5. Hidup Baru (Valencia)

145K 9.8K 87
                                    

Terperangkap dalam kepalsuan dan tekanan lebih mengerikan dari kematian.

||..||..||..||

Aku memejamkan erat kedua mataku. kejadian itu terus membayang, memutar seperti kaset rusak dikepalaku. Aku benar-benar membencinya.

Saat semua tamu undangan bertepuk tangan riah, Adrian mendekatkan bibirnya ketelingaku.

"Selamat datang di kehidupan barumu, Sayang," desahnya dalam. Setelahnya, ia mengecup pipiku singkat dan tersenyum lebar padaku.

Jantungku berpacu begitu cepat. Aku tak mengerti maksudnya.

Aku membuang napasku kasar. Bisa-bisa aku gila kalau terus menerus memikirkan hal itu.

Aku meraih ponselku dan mengetik beberapa angka dilayarnya. Setelahnya, aku menempelkan ponsel bututku itu pada telingaku.

"Halo," sapaku pada orang yang ada diujung sana.

"Bagaimana keadaan ibu?" lanjutku. Aku bertanya pasal ibuku tanpa menunggu sahutannya.

"Oh... ibu baik-baik saja, Nyonya," sahutnya.

Aku mengangguk. "Baiklah," ujarku sebelumnya dan langsung memutuskan hubungan telpon setelahnya.

Aku menaruh ibuku ditempat psikiater terkenal dinew york. Biayanya sangatlah mahal. Aku menggunakan uang Adrian untuk membayarnya. Entahlah, Adrian akan marah atau tidak. Yang terpenting aku sudah melakukan hal benar untuk ibuku.

||..||..||..||

"A... Adrian," gumamku saat menatap mata hitam kelamnya yang sedang memandangku tajam.

"Senang sudah menggunakan uangku?" tanyanya dengan senyum sinisnya.

Aku menautkan alisku bingung. "Apa maksudmu?" tanyaku balik. Aku memang tak mengerti dengan apa yang sedang dia bahas.

"Ya, kau menggunakan uangku sebanyak US$ 10,000.00, Apa yang kau lakukan dengan uang sebanyak itu?" tanyanya dengan logat santainya, tetapi pandangannya sangat menusuk.

"A... a... aku ha... hanya membayar beberapa hal," jawabku terbata karena gugup.

Adrian melengkungkan bibirnya kebawah dan menatapku rendah.

"Wanita murahan," ucap Adrian kejam padaku. Aku merasa sesak pada dadaku. Apa benar aku sudah menjadi wanita murahan? Apa sampai segitunya? Oh, baiklah aku memang murahan, aku menyetujui itu.

Aku menunduk pasrah. Aku tidak bisa membantahnya.

"Apa lagi yang ingin kau bayar besok? baju-baju mahal? Atau apartemen baru? Atau bahkan lelaki-lelaki yang akan menemanimu sepanjang malam?" tanyanya dengan suara beratnya.

Aku mengangkat kepalaku. Aku tak setuju dengan opininya. Lelaki-lelaki? Sepanjang malam? Apa dia gila? Aku rasa dia sudah kehilangan kewaransannya. Sekalipun aku murahan dimatanya, tetapi dia tidak berhak menuduhku hingga sedemikian.

"Kau gila, aku tidak pernah membayar lelaki manapun untuk menemaniku!" bantahku dengan sedikit meninggikan suaraku. Ini pertama kalinya aku berani berbicara lantang padanya.

"Oh yah, kalau begitu maafkan aku," balasnya dingin dengan senyum miring diwajahnya.

Bolehkah aku merusak wajahnya? Tidak, aku tidak akan melakukannya. Biar bagaimanapun juga dialah yang membantuku. Dia yang membiayai hidupku saat ini juga pengobatan ibuku. Aku harus baik padanya.

Aku menarik napasku dalam-dalam. Aku tidak boleh berlaku kasar atau tidak sopan padanya. Dia bosku dan dia juga suamiku. Seorang bawahan dan istri harus tunduk pada atasan dan suaminya.

"Makanlah, aku sudah masak tadi," ujarku mencoba mencairkan suasana.

Adrian diam sejenak. Dia menatapku dalam kesunyiannya membuatku merasa canggung yang teramat sangat.

"Apa yang terjadi pada tanganmu?" tanyanya tiba-tiba sambil menatap lurus kearah tanganku yang terluka. Tidak parah, hanya beberapa bintik-bintik kemerahan akibat terkena minyak panas.

"Terkena minyak panas," jawabku singkat sambil melirik tanganku. Sudah tidak terasa sakit, setelah aku mengoleskan odol tadi.

Adrian mendekat membuatku tercekat. Apa yang ingin dia lakukan? Adrian meraih tanganku lalu berdecak.

"Besok, aku akan mengambil pembantu agar kau tidak lagi perlu memasak. Aku tidak suka melihatmu terluka," ujarnya tenang. Aku menenggak salivaku sulit. jantungku berdetak begitu cepat. Apa aku terkena serangan jantung? Rasa ini mirip seperti rasaku saat bersama Rendi dulu, tetapi ini lebih kuat.

Adrian mengalihkan pandangannya dari tanganku, lalu kembali fokus pada wajahku, tepatnya mataku. Sebuah senyum kecil muncul diwajahnya. Bukan, bukan senyum sinis atau merendahkan seperti biasanya, tetapi lebih tepatnya senyum rupawan. Senyum yang mampu mebuatku melayang.

"Kau cantik," gumamnya pelan dan setelahnya, ia melepas tanganku dan berlalu dari hadapanku.

Aku masih terpaku. Apa dia baru saja memujiku? Apa dia baru saja berbicara dengan suara merdu padaku? Ini aneh. Ini sangat tidak wajar. Ada apa dengannya? Dan kenapa jantungku juga malah berpacu semakin cepat?

Oh Tuhan, jangan biarkan hambamu ini kembali jatuh kedalam jurang kesakitan itu. Aku tidak akan kuat untuk merasakannya lagi, untuk mengulangnya lagi, untuk kedua kalinya.

||..||..||..||

"Kemarilah," panggil Adrian padaku. Aku menunduk malu, suaranya sangat lembut membuat bulu kudukku berdiri merinding.

Aku melangkahkan kakiku keluar dari mobil. Adrian mengamit tangannya pada tanganku membuat semua mata karyawan yang berlalu lalang diparkiran menatap kami.

Dan kami berjalan masuk kedalam kantor. Aku sangat risih dengan setiap pandangan mereka, terutama para wanita-wanita. Mereka seperti serigala yang ingin menerkam domba dan malangnya, akulah dombanya.

"Pak, saya malu," gumamku kecil. Adrian tidak bergeming. Dia tidak meresponiku. Dan dia malah semakin mengeratkan gandengan kami.

"Pak, saya sudah sampai di ruangan saya," ujarku cepat dan langsung melepaskan tangan kami berdua.

Adrian mengangguk. "Istirahat nanti keruanganku," titah Adrian sambil berlalu dari hadapanku. Aku hanya diam dan menatap punggung Adrian yang menjauh.

Senyumku secara refleks terkembang. Rasa hangat mulai menyergap dadaku. Rasa nyaman yang hampir menyerupai dengan rasa yang dulu sempat ada untuk Rendi. Namun, seketika senyum itu menghilang karena kesadaranku yang timbul. Mataku membelalak.

Aku takut rasa itu tumbuh untuk Adrian. Dan sialnya aku tidak tahu cara menghilangkannya!

||..||..||..||

Thanks for read this. Jan lupa vote, follow, dan commentnya yah.

(Done)

Billionare's Wife (COMPLETED)Where stories live. Discover now