25. Jatuh Lebih Dalam (Adrian)

128K 7.4K 107
                                    

Cinta tidak harus memiliki? OMONG KOSONG. kalau cinta pasti memiliki.

||..||..||..||

Sore ini Taman tampak sepi, seperti biasanya. Entah, sejak hilangnya Valencia aku jadi sering kesini mengingat bahwa wanita cantikku itu selalu kesini tiap kali pulang dan hanya seorang diri.

Dulunya, Valencia tidak pernah absen ketaman ini setiap sore sekitar jam 4 tepat jam pulang kantor. Biasanya, dia akan duduk diam dibangku taman, sambil menatap sekeliling dan objek yang paling sering mendapat perhatiannya adalah anak kecil.

Tujuanku kesini untuk keratusan kalinya hanyalah agar bisa bertemu Valencia. Dia tidak pernah lagi menunjukkan batang hidungnya, layaknya ditelan bumi. Aku sudah menyuruh orang-orangku mencarinya, tetapi hingga kini tak ada satupun orangku yang dapat menemukannya.

Kemana wanitaku itu? Setiap kali ketaman ini aku selalu berharap bertemu Valencia, melihatnya yang sedang duduk diam diatas bangku taman dan memerhatikan anak-anak kecil yang bermain disekitarnya. Kurasa harapanku adalah sebuah kemustahilan.

"Aku akan menelpon ayahku."

Apa aku sedang berhalusinasi? Suara itu persis seperti suara Valencia.

"Baiklah sayang, aku akan menghapusnya sekarang," sahut suara lain.

Sepertinya aku salah dengar. Mungkin, itu suara pasangan muda yang sedang berkencan ditaman ini.

"Jangan Val, aku tak mau ayahmu membunuhku."

Tunggu! Val? Valencia? Aku melangkah cepat mencoba menyusul suara-suara tersebut.

Suara tawa seorang wanita terdengar begitu ceria, sangat bahagia. Tuhan, aku mohon jangan jadikan aku orang gila. Aku masih ingin menemui Valencia dan menebus kesalahanku padanya.

Namun, suara tawa Valencia terus terdengar bahkan semakin besar dan semakin dekat. Aku menoleh kearah belakang mencari keberadaannya. Mungkinkah, Valencia ada disini?

BUGGGHHHHH

"Awwww."

Tubuhku termundur saat ada seseorang yang menabrakku.

Aku menunduk melihat orang yang sudah lancang menabrakku. Apa dia tidak punya mata, hah?

Dan dia mendongak.

Mata cokelatnya menatapku dengan segala keterkejutan didalam sana. Mata yang selama ini kurindukan.

"Sayang, kau tidak apa-apa?"

Seorang pria dengan secepat kilat memegang pundak Valencia dan membantunya berdiri. Mata biru lautnya tampak khawatir.

"Maafkan calon istri saya, dia memang ceroboh," ujar pria itu padaku.

Bajingan.

Apa? Calon istri? Seenaknya saja dia! Dia fikir dia siapa, hah? Aku suaminya.

Valencia diam, matanya mengerjap beberapa kali seakan tidak percaya bahwa akulah yang saat ini ada dihadapannya. Aku ingin menyapanya, tetapi suaraku tertahan karena tiba-tiba saja pria brengsek dihadapanku ini malah menggendong Valencia.

"Sakit yah kakinya? Makanya jangan lari-lari," omel pria itu pada Valencia.

Bolehkah aku membunuh pria gila dihadapanku ini?

Andai hukum memperbolehkan tindak pembunuhan, maka kupastikan saat ini, pria yang sedang menggendong wanitaku itu sudah berada dikedalaman 2 meter dari tanah yang kami pijak.

Valencia membelalakkan matanya. Ia terkejut atas tindakan pria itu yang terlalu tiba-tiba.

"Randon, turunkan aku!" pekik Valencia dengan nada manjanya.

Randon, jadi nama pria itu adalah Randon.

"Aku tidak mau ayahmu memecatku sebagai calon mantunya ketika tahu kamu terluka karena aku mengejarmu," ujar Randon dengan nada sarkastik.

"Ayo kita pulang," ajak Randon pada istriku.

Istriku? Ya hingga saat ini, wanita cantik yang ada dihadapanku masih berstatus sebagai istriku. Belum ada kata perceraian diantara kami, dan aku berharap itu tidak akan pernah terjadi.

"Turunkan dia," titahku. Seenaknya saja dia menyentuh istriku, bahkan menggendongnya. Aku yang suaminya, dan aku belum pernah menyentuhnya, tidak termasuk saat aku menamparnya, baiklah itu tidak perlu diingat kembali.

Randon menaikkan salah satu alisnya dan memandangku dengan heran.

"Turunkan aku Randon," pinta Valencia lagi.

"Tidak, tidak. Kita harus kembali, kamu juga harus merapikan barang-barangmu dihotel, lalu segera pulang kerumah ayahmu," jelas Randon menolak permintaan Valencia.

Aku menggeram pelan. Kenapa pria bodoh ini begitu memaksa Valencia? Bilang saja dia mau mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Valencia menggertakkan giginya, lalu menyembunyikkan wajahnya pada lekukan leher si Randon itu.

Randon tampak menahan senyumnya, lalu membisikkan sederat kata yang membuatku semakin memanas.

"Jangan malu, saat kita menikah nanti kau akan terbiasa digendong olehku," ujar si Randon itu dengan seringaian.

Apa, apa yang harus kulakukan?
Valencia tidak menegurku. Dia seperti orang lain. Dia berlagak seperti tidak mengenalku. Lalu sekarang, aku bisa apa?

"permisi," ujar Randon, lalu melewatiku dan berjalan kearah mobil mereka.

Bodoh! Kenapa aku malah tidak berkutik seperti ini.


Maaf, sebagian part sudah dihapus. Temukan Billionare's Wife di toko-toko buku kotamu! Terima kasih :)

Billionare's Wife (COMPLETED)Where stories live. Discover now