Menu 21 : I hate you, I love you

520 30 4
                                    

Manusia kadang suka lucu, ragu menggenggam namun panik ketika  akan kehilangan.

Kuingin berkata "Sudahlah Alfa, jika tak sanggup berjuang, lepaskan. Dan kamu hanya akan bahagia bersama kenangan." *dikeroyok*

Suara canda bercampur dengan suara denting sendok yang bertubrukan dengan piring menggema di seluruh sudut kantin saat jam istirahat tiba. Tampang lelah karena sehabis bertempur dengan pelajaran kini sudah kembali ceria, tidak ada lagi raut kusut saat seporsi menu kesukaan sudah menggoyang lidah. Namun ada satu orang yang tetap duduk dengan wajah kusut, menunya tetap utuh tak tersentuh, berberapa orang yang menyapanya hanya ia respon dengan senyum seadanya, ia sedang tidak berminat untuk membuka suara, terlebih saat indera penglihatannya tidak menemukan seseorang yang sudah mengusik kehidupannya.

Gilang yang baru saja memasuki area kantin mengurungkan niat untuk membeli makanan dan langsung melangkahkan kakinya mendekati seseorang yang memasang tampang kusut sambil memainkan sedotan. Tangannya mengambil alih seporsi makanan yang cewek itu pesan, lalu memakannya tanpa perlu repot-repot meminta izin pada si pemilik makanan.

"Lo kenal Kendra?" tanya Gita tiba-tiba.

Uhuk. Gilang menepuk dadanya akibat tersendak bakso yang sedari tadi dimakannya dengan lahap. Sementara yang memberi pertanyaan tidak sedikit berinisiatif untuk menyodorkan minumannya pada cowok itu. Matanya memperhatikan Gilang dengan seksama, tanpa cowok itupun menjawab pertanyaannya ia sudah mendapatkan jawabannya.

"Kendra kemarin ke rumah gue," lanjut Gita, mengabaikan ekspresi Gilang yang terkesan tidak suka. "Kendra bilang dia, lo dan Alfa dulunya sahabatan waktu SMP." Gita sedikit berdusta, kendra sama sekali tidak membicarakan persahabatan ketika berada di rumahnya.

Kali ini sendok yang ada di tangan Gilang terlepas begitu saja sehingga memancing keingintahuan dari beberapa siswa yang masih berkeliaran di kantin. Bahkan Kiwi yang sedang membeli roti jadi mengetahui kalau cowok itu sedang makan bersama dengan Gita. Buru-buru ia memalingkan wajah saat matanya bertubrukan dengan mata Gilang.

"Dia bukan temen gue," kata Gilang setelah kembali fokus pada Gita.

Gita mencondongkan badannya ke depan, menengok ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada yang mendengar. "Karena dia udah ngehamilin ceweknya Alfa?" tanya Gita pelan.

Tubuh Gilang mendadak tegang, matanya menatap Gita tajam. Untuk pertama kalinya bersikap sedikit kasar pada Gita. "Jauhin Kendra, Git!"

Gita menghembuskan nafas sebal, untuk kesekian kalinya ia tidak mendapat jawaban dan hanya mendapat larangan. Kedua tangannya ia lipat di atas meja, lalu melihat Gilang dengan tatapan menatang. "Lo taukan kalo makin dilarang gue makin penasaran?"

"Bodo amat, terserah lo!" jawab Gilang sambil memundurkan kursinya lalu bangkit dari duduknya.

@@@

Kalo ngeliat dia sedih, gue juga jadi pengen jagain.

Alfa mencengkram erat ponsel yang ada di tangannya saat membaca satu pesan yang masuk ke dalam ponselnya, tanpa mencari taupun ia sudah tau siapa pemilik nomer tidak kenal ini. Untung saja saat ini ia sedang bersama Zahra, kalau tidak mungkin benda berbentuk pipih itu ia sudah banting ke lantai saking kesalnya.

"Kenapa, Kak?" tanya Zahra saat menyadari perubahan aura Alfa. Cowok itu tiba-tiba saja terdiam setelah memeriksa ponselnya. Belum juga ia mengatur nafas untuk menjawab pertanyaan Zahra, satu pesan kembali masuk ke dalam ponselnya.

Gita udah tau Clara hamil sama Kendra.

Alfa memejamkan mata, berusaha untuk tidak mengeluarkan emosi di depan Zahra. Ia tidak ingin adik kecilnya itu ketakutan mengetahui sifat asli.

A Gift From GodDonde viven las historias. Descúbrelo ahora