Menu 31 : Malu tapi Mau

471 26 23
                                    

Akhirnya setelah 4 bulan berhasil juga buat part ini >< tadinya udah hopeless banget bakal nyerah sama novel ini. Kebiasaan buruk saya masih sama, selalu stuck menjelang ending. Entah berapa part lagi tamat, tapi doain aja tahun ini harus tamat novel ini.

"Mau ya, Wi?"

Untuk orang yang baru saja melihat Alfa sekarang, mungkin akan mengira cowok itu sedang membujuk cewek berkacamata untuk menjadi pacarnya. Posisi Alfa saat ini sedang berjongkok di samping yang diduduki Kiwi sambil meracau pertanyaan yang sama.

Untuk warga 3 sosial 1, melihat pandangan Alfa yang sedang membujuk Kiwi adalah hal yang biasa sejak seminggu belakang. Alfa tidak pernah jera meminta Kiwi untuk mengizinkannya duduk kembali bersama Gita. Dan sayangnya, Kiwi juga tidak pernah mau menuruti kemauan Alfa.

"Makanya jangan kayak anak labil! Kemarin-kemarin mau pisah tempat duduknya, sekarang mau duduk bareng lagi. Besok-besok kalo berantem lagi mau pindah tempat duduk lagi? Gue bukan bola basket yang bisa dioper-oper!" Kiwi membanting novelnya ke atas meja.

Di samping Kiwi, Gita justru sedang menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bukan tidak tega melihat Alfa yang sedang diceramahi Kiwi, melainkan Gita berusaha menyembunyikan tawanya agar tidak meledak sekarang juga. Untung saja suasana kelas sudah mulai lenggang karena bel istirahat pertama baru saja berkumandang.

"Iya, gue salah, Wi. Ngga lagi-lagi deh, janji." Ucap Alfa seperti anak kecil yang merengek pada ibunya.

"Emang salah! Udahlah, sekali ngga tetep ngga. Lagian lo juga masih bisa anter-jemput Gita, ngga usah kayak anak norak deh, duduk aja mau barengan terus. Pacar Gita juga bukan!"

Jleb, omongan Kiwi barusan tepat sasaran, membuat Alfa kembali berdiri dan menyerah untuk membujuk Kiwi. Sementara Gita sudah tidak bisa menahan tawanya, membuat Alfa berjalan ke sisi tempat duduk Gita lalu membekap mulut cewek itu. "Bukannya bantuin malah ngetawain, seneng?"

"Hmphhhh," Gita menepuk-nepuk tangan Alfa yang membekap mulutnya, membuat cowok itu mau tidak mau melepaskan tangannya sebelum Gita kehabisan napas. "Hebat, Wi," Gita mengacungkan jempolnya pada Kiwi, "Sering-sering aja bikin Alfa kicep gitu, huahahahaha."

"Diem ngga?!" Alfa mendelik dan dibalas Gita dengan menjulurkan lidah.

"Kiwi tuh ngga mau pindah, soalnya...."

BUG, novel yang Kiwi banting ke meja kini ia benturkan ke kepala Gita, membuat sahabatnya itu mengaduh dan menutup kembali mulutnya. "Sakit, Nyet!" Gita mengusap kepalanya yang terasa sakit. "Al," Gita mendongakkan kepalanya untuk meminta bantuan pada Alfa.

"Rasain," ejek Alfa seraya menambah sakit kepala Gita dengan sebuah jitakan darinya.

@@@

Entah sejak kapan lapangan basket indoor menjadi tempat favorit Kiwi ketika dirinya sedang gundah, cewek berkacamata itu hanya duduk diam di tengah lapangan sambil menatap ring basket dengan pandangan sendu, hatinya pilu tapi ia juga malu untuk mengatakan yang sejujurnya pada cowok yang beberapa waktu lalu telah menekan harga dirinya untuk memulai menyapa dirinya lagi.

Andai waktu itu Kiwi tidak menolak ajakan Gilang, akankah mereka kembali seperti semula?

Andai waktu itu Kiwi tidak menolak ajakan Gilang, akankah dirinya tahan bertegur sapa sementara jantungnya hampir loncat?

Andai waktu itu Kiwi tidak menolak ajakan Gilang, akankah dirinya sanggup menerima permintaan Alfa agar dirinya sebangku lagi dengan Gilang?

Terlalu banyak pengandaian sampai akhirnya Kiwi tidak menyadari tokoh yang ada di kepalanya kini berdiri di ambang pintu, rambut ikal halusnya tampak basah, dan tatapannya mengarah tajam ke arahnya.

A Gift From GodWhere stories live. Discover now