Bab 11

18.7K 1.3K 12
                                    

Lorong itu gelap walau siang terik diluar sana. Hening. Dingin. Yang terjadi sebenarnya di Lorong itu, beberapa orang menunggu sebuah kata yang akan terucapan dari bibir seorang gadis yang memakai pakaian lebih indah dari orang- orang yang berada dihadapannya.

Mereka masih menunggu apa yang akan terucap dari seorang gadis yang merupakan seorang putri. Putri kerajaan Lace, adik dari sang Raja. Sampai sebuah suara memecahkan keheningan itu. Suara gadis yang menatap datar sang putri.

"Maaf, tuan putri. Apakah anda memerlukan sesuatu? Kami akan berusaha memenuhi keinginan anda." suara itu terucap dari bibir seorang gadis yaitu Bella.

Tak ada jawaban. Sang putri hanya dapat menatap gadis bernama Bella itu dengan pandangan tak percaya. Pelayan senior yang mendampingi para pelayan baru itu, berpikir bahwa itu kesalahan.

"Maafkan dia, tuan Putri. Dia pelayan baru di istana ini. Maaf dia telah lancang berkata seperti itu." ucap pelayan senior dengan nada penuh penyesalannya.

"Tidak apa- apa." Lucy masih memandang ke arah Bella yang juga memandang sebaliknya. Mereka seperti berbicara dengan tatapan mereka. Lucy dengan tatapan penyesalannya sedangkan Bella, entahlah. Lucy melihat itu dengan tatapan yang menyiratkan kekecewaan.

"Tuan putri, anda belum menjawab apa keinginan anda sampai anda sendiri berada disini." suara Bella kembali mengundang tatapan Lucy yang terluka.

"Kau..." tegur sang pelayan senior dengan menyenggol lengan Bella yang berada disamping kanannya.

"Tidak, aku tidak membutuhkan sesuatu. aku hanya mengecek pekerjaan para pelayan saja." terang Lucy dengan nada tenang yang terkendali meski dalam hatinya ia bergetar.

"Tuan putri, jika anda tidak keberatan. Kami mohon undur diri." pelayan senior itu pun membungkuk hormat diikuti para pelayan baru.

"Iya." Lucy memiringkan badannya ke arah kanan memberi mereka jalan. Mereka pun berjalan dengan menunduk hormat.

Lucy melihat ke arah Bella yang memandang lurus yang sedang memunggunginya tanpa menoleh sedikitpun.

"Tuan putri." seru Jessi, pelayan pribadinya menyadarkan Lucy.

"Ada apa?" Lucy memandang ke arah Jessi dengan ekspresi bingungnya.

"Maafkan saya. Karena saya tidak memberi tahu anda lebih cepat, mungkin hal seperti tadi tidak akan terjadi." Jessi menunduk menyesal.

"Bukan salahmu. Waktu menginginkan semuanya untuk terungkap, hanya saja aku belum sanggup melihat tatapan Bella yang seperti itu." Lucy menarik napas panjang dan mengalihkan pandangannya ke arah Bella kembali yang telah menghilang di ujung lorong sana.

"Jika saja saya mampu untuk memperbaiki kejadian seperti itu. Pasti akan saya lakukan, tuan putri." Jessi memandang ke arah tuan putrinya yang terlihat sedih.

"Aku akan ke kamar. Kau buanglah pakaian itu. Sekarang hal seperti itu tidak akan kubutuhkan lagi." Jessi mengangguk dan Lucy membalikkan tubuhnya untuk kembali ke kamar.

Jessi memandang ke arah sang putri dengan pandangan sedih karena ia pun merasakan apa yang dirasakan sang putri saat ini.

Baginya, tuan putri Lucy adalah penyelamatnya. Saat ia masih berusia belia. Putri Lucy bagaikan malaikat untuknya meski sifat putri Lucy kadang menyalahi aturan di kerajaan, tapi putri Lucy adalah orang yang penyayang dan memiliki sifat periang. Dia pun tidak pernah membedakan dari golongan mana orang itu berasal, apakah dari keluarga bangsawan ataupun bukan, Karena baginya semua orang sama.

Jessi masih mengingat jelas bagaimana pertama kali saat ia bertemu dengan putri Lucy beberapa tahun lalu, saat itu sang putri baru menginjak umur lima belas tahun. Putri Lucy yang kabur dari istana dengan sedikit penyamaran yang bisa ia lakukan dan pergi ke pasar sendiri untuk berjalan- jalan, sang putri mendapati Jessi disudut pasar sendiri dengan memegang perutnya dan terlihat lusuh.

The King (Kingdom Series #1)Where stories live. Discover now