Menu 29 : Ngga!

448 27 4
                                    

Hal terbaik yang pernah Bi Sum rasakan selama bekerja di keluarga Rahadian adalah ditunggui seorang Alfa Javas Niscala ketika sedang memasak, meskipun kantuk mendera Bi Sum rela untuk kembali membuka mata saat kamarnya diketuk oleh Alfa, cowok itu datang secara langsung ke kamarnya untuk meminta dibuatkan sup untuk majikan kecilnya.

"Beneran ngga mau dimasakin nasi goreng aja, mas? Mbak Gita kan ngga pernah mau makan sayur," kata Bi Sum sambil memasukan sayuran yang sudah dipotong ke dalam air mendidih.

Alfa menutup kulkas sebelum menjawab pertanyaan Bi Sum dengan gelengan tegas. Ini sudah kedua kalinya Gita pingsan di depan Alfa, sekarang ia paham kenapa daya tahan tubuh Gita lemah, Gita tidak pernah mau memakan sayur sedikitpun. "Maaf Bi ngerepotin, saya ngga bisa masak soalnya."

Bibir Bi Sum menyunggingkan senyum lebar, meskipun tidak seperti di sinetron yang sering ditontonnya yang mana pemeran utama pria akan masak bubur untuk pemeran utama wanita yang sakit, Bi Sum tidak akan memandang Alfa sebelah mata. Ada yang menjaga majikan kecilnya saja rasanya sudah luar biasa, apalagi Bi Sum tau benar kalau Gita selalu kalah jika dipaksa oleh Alfa.

"Ndak apa-apa mas, malah seneng mas Alfa mau repot-repot bangunin. Soalnya besok pagi juga mbak Gita belum tentu mau makan, kalau sakit mbak Gita biasanya lebih milih tidur terus di kamar." Bi Sum mematikan kompor tanda sup sudah siap untuk dihidangkan.

Tangan Alfa menimbang mangkuk yang akan ia serahkan ke Bi Sum, ada satu pertanyaan yang menganggu pikirannya sejak lama. "Bi, Dirga sering main ke sini?"

"Ndak mas." Bi sum mengambil mangkuk yang serahkan Alfa, lantas ia mengisi mangkuk itu dengan sup buatannya. "Ndak pernah maksudnya," tambah bi Sum membuat Alfa menghembuskan nafas lega, "Selain mas Alfa ngga pernah ada temen cowok mbak Gita yang masuk rumah, Mas Gilang paling cuma sampai teras, ngga pernah boleh masuk sama mbak Gita."

Seorang Gilang dilarang masuk rumah Gita? Bahkan oleh si empunya rumah? Boleh Alfa tertawa? Bahkan sahabatnya yang satu itu telah mengenal Gita jauh sebelum dirinya. "Kenapa?"

Raut wajah bi Sum berubah menjadi lebih suram dari sebelumnya, "Mbak Gita paling ngga suka di rumah, Mas. Makanya selalu bawa mas Gilang pergi kalau main ke sini.

"Kalo mbak Kiwi suka maksa buat nginep di sini, itupun bisa dihitung pakai jari bujukannya berhasil. Soalnya mbak Gita lebih seneng ngajak keluar atau milih nginep di rumah mbak Kiwi. Mas Alfa sering-sering ya ke sini, biar mbak Gita sering-sering ada di rumah."

Alfa tidak menjawab permintaan Bi Sum, ia hanya mengambil mangkuk yang berisi sup, mangkuk kecil berisi nasi dan segelas coklat panas lalu meletakannya di atas nampan, setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi pada bi Sum, Alfa melangkahkan kakinya menuju kamar Gita, meninggalkan bi Sum sendirian yang menatap punggung Alfa dengan penuh harapan.

Harapan Bi Sum sederhana, semoga Alfa bisa membuat majikan kecilnya bahagia.

@@@

Gita menaikkan selimutnya sampai menutupi seluruh tubuhnya saat mendengar suara pintu kamarnya dibuka, ia sangat yakin kalau yang datang ke kamarnya adalah salah satu pelayan yang akan menyuruhnya makan. Perut Gita memang lapar, namun rasa kesal yang menjalar membuat dirinya engga untuk sekedar menelan makanan.

Dalam selimut, Gita dapat mendengar suara nampan diletakkan di nakas yang berada di samping tempat tidurnya, tidak ada bujukan untuk makan, yang Gita dengar justru langkah kaki yang menjauh dan suara pintu kamar yang tertutup. Merasa keadaan kamarnya sudah aman, Gita menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya seraya merubah posisi menjadi duduk bersandar pada dinding tempat tidur, dan sedetik kemudian jantungnya hampir melompat kala matanya menemukan Alfa sedang bersidekap di depan pintu kamar.

A Gift From GodWhere stories live. Discover now