12. Bodoh (Adrian)

137K 9K 137
                                    

Jangan menjalankan suatu kejahatan karena karma itu ada.

||..||..||..||

Sudah kesekian kalinya aku menghubungi Valencia, tetapi wanita itu sama sekali tidak menggubrisnya.

Dengan keras aku membanting ponsel yang ada ditanganku kelantai hingga hancur berkeping-keping.

"Tenang. Tenang," ujar Rendi yang awalnya tadi asyik bermain dengan ponselnya kini berdiri tepat dihadapanku sambil menunjukkan wajah senangnya.

Untuk apa dia senang hah?

"Kau kalah," lanjutnya disusul dengan decakkan meremehkannya diakhir kalimatnya. "Kau jatuh cinta pada wanita yang telah menyakiti gadismu."

Aku menggeleng. Tidak, tentu saja tidak. Aku tidak mencintai Valencia, aku mencintai Adine.

"Ohh kawan, jangan bodoh. Kita sesama lelaki dan aku tidak buta. Aku sudah melihat bagaimana perlakuanmu pada Valencia dan aku tahu itu bukan sandiwara," ujar Rendi lagi. Kali ini, senyumnya semakin melebar seakan sedang merendahkanku.

Aku memalingkan wajahku keluar jendela. Muak dengan tampangnya yang seakan sedang mempermalukanku.

"Kau mengkhianati Adine." Rendi terkekeh diakhir kalimatnya.

Aku tersenyum sinis. Aku tak tertarik menyahut perkataannya. Lagipula, apapun yang dikatakannya itu tidak benar. Aku selalu mencintai Adine. Terlebih, aku tidak mungkin mencintai seseorang yang sudah membuat hidup Adine susah.

Rendi kembali berjalan kesofa. Matanya memandang ponselnya lagi dan bertindak seolah aku tidak ada disekitarnya.

Aku meremas rambutku kasar. Aku butuh tahu keberadaan wanita itu sekarang, sebelum aku menggila.

"Valencia berada dirumah adikmu," ujar Rendi masih dengan matanya yang terpaku pada layar ponselnya.

Aku cukup terkejut dengan informasi yang diberikan oleh Rendi. Untuk apa Valencia dirumah Joshua? Kegelisahan dan ketakutan mulai menyergap seluruh diriku. Aku tak tahu alasannya apa, yang kutahu aku merasa takut dia kenapa-napa. Bagaimanapun juga, Joshua laki-laki, bukan?

Aku harus menemui Valencia.

||..||..||..||

Aku menelpon Joshua untuk sekedar memastikan bahwa Valencia memang berada dirumanya. Tetapi anak itu tidak juga mengangkat telponku.

Dengan langkah pasti aku memasuki pekarangan rumahnya.

Tok tok tok

Aku berdecak ketika setelah beberapa detik berlalu masih juga tidak ada yang membukakan pintu. Aku kembali mengetok, lalu menundukkan kepalaku memandangi ponselku yang bergetar. Ponsel cadangan yang kusimpan di dalam laci kecil mobilku. Berjaga-jaga kalau-kalau saja ponselku yang satunya habis batere ataupun hilang.

Aku tidak menyangka kebiasaan burukku melempar barang saat marah ternyata belum berubah. Sepertinya, aku harus membeli ponsel baru untuk menjadi ponsel cadangan dimobilku.

KLEK

Suara pintu terbuka yang membuatku lantas mengangkat kepalaku setelah membalas pesan singkat dari sekretarisku.

"Val," gumamku pelan. Wanita yang kucari sedari tadi, sekarang sudah berada tepat didepan mataku. Benar kata Rendi, Valencia adalah jalang. Dia istriku, tetapi bermain dengan adikku. Murahan sekali.

Aku membuka mulutku ingin mengeluarkan serentetan cacian atasnya. Bagaimana bisa dia membuatku kalang kabut setengah mati dan ternyata dia malah bersenang-senang dengan adikku sendiri. Tetapi, belum sempat sepatah katapun keluar dari mulutku, Joshua sudah melemparkan pertanyaan padaku.

Billionare's Wife (COMPLETED)Where stories live. Discover now