusap air matanya lalu bangkit untuk sholat di Masjid Rumah Sakit.

Setelah mengucap salam yang terakhir, Ayraa menengadah kan kedua tangannya ke atas.

"Ya Allah, yang maha pengasih lagi maha penyayang. Aku berlindung kepadamu dari segala macam fitnah dunia, fitnah kubur juga fitnah akhirat ya Allah. Ya Allah, yang maha membolak-balikan hati. Peluklah aku hingga hatiku bisa merasakan tenang dan damai. Hapuskanlah air mataku hingga aku bisa merasakan sabar dan juga ikhlas. Dan bangunkanlah aku di saat aku terjatuh hingga aku bisa merasakan tegar. Ya Allah ya Tuhan ku, hilangkan segala buruk sangka di hati ini Ya Allah. Aku hanya ingin pernikahan ku dengan Mas Afwan baik-baik saja, jika engkau memberi aku cobaan yang sulit dalam pernikahan ku, maka hamba meminta kepada-Mu ya Allah. Jaga terus kepercayaan hamba untuk suami hamba, sesungguhnya hamba hanya ingin menjadi istri yang di Rahmati oleh Mu ya Allah. Rabbanaa Aatinaa Fid-dunyaa Hasanah Wafil Aakhirati Hasanah Waqinaa 'adzaban-nar. Aamiin Ya Rabbal Alaamiin."

Setelah menyelesaikan Do'a nya. Ayraa mengusap wajahnya. Memegang dadanya, berharap ia nantinya bisa tenang ketika berhadapan dengan Afwan.

Jarum jam di pergelangannya menunjukkan pukul 4 sore. Ia harus pulang lebih dulu, sebelum akhirnya Afwan yang menunggunya.

🍃🍃🍃🍃

"Assalamualaikum." Salam Ayraa ketika memasuki rumah.

"Wa'alaikum salam. Gimana Non? Den Afwan tadi suka dengan masakannya?" Tanya Mbok Sar ketika melihat Ayraa pulang.

"Alhamdulillah Mas Afwan suka dengan Ayam penyetnya mbok. Makasih ya tadi udah mau bantu aku. Hehe" bukan Ayraa ingin membohongi Mbok Sar. Tapi ia cuma tidak ingin masalahnya dengan Afwan di ketahui banyak orang. Cukup hanya dirinya, Afwan dan Allah saja.

"Non, non abis nangis ya non?" Tanya Mbok Sar spontan. Spontan kepo.

"Ah? Enggak Mbok. Emang muka Ay kayak abis nangis ya?" elak Ayraa. Mbok Sar mengangguk. "Gak kok Mbok. Aku mau pilek aja kali. Hehe, oh iya Mbok lagi masak ya?" Pertanyaan Ayraa membuat Mbok Sar terkesiap.

"Iya Non. Lagi masak sayur sop. Astaghfirullah." Mbok Sar buru-buru lari ke dapur, Ayraa menyusul untuk melihat.

"Sini Mbok biar Ayraa bantu." Tawarnya.

"Gak usah Non. Non kan baru pulang, pasti cape. Udah biar Mbok aja." Mbok Sar menolak tawaran Ayraa. Karena ia merasa kalau Ayraa sedang tidak baik-baik saja.

"Gapapa Mbok."

"Gak udah. Non mandi aja, istirahat di kamar. Ini juga udah dikit lagi kok, nanti Non malah sakit lagi." Mbok Sar terus menolak.

Dear My Husband ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang