14. Selesai (Adrian)

135K 9.8K 168
                                    

Karena apa yang dikira benar bisa saja adalah hal salah yang tertutup dengan ketidak pahaman.

||..||..||..||

"Bodoh!" bentak Joshua sambil melempar sebuah amplop coklat kemejaku. Dia baru saja masuk kedalam ruanganku dan sudah membuat kekacauan dan mengajakku berperang.

Aku mengangkat salah satu alisku, dan mengacak rambutku asal. Joshua pasti tahu keberadaan Valencia. Aku harus menanyai anak tidak tahu sopan santun itu dan menemukan Valencia secepatnya.

"Dimana Valencia?" tanyaku langsung padanya.

Joshua terkekeh geli, matanya memandang tajam kearahku. Dan aku sudah tahu dari dulu bahwa dia memang adik yang kurang ajar.

"Bukankah, kau sudah bersama Adinemu itu? Lalu, untuk apalagi kau mencari Valencia?" tanya Joshua balik dengan nada sewotnya. Dia maju selangkah mendekatiku seakan sedang ingin mengajakku berkelahi.

"Ini kantor," kataku berusaha mengingatkannya, tetapi ia tampak tak peduli sama sekali.

Dia hanya menampakkan senyum meremehkannya. Dan setelahnya, dia menyodorkan padaku sebuah amplop coklat panjang dan secarik cek.

"Isi saja seberapa maumu. Aku yang akan menggantikan semua uang yang sudah Valencia pakai," jelasnya atas cek yang sudah berada tepat didepan mataku.

Aku berdecak sebal. Darahku mendidih. Aku tidak meminta uangnya. Aku memintanya untuk memberitahukanku dimana keberadaan Valencia.

Tanpa mempedulikan apa reaksi Joshua nanti, aku langsung melemparkan cek kosong itu kelantai lalu menginjaknya dengan sengaja.

"Katakan dimana Valencia sekarang?" Kali ini suaraku lebih meninggi dari sebelumnya. Dengan cepat aku menarik kerah baju Joshua berusaha membuatnya membuka mulutnya segera.

"Apa urusanmu hah?" Joshua tidak mengindahkanku. Dia malah menyahutiku dengan balik bertanya dan mendorongku kebelakang untuk melepaskan dirinya.

"Aku sudah bilang. Minta berapapun yang kau mau untuk menggantikan uang yang telah Valencia pakai. Setelah itu, jangan ganggu Valencia lagi," lanjut Joshua yang kini juga ikut terbawa emosi.

Aku menggepalkan tanganku kuat-kuat. Rasanya begitu menjengkelkan ketika Joshua terlalu memperpanjang masalah ini. Dia tinggal mengatakan padaku dimana Valencia dan setelahnya kami tidak perlu lagi bertengkar seperti saat ini. Lagipula, apa yang dia bilang tadi? Uang?

"Aku tidak membutuhkan itu! Yang kumau sekarang adalah keberadaan Valencia!"

"Huh buat apa?" tanya Joshua sambil menunjukkan seringaian merendahkannya.

Matanya beralih pandang pada meja kerjaku. Dia mengangkat bahunya santai dan kembali melihat kearahku.

"Itu surat gugatan cerai dari Valencia," katanya sambil menunjuk amplop coklat yang tadinya dia berikan padaku.

Aku berdesis mencoba menahan amarahku yang sudah sampai keubun-ubun. Kalau saja ini bukan kantor. Kalau saja dia bukan adikku. Dan kalau saja aku tidak peduli dengan kedua hal itu. Aku yakin sekarang dia sudah tidak lagi hidup ditanganku.

Cerai?

"Kami tidak akan bercerai," ujarku dengan menekankan setiap kata-kata yang keluar dari mulutku. Tentu saja aku tidak mau menceraikan Valencia. Aku sudah melakukan banyak hal. Dan dia hanya tersakiti segitu saja?

"Kau harus menceraikannya!" Bentak Joshua. Ia duduk disofa hitam ruang kantorku dan menatapku dengan pandangan membunuhnya.

"Aku tahu semuanya. Aku tahu maksudmu dan rencanamu," ujar Joshua pelan. Ia mengangkat kedua tangannya seakan ia adalah seorang penjahat yang sedang menyerahkan dirinya pada polisi.

Billionare's Wife (COMPLETED)Where stories live. Discover now