20. Mati (Valencia)

140K 8.5K 107
                                    

Jika mati akan membawa perasaan cintaku pergi, aku akan melakukannya.

||..||..||..||

Aku berharap bahwa aku benar-benar mati.

"Bodoh! Kau pikir dengan mati semuanya selesai begitu?" Agas berteriak nyaring sambil menatapku berang.

Aku menghela napas. Ya... dengan berbagai selang-selang yang menyambung pada tubuhku.

"Aku hampir gila ketika melihatmu meloncat dari jendela itu," lanjut Agas lagi masih dengan suara nyaringnya.

Aku diam, tidak berniat sedikitpun untuk menyahutinya. Apalagi, saat ini keadaanku sedang tidak mendukung untuk beradu argumen dengannya.

Aku berhasil melawan ketakutanku terhadap kematian dengan melompat dari lantai dua rumah Adrian, tetapi sayangnya Tuhan berkehendak lain. Aku masih bernapas hingga saat ini.

Ya... setidaknya sekarang aku tidak lagi terkurung oleh kekangan Adrian, bukan?

Aku memalingkan wajahku darinya.

"Val, aku tidak mau satu-satunya keluargaku di dunia ini juga pergi meninggalkanku," ujar Agas pelan menyerupai bisikan.

Aku menautkan kedua alisku bingung dengan kalimatnya. Keluarga? Dengan cepat aku kembali memalingkan wajahku menatap Agas.

"Keluarga?" tanyaku bingung.

Agas mengangguk, sambil menunjukkan senyumnya membuat lesung pipitnya itu tampak.

"Kau adalah adikku," Agas mengedik bahunya. "Kita beda setahun. Ibu kita bernama Anastasya Barsyah dan ayah kita Fandy Barsyah. Sebenarnya, kau bisa bersama Robbert Goddard dan menjadi anaknya itu karena permintaan ibu. Pada saat itu, ibu memberikanmu pada Robbert karena tak bisa membiayai hidup kita karena ayah sudah meninggal bahkan sebelum kau lahir," lanjut Agas lagi.

Aku terhenyak.

"Ibu meninggal dua tahun yang lalu. Robbert Goddard sangat mencintai ibu hingga ia mau saja keluarganya berantakan hanya demi menuruti permintaan ibu. Sebenarnya, Robbert sudah ingin menikahi ibu sewaktu itu, tetapi karena ibu tidak mau merusak rumah tangga orang, akhirnya ibu hanya meminta agar Robbert menjadikanmu anaknya, sehingga hidupmu bisa lebih baik," ujar Agas lagi menceritakan sekilas kenyataan yang selama ini tak pernah kuketahui atau pun ku tebak.

"Dari awal bertemu denganmu aku sudah tahu bahwa kau adalah adikku. Ya... cuma untuk memastikan, akhirnya aku melakukan tes DNA dan ternyata cocok. Lalu, setelah aku ingin memberitahumu di cafe tersebut Adrian malah membawamu. Dan mulai dari saat itu, aku sering berjaga-jaga diluar rumah Adrian menunggu kau keluar dari rumah tersebut dan membawamu pergi dari rumah itu," kata Agas menyudahi ceritanya.

Aku terdiam. Apa ini benar? Jadi, aku bukan anak Robbert Goddard? Aku bukan kakak dari Adine? Astaga.

"Kalau kau tidak percaya, lihat saja ini," ujar Agas sambil menyodorkan secarik kertas yang semenjak tadi dipegangnya.

Aku menerima kertas tersebut dan menatapnya dalam.

"Kenapa tidak dari dulu?" tanyaku. "Kenapa tidak dari dulu kau memberitahukanku tentang keluarga kita?" Suaraku tercekat, tertahan dalam tenggorokan.

"Aku sibuk kuliah dan juga membiayai hidupku dan ibu. Ibu juga melarang, katanya lebih baik kau tetap menjadi anak dari Robbert Goddard agar bisa menikmati hidup yang berkelimpahan," jawab Agas.

Aku menenggak salivaku sulit. Otakku sedang bekerja keras untuk menerima semua hal yang baru saja disingkap dihadapanku.

"Setelah dua tahun lalu, aku sudah bekerja dan ibu juga sudah tiada. Aku ingin mencarimu, tapi aku pikir kau akan sangat marah bila tahu ternyata kau bukan berasal dari keluarga Goddard yang terpandang. Jadi, aku menahan diri." Agas tampak merasa bersalah saat mengucapkan kalimat-kalimatnya tersebut.

Billionare's Wife (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang