28. Valencia Untukku (Adrian)

147K 6.8K 200
                                    

Jika memang untuk mempertahankanmu aku harus menggunakan cara gila, maka aku akan melakukannya.

||..||..||..||

Aku menggerakkan tanganku dan merenggangkannya keatas. Mataku terbuka kecil sembari menarik napasku dalam.

Aku menatap sekeliling. Kenapa kamarku tampak berbeda?

Aku menangkap sosok Valencia berdiri tidak jauh dari tempatku berbaring. Ia mundur selangkah demi selangkah menjauhiku.

Tunggu, sepertinya ada yang salah. Mengapa ada Valencia disaat aku terbangun dan kenapa kamarku tampak berbeda? Apa sosok Valencia yang ada dihadapanku ini nyata? Aku menggerakkan tanganku menyentuh tekstur ranjang yang sedang kutiduri, halus. Astaga, ini nyata.

Aku langsung bangkit berdiri untuk memastikan segalanya. Dan kepalaku langsung berdenyut nyeri.

"Valencia," gumamku.

Aku berjalan mendekat kearahnya.
Valencia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Matanya memerah dan napasnya terus memburu.

"Pergi," ucapnya pelan.

Ia menarik napasnya dalam-dalam seperti sedang berusaha menenangkan dirinya.

Aku menggeleng, lalu jemariku meremas rambutku kasar saking frustasinya. kepalaku masih terus berdenyut menyakitkan.

"Pergi Adrian!" bentaknya.

Dan akhirnya aku berhasil menarik kembali sekelabat kejadian tadi malam. Potongan-potongannya mulai terlihat jelas terekam didalam kepalaku. Astaga, apa yang kulakukan?

"Ma... ma... maafkan aku," ujarku terbata. Aku bingung harus apa sekarang. Aku yakin Valencia pasti sangat marah padaku atas yang terjadi semalam.

Valencia tersenyum sinis. Ia tampak tidak peduli dengan maafku.

"A... a... aku semalam..." aku berusaha menjelaskan padanya, tetapi dia langsung memotongku cepat. "Ya, kau mabuk," katanya.

"Tidak masalah. Kita sudah sama-sama dewasa. Pergilah dan lupakan saja kejadian ini," lanjutnya. Ia menghela napasnya dan mulai mengatur kembali tempo tarikannya.

Kakinya melangkah pelan melaluiku.
Tangannya meraih kemeja putihku yang berada diatas ranjang, lalu meremasnya begitu kuat.

Valencia berbalik menatapku, ia tampak tenang kembali setelah awalnya tadi ia hampir seperti orang yang akan membunuhku pada saat itu juga.

Valencia kembali melangkah mendekatiku. Tangan mungilnya menyodorkan kemeja putihku padaku.

"Pergilah," ujarnya pelan seakan tidak lagi memiliki kekuatan dalam katanya.

Aku hanya diam dan menatapnya dalam. Aku tidak tahu harus beraksi seperti apa dan aku takut jika Valencia akan menghilang dariku jika aku meraih kemeja tersebut. Terlihat lucu, tetapi kenyataannya memang seperti itu. Jika nanti aku meraih kemejaku tersebut, mungkin saja Valencia langsung berbalik pergi dan tidak lagi mau menatapku.

Valencia menggeram lalu melempar kemeja putihku itu pada dadaku dan dengan sigap aku menangkap.

"Pintu keluar ada disana," ucapnya datar sambil menunjuk pintu kamarnya dengan jari telunjuknya yang bercat merah tersebut.

Aku memajukan langkahku. Aku ingin mencoba memperbaiki semuanya. Tetapi, tak satupun kata yang bisa kukeluarkan.

Valencia berdecak. "Apa perlu aku mengusirmu dengan cara tidak terhormat, Adrian Revano," katanya dengan tidak sabaran.

Aku menggeleng. "Harusnya kau menamparku. Memakiku sesukamu. Menendangku dan lain sebagainya, lalu setelah itu kita bisa memulai dari awal."

Ya, aku siap menerima segala perlakuan apapun yang Valencia berikan padaku, asal setelahnya kami bisa kembali lagi dan memulai semuanya dari awal.

Billionare's Wife (COMPLETED)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin