5.

30.2K 1.5K 9
                                    

Sudah Satu tahun kurang dua Bulan Ayraa menyandang status sebagai istri dari seorang Direktur perusahaan iklan terbesar di Indonesia. Sudah Satu tahun kurang tiga bulan juga Ayraa mengundurkan diri dari Apotek Dennis. Ya, walau sudah Resign Ayraa tidak memutus silaturahmi begitu saja. Sesekali ia berkunjung ke sana untuk membantu jika pasien benar-benar ramai.

"Mas, aku besok boleh gak ke Apotek?" Ayraa baru saja menaruh Cokelat panas di meja kerjanya Afwan setelah selesai menerima telfon dari Rahma.

"Ada perlu apa sayang?" Afwan meregangkan otot-ototnya lalu melebarkan kedua tangannya. Meminta di peluk oleh Ayraa. Ayraa hanya mesem-mesem lalu meninggalkan Afwan menuju Shofa yang ada di ruangan Afwan.

Afwan beranjak menuju Shofa menyusul sang istri. "Pasien lagi banyak ya di sana?"

"Kalau ramai pasien sih aku kurang tau Mas, kan orang sakit mah gak bisa di prediksi kan?" Afwan hanya tersenyum dan mengangguk menanggapi ucapan istrinya. Kini dirinya terfokus dengan wajah sang istri.

Rasanya sudah lama ia tak memandang wajah sang istri sedekat ini. Beberapa bulan terakhir ini ia sering sekali di sibukkan dengan syuting iklan yang mengharuskan dia untuk datang. Kadang pulang malam kadang pulang pagi. Jarang berinteraksi dengan Ayraa secara langsung. Paling kalau tidak di telpon, di VideoCall.

"Mas, boleh gak aku besok ke apotek?" Ayraa menepuk paha kiri Afwan. Afwan pun tersentak.

"Boleh Sayang. Biar aku antar ya besok." Ujar Afwan lalu mencium pipi istrinya sekilas. Gausah di tanya bagaimana dengan kondisi pipinya Ayraa sekarang.

"Tapi besok aku pulang sama Pak Usman boleh?" Afwan tampak berpikir. "Soalnya aku mau ke rumah Mba Silla dulu, sekalian ketemu sama Cia. Boleh gak Mas?" Rajuk Ayraa.

"Yaudah, tapi kamu hati-hati ya. Kalau udah sampe di tujuan. telphon aku." Beginilah Afwan. Memperbolehkan meski banyak perintah ini itu. Tapi Ayraa senang, tandanya Afwan perhatian dengan nya.

"Siap Bos." balas Ayraa lalu memeluk Afwan. Bersandar di dada bidangnya Afwan adalah kegiatan yang paling di sukai oleh Ayraa sekarang. Tapi akhir-akhir ini ia jarang menikmati kondisi seperti sekarang ini.

"Eh iya Mas, aku denger dari Putri. Katanya Mbak Dira Resign ya Mas? Emang beneran Resign Mas?" Ayraa melepas pelukannya. Lalu membenarkan kerudungnya yang sedikit berantakan.

"Iya, katanya sih mau nikah sama orang kalimantan. Jadi Resign deh." Jelas Afwan.

"Yah, padahal aku suka banget kalau ke kantor kamu ada Mba Dira." Mendadak wajah Ayraa sedih. "Terus, yang menggantikan posisi Mba Dira jadi sekertaris kamu siapa Mas?"

"Kata Ayah, sudah ada. Tapi Ayah tidak mau kasih tau siapa orangnya." Ujar Afwan. Ayraa hanya ber-oh ria.

🍃🍃🍃🍃

"Kalau mau kemana-mana telfon aku ya. Kalau udah sampai tujuannya juga kabari aku. Oke Sayang?" Tutur Afwan. "Iya Bos." Ayraa terkadang jengah mendapat sikap protektif dari Afwan.

Setelah mobil Afwan melaju meninggalkan parkiran Apotek. Ayraa buru-buru masuk ke dalam Apotek.

"Assalamualaikum.." Salam Ayraa. Ketika memasuki Apotek. Semua yang lagi sibuk bersih-bersih pun menengok ke arahnya. Lalu membalas salam dan berteriak histeris.

Pasalnya sudah hampir tiga bulan ini Ayraa tidak berkunjung ke Apotek.

"Ay, ya Allah. Gue kangen banget sumpah sama lo." Langsung saja Rahma memeluk Ayraa erat. "Gue juga kangen banget kokk sama lo Ma.."

"Ay, Nuri jugaa mau" Lirih nuri tiba-tiba. Ayraa pun langsung menarik Nuri untuk menghambur ke pelukannya.

"Ah Ay jahat ah. Masa Rahma sama Nuri doang yang di peluk. Dede Satya kan juga pengen di peluk tau, Ay.." Buru-buru Ayraa menjauhkan tumbuhnya yang ingin di peluk Satya.

"Ah Ay.." Desisnya. "Jijik ih Sat," Cibir Rahma. Ayraa dan Nuri hanya menyimak sambil tertawa.

"Jija-jijik-jija-jijik. Bilang aja mau di peluk. Haha" Ledek Satya yang langsung membuat Rahma naik pitam.

"Dih. Gue mah mikir-mikir juga kali kalo di peluk sama orang. Gak sembarang orang yang bisa meluk gue, apalagi lo!!" mendengar penuturan dari Rahma. Satya hanya tertawa terbahak "liat nanti. Suatu saat lo gak akan bisa lepas dari pelukan gue. Mau tidur minta peluk, mau masak minta peluk, mau mandi peluk dulu, gue mau berangkat kerja minta peluk lagi. Semacam gak mau kehilangan gue gitu hahaha. Tunggu ya" Ledek Satya sebelum akhirnya keluar dari Apotek. Ayraa dan Nuri hanya menggeleng sambil tertawa mendengar ucapan Satya.

"Dih tuh orang ya, ke-ge'er-an banget sih. Rasanya pengen banget gue unyeng-unyeng. Huhhhh" Mungkin kalau di dunia komik, wajah Rahma kini sudah merah dan ada asap di atas kepalanya.

"Sabar-sabar." Ucap Ayraa. "Lo jangan terlalu keki sama dia Ma, nanti kalau dia bener-bener jadi jodoh lo gimana? Kalau omongannya dia yang tadi ternyata bener gimana? Jodoh kan gak bisa di tebak Ma. Gue aja dari yang gak kenal sama Afwan bisa jadi milikin gini sekarang." Nasihat Ayraa ada benarnya juga.

"Iya sih Ay lo bener. Tapi gimanapun juga gue akan usahakan kalau jodoh gue tuh bukan Satya. Kalo jodoh gue Satya? Ngebatin seumur hidup gue. Mending nikah sama kambing." Celetuk Rahma kasar.

"Astaghfirullahaladzim. Istighfar Ma, ucapan adalah do'a." Nasihat Ayraa. "Astaghfirullah." Ucap Rahma betikutnya.

"Jodoh gue kan udah ada juga Ay. Gak mungkin Satya lah." Cibir Rahma. "Siapa? Emang udah ada? Hehe"

"Udah lah Ay, pacarnya sekarang Pegawai di Bank. Bukan begitu Ma?" Celetuk Nuri. "Beneran Ma?" Tanya Ayraa.

"Gitu deh Ay. Haha" Ujar Rahma malu-malu.

"Aaaa Cieeeeeee Cieeee" Ayraa langsung memeluk temannya itu.

🍃🍃🍃🍃

"Selamat Pagi pak," salam seorang wanita yang baru saja memasuki ruangan kerjanya.

"Selamat pagi. Silahkan duduk. Ada perlu apa?" Wanita tadi pun akhirnya duduk di hadapan Afwan setelah di persilahkan.

"Saya mau menghadap Bapak. Kalau saya yang akan menjadi Sekertaris bapak disini. Tadi Pak Badil bilang kalau sebelum bekerja saya harus menghadap bapak dulu." Ujar Seorang wanita yang wajahnya terbingkai Pasmina berwarna Cokelat.

"Baik. Siapa nama Anda?" tanya Afwan. "Nama saya Andita Farah pak. Bapak bisa memanggil saya Dita." wanita itu kemudian tersenyum mlihat Afwan tersenyum.

"Saya harap kamu tak mengecewakan saya, silahkan kembali bekerja. Dan selamat bergabung di perusahaan kami." Ujar Afwan kemudian. "Terima kasih atas kepercayaan yang bapak berikan. Kalau begitu saya permisi dulu. Selamat Pagi." Ujar Dita sopan. Lalu beranjak dari duduknya.

Tlitt... Tlit... Tlit..☎

"Ya?" Sahut Afwan setelah menempelkan gagang telpon di telinga kanannya. "Saya Pak Badil pak. Semua berkas sudah siap untuk rapat dengan klien kita hari ini pak."

"Baik. Tolong siapkan karyawan lainnya, saya akan segera turun." ujar Afwan. Lalu sambungan terputus.

Trutt... Trutt... 📱

"Assalamualaikum Mas?" Salam Ayraa di seberang sana. "Wa'alaikumsalam, kamu dimana?" Tanya Afwan.

"Masih di Apotek Mas. Ada apa?" Balas Ayraa. "Oh, enggak. Nanti kalau mau ke rumah Mbak Silla kirim pesan singkat aja ya, soalnya ini aku mau rapat sama Klien dari luar. Hehe" Tuturnya.

"Iya Mas nanti aku kirim pesan. Good luck ya rapatnya. Hehe"

"Iya makasih ya Sayang. Kamu juga hati-hati. Yaudah aku tutup, Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam".

Sambungan pun terputus. Afwan pun bergegas untuk turun menuju parkiran.


Yuhu update😆😋

Jangan lupa beri tanda ⭐ oke? 😆

Dear My Husband ✅Where stories live. Discover now