12.

26.6K 1.2K 30
                                    

_

Perhatian!

T Y P O B E T E B A R A N

_

Cukup sudah drama kemarin, Ayraa tidak mau terlalu larut dalam kesedihan dan juga kecemburuan yang tidak jelas. Ia takut jika ini terlalu larut, maka akan berdampak yang tidak-tidak untuk pernikahannya kedepan.

Yang ia fokuskan sekarang adalah, bagaimana ia bisa menghilangkan rasa trauma di dirinya. Menghilangkan segala fikiran buruk yang terjadi jika ia sedang melakukannya. Seperti rasa sakit mungkin. Entahlah

"Semua itu hanya ketakutan Ay, ketakutan yang membuat kamu tidak mau melakukannya. Tapi percaya sama Aku, jika kamu lakukan tidaklah berdampak buruk." Ujar Lika di akhiri seulas senyumnya yang manis.

"Tapi aku gak bisa Lik. Aku masih kebayang soal---huhhh" Sambung Ayraa. Kini ia tengah berkonsultasi ke teman nya yang menjadi Psikiater di salah satu rumah sakit swasta.

"Yasudah aku paham. Memang rasa trauma itu tidak mudah untuk di hilangkan. Tapi aku percaya, suatu saat kamu akan terbiasa melakukannya. Hehe" Kata Lika jahil. Ayraa hanya bergidik ngeri. Membayangkannya saja membuat dirinya takut.

"Pertemuan berikutnya kamu ajak suami kamu ya. Ada hal yang ingin aku bicarakan dengannya." Ayraa terkesiap mendengar penuturan Lika barusan. "Kenapa Ay? Ada yang salah?"

Ayraa diam. Hanya menatap Lika yang kini balik menatapnya heran, "Ay?"

"Hah?" raut wajahnya seperti orang kaget. Ya memang kaget.

"Lika? Apa harus ya? Suami aku juga dateng ke sini?" Tanya Ayraa lirih. "Lebih baiknya ya seperti itu Ay, supaya suami kamu tau kondisi kamu, perkembangan kamu, jadi lebih leluasa buat kalian ngobrolin persoalan ini." Ujar Lika lembut.

"Tapi Lika..." Lirihnya. Lika hanya menaikkan satu alisnya.

"Aku konsultasi sama kamu tanpa ketahuan suami aku. Aku gak mau dia tau aku ngelakuin hal ini." Lika menautkan kedua alisnya tanpa sadar.

"Kenapa gitu Ay?" Tanya Lika lagi. Beruntunglah Ayraa berkonsultasi bukan di jam sibuk.

"Aku gak mau aja ngebebanin dia." Kata Ayraa dengan tatapan kosong. "Ngebebanin dari mananya Ay? Aku tanya sekarang! Ngebebanin dari sisi mananya?" Lika menekan suaranya di setiap kata yang dia ucap. Dirinya kini duduk di atas meja menatap Ayraa lekat.

"Aku cuma gak ingin Lika. Suami aku mengetahui usaha aku untuk memuaskan nafsunya. Aku udah cukup lama membuat dirinya berpuasa, hampir satu tahun kami menikah dan sudah memasuki tiga bulan aku konsultasi dengan kamu. Hasilnya masih nihil Ka. Oke! Misalnya aku ajak suami aku menemui kamu untuk konsultasi trauma aku. Setiap harinya pasti ia akan berharap adanya kemajuan dari aku, dia berharap lebih padaku lalu aku gak bisa memenuhi keingiannya. Dia pastinya akan kecewa Lika." Nada Ayraa terdengar ketakutan. Helaan nafas panjang di akhir kalimatnya menggbarkan kalau dirinya sedang memikul beban yang sangat berat. Itu yang di terka oleh Lika.

"Maaf aku gak bermaksud, gak seharusnya aku bilang seperti itu sama Kamu Ay. Karena. Huh aku sendiri saja belum menikah" Kata Lika yang duduk kembali di kursinya.

"Maaf aku juga lepas kendali tadi Ka." Kata Ayraa lirih. "Iya, gapapa Ay."

"Tapi Lika, kalau suatu saat Suami aku curiga dan menanyakan ke kamu. Tolong, jangan beritahu sepenuhnya ya Ka." Ayraa menatap Lika sendu.

"Inshaallah Ay" Kata Lika. "Makasih ya Ka." Ujar Ayraa.

Setelah berkonsultasi dengan Lika. Ayraa memutuskan untuk langsung pulang ke rumah karena Mbok Sar memberi kabar, kalau Mbak Silla sedang main ke rumahnya.

Dear My Husband ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang