19. Sakit (Valencia)

137K 8.4K 110
                                    

Dua hal yang paling kuinginkan saat ini, menatap matamu dan menyelami pikiranmu.

||..||..||..||

Adrian pergi. Entah kemana perginya dia. Dan aku terkurung dalam kamarnya seorang diri tanpa tahu dimana letak kesalahanku hingga ia begitu marah.

Memangnya apa yang sudah kuperbuat hingga dia memperlakukan segininya?

Aku hanya sedang makan siang bersama Agas dan itu tepat dijam istirahat kantor. Tidak ada yang salah dari hal tersebut.

Oh iya, aku lupa bahwa Adrian adalah tipikal pria iblis yang cuma karena kesal sedikit saja bisa melukai siapapun. Dia memang tidak punya hati.

Aku menghela napasku dalam.

Tidak ada gunanya aku mengumpat, lebih baik aku mencari jalan keluar.

Tidak lucu bukan, bila aku hanya diam saja dan menunggu hingga Adrian datang, lalu membukakan pintu? Kalaupun itu terjadi, palingan Adrian hanya ingin mengeluarkan hinaannya dan titahnya, setelah itu kembali mengunciku. Ya, sepertinya aku sudah benar-benar hafal dengan sifatnya yang tidak patut dibanggakan itu.

Tanganku masih terasa sakit bekas genggamannya tadi. Sebenarnya ada apa dengan Adrian? Apakah tidak cukup baginya menyakitiku selama ini? Sudahlah, terserah apa maunya. Aku tidak ingin membuang waktu hanya untuk memikirkan dirinya.

Aku berdiri dari ranjang Adrian, menatap sekeliling kamar. Aku belum pernah masuk kesini. Selama dua bulan kami menikah, Adrian tidak pernah membolehkanku masuk kekamarnya dan sekarang dia malah mengurungku disini.

kamarnya begitu modis, dengan sebuah ranjang king size ditengah ruangan, sebuah sofa merah besar disisi kanan, lemari pakaian yang tak kalah megah dan berisi berbagai pakaian dengan harga menggemparkan pun turut andil dalam menjadi anggota barang-barang dikamar Adrian.

Andai saja keadaannya berbeda, mungkin sekarang aku akan sangat bahagia memiliki suami kaya raya serta tampan seperti Adrian, tetapi kenyataannya?

Tanpa sadar aku tersenyum miris.

Adrian menikahiku untuk menjebakku. Membuatku jatuh hati padanya, lalu menghancurkan cintaku.

Dia sudah berhasil, lalu kenapa dia masih menahanku dan mengurungku seperti ini?

Dengan langkah pelan aku mendekat kearah jendela.

Jemariku menarik gorden putih yang menghalangi cahaya yang ingin masuk menyeruakki setiap sudut ruangan.

Ini lantai dua. Aku tidak mungkin meloncat. Aku bisa mati. Kembali kuhembuskan napasku berat. Bagaimana cara keluar dari kamar terkutuk ini?

||..||..||..||

Srek srek

Suara pergesakkan antara sesuatu dan sisi ranjang membuatku terbangun. Dengan cepat aku mengerjap kedua mataku. Melihat keasal suara.

"kau sudah bangun?"

Apa itu pertanyaan? Bodoh, aku sudah membuka mataku dan ia malah bertanya apa aku sudah bangun atau belum? Pertanyaannya mengingatkanku akan Agas saja.

"Turunlah kebawah dan isi perutmu, sebelum kau berubah menjadi tulang berbalut kulit," ujarnya datar.

Aku menatapnya dalam. "Aku ingin pulang," sahutku padanya. Berusaha menyuarakkan isi hatiku yang sudah kutahan sejak siang tadi.

Ini sudah malam. Aku tidak tahu tepatnya jam berapa, tetapi melihat jendela yang sudah tertutup rapat aku jadi yakin bahwa sekarang ini sudah malam.

"Pulang kemana? Ini rumahmu." Adrian tampak tak senang dengan apa yang kukatakan.

Aku menghela napasku dalam dan merapikan rambutku, menyisirnya kearah belakang dengan jari-jemariku.

Billionare's Wife (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang