7.

22.9K 1.2K 31
                                    

-


"Wa'alaikumsalam." Sambungan langsung terputus begitu Ayraa mengucapkan salam penutup.

"Dari siapa Ay?" Tanya Mbak Silla, yang entah kapan datangnya.

"Oh.. Ini dari Mas Afwan Mbak." Jawab Ayraa adanya.

"Nanya apa dia?" Kakak iparnya yang satu ini memang kepo. Tapi Ayraa tidak keberatan untuk di kepoin. Hehe.

"Mas Afwan nanyain aku udah sampai atau belum. Terus dia bilang nanti akan ke sini jemput aku sekalian ketemu sama Cia. padahal aku udah bilang mau pulang sama Pak Usman saja, tapi katanya biar Pak Usman istirahat. Hehe" Kata Ayraa sambil menyolek pipi Cia yang gembil.

"Kalo ada baby di rumah kamu. Mbak yakin banget, kalau dia pasti mogok kerja lagi kayak dulu. Kayak waktu si Cia lahir, Afwan sampai-sampai lupa sama kerjaannya bahkan dia sampai Cuti satu bulan. Apa aja ia belikan untuk Cia. Apalagi nanti anak kalian lahir hehe. Bisa di hadiahi jet pribadi kayaa syahrini kali hehe." Perkataan Kakak iparnya membuat Ayraa mengetahui lagi point plus dari Afwan kalau dia penyayang anak kecil. Tapi bagaimana bisa Afwan melakukan hal di atas nantinya sama aku, kalau aku saja belum bisa memberi keperawananku.

'Ya Allah bantu hamba menghilangkan trauma ini.' Batin Ayraa.

🍃🍃🍃🍃

Terang beralih menjadi gelap. Itu tandanya Bulan telah menggantikan tugas Matahari. Jarum pendek di jam menunjuk ke angka 7. Sudah satu jam ia menunggu Afwan datang menjemputnya. Tapi sedari tadi tidak ada tanda-tanda kehadirannya.

"Gak di angkat Mbak." Kata Ayraa setelah mendengar balasan operator.

"Coba kamu telphonin lagi." Kata Silla. Ayraa pun kembali mendial. "Biasanya dia kalau di telphon sambungan ke dua atau tiga tuh udah di angkat. Walau sesibuk apapun. Kenapa kamu enggak ya. Kalian lagi berantem memangnya?" selain kepo. Kakak iparnya ini juga ternyata banyak bicara. Ayraa hanya maklum.

"Kita gak ada ribut apa-apa kok Mbak. Mungkin emang Mas Afwan nya aja kali yang lagi sibuk, yaudah aku telphon Pak Usman saja." Silla hanya mengangguk dan tersenyum.

'Beruntunglah Afwan mendapat istri seperti Ayraa yang Sabar. Memang Rencana Allah itu pasti indah.' Batin Silla.

Setelah beberapa menit menunggu. Akhirnya Pak Usman tiba di pekarangan rumah Silla. Ayraa pun segera pamit kepada Kakak iparnya itu.

Di sepanjang perjalanan ia terus mendial nomor suaminya itu. Tapi tak kunjung di angkat oleh suami nya.

Akhirnya ia putuskan untuk mengirim pesan singkat sebelum akhirnya ia turun dari mobil untuk masuk ke dalam supermarket.

"Non, saya tunggu sini saja ya. Nanti kalau sudah, telpon saja biar saya langsung ke depan." Ujar Pak Usman sopan. "Baik pak. Sebentar ya." Balas Ayraa sopan.

Karena Afwan tak bisa mengantar dirinya ke supermarket jadilah ia disini berkelana sendiri. Udah punya suami kok masih sendiri. Seakan ada bisikan setan yang langsung membuat Ayraa tersenyum geli.

"Astaghfirullahaladzim." Desis Ayraa ketika tangannya tidak sampai untuk mengambil sekaleng susu kental di rak atas.

"Yang ini mbak?" tanya Seorang wanita di samping Ayraa. Ayraa hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu wanita yang di taksir Ayraa seorang model itu mengambilkan sekaleng susu kental manis untuk Ayraa.

"Makasih ya Mbak." Ujar Ayraa sopan. "Sama-sama"

🍃🍃🍃🍃

Malam sudah semakin larut, Afwan sudah melakukan kesalahan. Dia tidak menepati janjinya untuk menjemput Ayraa. Dia terlalu larut dalam kesedihannya Ria, yang notabennya adalah orang di masa lalunya.

Buru-buru ia masuk ke dalam rumah untuk menemui istrinya yang tak berdosa itu. Setelah ia menutup pintu rapat-rapat dan tak mengucapkan salam, kini dirinya seperti membeku di tempat. Perasaan bersalah menyelimuti dirinya.

Kenapa? Karena Ayraa kini tengah tertidur di atas meja makan dengan masakan yang mungkin sudah dingin. Terlihat Mbok Sar berjalan memasuki ruang makan dari arah dapur.

"Aden sudah pulang. Mau Mbok bikinkan teh?" Tanya Mbok Sar. "Gak usah Mbok. Kalau boleh Afwan tau, Ayraa masak ini dari jam berapa?" Tanya Afwan.

"Non Ay, masak dari jam delapan malam-an den. Terus dia mau nunggu Aden, udah Mbok bilang supaya Non Ay nunggu di kamar aja, tapi Non Ay gak mau." Tutur Mbok Sar. Afwan hanya menghela nafas panjang rasa bersalah semakin besar dia rasakan.

Bagaimana tidak besar rasa bersalah Afwan terhadap Ayraa. Pertama ia ingkar janji menjemput Ayraa. Kedua, ia tak mengangkat telphon Ayraa yang sudah hampir seratus kali panggilan masuk, dan juga tak membalas pesan Ayraa. Ketiga, ada seorang istri di rumahnya yang sedang menunggu kedatangan dirinya untuk pulang, bahkan sampai rela ketiduran di meja makan hanya demi bisa makan malam bersama dirinya, tapi apa yang di lakukan Afwan di luar sana? Ia pergi mengantar pulang Ria, menemaninya masak, sesekali tertawa bareng, makan bareng, sampai akhirnya menemani Ria sampai tertidur lelap.

Tapi Ayraa? Dengan perutnya yang kosong, masakan yang sudah hampir dingin. Mata yang lama kelamaan menjadi berat. Sampai akhirnya ketiduran di atas meja makan. Dimana salah istrimu Wan? Batin Afwan memaki. Afwan mengusap wajahnya kasar.

"Mas Afwan?" Panggil Ayraa. Afwan menjauhkan telapak tangan dari wajahnya. "Ya ampun Mas, maaf ya aku gak nyambut kamu pulang. Aku malah ketiduran gini. Kamu pasti udah nunggu aku lama banget ya? Maaf ya Mas." Ayraa terlihat seperti istri yang seakan-akan melakukan kesalahan yang fatal. Justru malah sebaliknya. Afwan lah yang melakukan kesalahan terbesar.

"Aku baru pulang, Kamu gak perlu minta Maaf Ay, justru aku yang minta maaf sama kamu gara-gara aku pulang telat. Gabisa jemput kamu. Maaf ya." Afwan mendekat dan memeluk Ayraa.

"Gak apa Mas. Seharusnya aku terjaga sampai kamu pulang, eh aku malah tertidur. Hehe" Ujar Ayraa di dalam pelukan Afwan. "Ini udah jam berapa ya Mas?" Tanya Ayraa tiba-tiba. Lalu melepaskan pelukannya.

"Ya Allah Jam 2. Masakannya pasti udah dingin. Kamu laper ya?" Tanya Ayraa. Afwan menggeleng sambil tersenyum. "Sebentar ya biar aku panasin dulu masakannya." Baru saja Ayraa beranjak. Tangannya sudah di cekal oleh Afwan.

"Kenapa Mas?" Tanya Ayraa. "Aku gak laper Ay. Jadi kamu gak perlu panasin makanan, aku tau kamu udah capek banget. Jadi gak usah ya." Kata Afwan.

"Beneran gak usah?" Tanya Ayraa memastikan. "Iya, sayang." lalu di peluknya lagi istrinya itu.

Ya Allah, aku sudah melakukan kesalahan yang membuat istri aku sedih. Meski aku tahu kesedihannya tak tertampak jelas. Tapi bisa ku rasakan bahwa ia menangis di dalam hatinya. Hujami aku kata-kata hina ya Allah. Karena aku sudah menjadi suami yang ingkar. Melukai perasaannya walau ia tak merasakannya. Jujur Aku sayang dia. Batin Afwan.

Memang aku tak tau, kegiatan apa saja yang di lakukan suami ku di luar sana. Kecurigaan pasti ada, Tapi aku percaya dan berusaha berpikir positif, bahwa suami ku tak akan macam-macam di luar sana. Aku percaya, bahwa ia hanya menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan se-maksimal mungkin. Tidak lebih. Batin Ayraa.


Akhirnya update juga😆. Jangan lupa di Vote sama di Comment yep? 😂

Dear My Husband ✅Where stories live. Discover now