13. Luka Lara (Valencia)

140K 8.9K 66
                                    

Sekali lagi, cinta akan selalu kembali padanya yang dicintai, walau sudah disakiti sampai berkali-kali, hingga diri tak tahan lagi dan memilih pergi.

||..||..||..||

Adrian pergi. Ia meninggalkanku sendiri.

Aku mengedar pandanganku pada sekitarku dan tersenyum samar. Rumah ini terlalu megah dan mewah yang seharusnya berisi orang-orang yang berbahagia bukan sepertiku yang sangat menderita.

Adrian mencintai Adine. Rasanya seperti ada yang mencubit hatiku dari dalam.

Lalu, sekarang segalanya akan seperti dulu. Aku akan mengalah dan Adine mendapatkan Adrian sama seperti Rendi. Betapa beruntung Adine.

Kenapa Tuhan tidak adil? Aku baru saja merasakan rasanya bahagia dicintai. Itupun baru berlangsung selama seminggu dan sekarang semuanya telah diambil kembali dariku.

Dan... apa yang harus kulakukan saat ini?

Mataku tak terbuka sempurna. Rasaya sangat berat, walau hanya membuka mata dengan lebar. Menangis? Bahkan aku tak kuat lagi untuk melakukan kegiatan itu. Terlalu banyak air mata yang sudah kukuras habis dan kupikir air mataku juga sudah tidak ada lagi.

Aku melangkahkan kakiku perlahan dan berjalan keluar. Kepalaku mengadah memandang langit biru yang mulai menggelap serta matahari yang sudah bersiap untuk menenggelamkan  dirinya.

Sudah hitungan dua bulan kami menikah dan ini akan berakhir begitu saja? Terlalu lucu bila semua orang tahu bahwa seorang Adrian bercerai dengan istrinya setelah 2 bulan menikah.

Aku merasa begitu kalut. Aku hanya ingin berjalan menjauh. Menjauh dari segala kehancuran diriku. Kabur dari rasa menyakitkan itu. Aku tahu itu tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi setidaknya hal itu akan membuatku sedikit merasa lega.

Kakiku masih terus melangkah menyusuri jalan. Mataku memandang lurus kedepan dan hari terus menggelap.

Bolehkah aku mati?

"Valencia," panggil seseorang dari belakangku. Suaranya tidak terlalu besar dan terdengar sedikit ragu. Mungkin, itu hanya imajinasiku saja. Lagipula, siapa memangnya yang mengenalku dipinggir jalan dengan tampang berantakkan seperti ini?

"Tunggu," ujar suara itu lagi. Aku masih terus melangkah tanpa mempedulikan hal tersebut. Aku pikir otakku mulai konslet karena mendengar suara-suara seperti itu.

Namun, belum dua langkah kuambil, tanganku sudah ditarik kebelakang.
Agas tiba-tiba muncul dihadapanku. Matanya melebar dan setelah itu, ia memandangi dari atas kebawah dan bawah keatas.

"Kau gila..." gumamnya pelan sambil memampangkan ekspresi terkejutnya. Aku hanya diam mematung. Aku sama sekali tidak meresponi tindakannya. Mati rasa? Entahlah, mungkin itu yang kurasakan saat ini.

"Kau berada dijalanan dengan penampilan seperti ini dan dimana sepatumu?"

Aku menunduk menatapi kaki telanjangku tertempel dengan aspal yang dingin. Aku baru sadar jika dari rumah Joshua aku belum memakai alas kaki.

"Kau akan masuk angin, ini sudah malam. Masuk kemobil aku akan mengantarmu pulang," ujar Agas menarik tanganku dan menuntunku agak sedikit paksa mendekat pada mobil sedannya.

Aku hanya mengangguk dan masuk kemobilnya. Kepalaku tak bisa lagi diajak untuk berpikir dan pada akhirnya aku hanya ikut saja dengan apa yang dia katakan.

"Ada apa denganmu?" tanya Agas lagi saat ia telah duduk dikursi pengemudi. Pandangan matanya terhatuh pada celana pendek putih yang tengah kugunakan, lalu ia berdecak sambil menggelengkan kepalanya pelan.

Billionare's Wife (COMPLETED)Where stories live. Discover now